3. Fit and Proper Test & PMBOK

36.8K 5.1K 590
                                    

Hai everyone
Fans Ryan mana suaranya? ☝️
Semoga suka sama cerita ini
Again, ditunggu komen/curhatan/constructive critism/sarannya

Enjoy
*
*
*

From : Ikram
Sayang, hari ini kita pulang bareng, ya. Tungguin aku bentaaar aja. Jam 6 paling lama udah kelar nih kerjaan aku.

To : Ikram
Aku dijemput Mas Ryan. Ada kumpul keluarga di rumahnya. Sori.

From : Ikram
Oh gitu. Okedeh. Jgn lupa makan ya. Love you :*

Sebenarnya aku geli setiap Ikram terlalu mengumbar kata sayang. Bukan apa-apa, setahu aku semakin sering diucapkan justru semakin hilang value dari kata tersebut.

Kumasukkan kotak kacamata ke dalam tas. Sebenarnya mataku minus. Cuma masih rendah. 1,5. Jadi aku memilih memakainya kalau sedang dibutuhkan seperti saat bekerja saja.

"Ayok pulang," ajakku pada Tiara yang masih nyemil Beng-Beng.

Kami berjalan bersama menuju lift. Kudengar beberapa pekerja di gedung kantor ini yang sedang membahas rencana pembangunan coworking space baru di lantai teratas gedung.

Tiara yang notabenenya emang supel abis ikut nimbrung di percakapan tersebut.

"Jadi konsep coworking space-nya penthouse gitu? Mehong dong," celetuk Tiara.

Seorang cowok berkemeja putih dan dasi biru mengangguk. "Kayaknya sih. Tapi yang gue denger mereka bakal bikin yang affordable kok, Ra. Asik nih. Banyak start up yang nongol di gedung ini. Banyak daun muda. Hunting season."

Teman-temannya tertawa. Seorang cewek menyahut. "Gue sih males sama anak start up. Kurang promising. Gue prefer cowok yang kerjaannya jelas di perusahaan apa dan jabatannya sebagai apa."

Nggak salah juga sih pemikirannya. Tiap orang kan beda-beda dalam menentukan kriteria calon pacar.

"Kalau yang high maintainance emang susah," celetuk cowok yang lain.

"Ini tuh bentuk rasa syukur gue sama Tuhan. Menjaga tubuh dengan baik."

"Yang suka bilang cewek high maintainance itu cowok yang dompetnya tipis," ucap Tiara dengan nada jail.

Aku dan dua cewek di lift mengangguk semangat. Para cowok memasang tampang pura-pura kecewa.

"Ra, nggak usah pesen Go-Car. Lo bareng gue aja," ucapku saat Tiara sedang membuka aplikasi ojek online.

"Monmaap ya, Bu. Rumah kita beda arah. Tumben baik banget mau nganterin gue."

Aku menggeleng. "Hari ini gue mau ke rumah Mas Ryan. Kumpul keluarga. Nah kompleks rumah lo dan Mas Ryan kan sebelahan."

"Ogah."

Dengan kecepatan cahaya, aku langsung merampas ponsel Tiara dan memasukkannya ke dalam tasku.

Tiara melotot. "Nggun. Jangan kayak anak-anak deh."

"Lo yang kayak anak-anak. Santai aja kali. Lagian saingan nyari Go-Car jam segini sengit, Ra."

Lalu ponselku berdering. Mas Ryan berkata bahwa dia sudah di depan.

Aku menarik tangan Tiara yang wajahnya sudah jutek abis. Walaupun mereka nantinya nggak berakhir sebagai pasangan, ya setidaknya masih tetap temenan gitu.

"Eh, ada Tiara. Hai," sapa Mas Ryan begitu Tiara duduk di backseat.

Tiara cuma berdeham. Dia menengadahkan tangannya padaku. "Hp gue mana? Tadi belum sempat balas chat-nya Dennis."

Fit and Proper Test (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang