Part 1-Keano

17 2 0
                                    

Hari itu, hari terakhir dimana aku melihat senyuman manis milik Keano. Grizzelle Keano. Aku merasa sangat bersalah karena tak bisa menyelamatkannya tepat waktu.

🌺🌺🌺

Aku berada di ruangan serba putih saat ini. Menunggu seseorang sadar dari tidur panjangnya selama hampir sebulan penuh. Masih belum ada tanda-tanda akan siuman. Beberapa peralatan medis yang sangat asing bagiku mengelilingi ranjangnya. Ia seakan menikmati alam bawah sadarnya.

"Sudah sangat lama ya?" Aku menatap wajah pucatnya. Keano tak memberi respon apapun.

"Aku sangat menyesal kenapa tak bisa menolongmu saat truk itu menghantam tubuhmu. Aku sangat menyesal, maafkan aku. Andaikan waktu bisa kuputar kembali, aku mungkin masih sempat menyelamatkanmu. Kesalahanku karena membiarkanmu sendirian di jalanan yang penuh bahaya,"

Dalam setiap detik yang kulalui, aku mulai belajar menghargai waktu. Bertahun-tahun bersama sosok seceria Keano hingga membuatku lupa jika waktu denganmu begitu berharga.

Ponselku berdering singkat. Menandakan jika ada pesan masuk di sana. Mama mengirimkan sebuah pesan singkat berisi,

Senja, pulang. Nggak ada untungnya kamu buang-buang waktu hanya untuk menjaga gadis itu. Dia mandiri, ada banyak suster yang menjaganya. Pulang sekarang. Mama nggak suka kamu seperti itu!

Hatiku teriris sepersekian inci. Mama sangat membencinya. Tersirat begitu jelas jika mama dengan terang-terangan berkata ia tak suka melihatku terus saja berada disisi Keano. Padahal, aku melakukan ini bukan karena tak ada alasan. Aku masih merasa bersalah karena tak bisa menolongnya. Membuat sosok Keano terjebak dalam dimensi di antara hidup dan mati.

"Halo, mama?"

"Sudah mama bilang, pulang sekarang! Mama benci kamu berada di sana! Pulang!"

"Iya, ma, Senja pulang. Ini sudah ada di depan rumah sakit. Masih menunggu angkutan umum lewat. Sudah ya, Senja pulang dulu." Aku mematikan panggilan sepihak. Menaiki angkutan umum yang mengarah menuju komplek rumahku.

Dengan perasaan yang masih kacau dan pikiranku yang kalut. Aku berjalan menyusuri komplek perumahan dengan tidak bersemangat.
Hatiku masih sakit. Merasa sangat bersalah pada Keano. Berfikir bagaimana keadaan dia setelah ini, aku hanya berharap semoga dia baik-baik saja. Karena, jika sesuatu terjadi padanya aku tak akan pernah memaafkan diriku sendiri selamanya.

"Mengapa lama sekali?" Tanya mama. Aku hanya menoleh sejanak dan langsung berjalan menuju ke kamarku. Malas sekali rasanya menemui mama untuk saat ini.

"ARSEN! Mama bicara denganmu ken-"

"Aku lelah, ma. Bisakah kita bicara nanti?" Aku langsung memotong perkataannya.

"Mama sudah bilang, tak usah terlalu perduli dengan gadis itu," sinis mama.

"KEANO. NAMANYA KEANO! Ma, kumohon aku benar-benar lelah. Berhenti mengajakku berdebat untuk saat ini," ucapku.

"Maaf, ma. Aku hanya ingin istirahat," lanjutku dan kembali berjalan menuju kamarku.

Di kamar akupun tak bersemangat untuk melakukan apapun, bahkan untuk membersihkan diri aku tak ingin. Berbaring, melihat langit-langit kamar, menerawang. Hanya itu yang ku lakukan.

Tak tau apa yang membuat ku gelisah. Hanya saja saat ini hanya Keano dipikirkan, aku ingin menemuinya, menemaninya saat ini. Ku coba memejamka mata sejenak, berharap mengurangi rasa gelisahku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja-KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang