Bulan sedang sibuk di dapur menyiapkan bekal, menu hari ini adalah telor dadar ala rumah makan padang, tumis kangkung, sambal, dan kerupuk udang. Pukul enam tepat, Usep telah siap di kursi depan teras menikmati sarapannya telor setengah matang dan roti manis.
"Sep, nih bekel lu." Bulan menyerahkan dua tempat makan yang satu berwarna hijau yang satu berwarna ungu. Usep menyambutnya dengan rasa heran.
"Maak sayang, Usep bukan Samson Mak, yang makannya banyak. Ngapain sampe dua gini bawainnya?"
"Ye ... GR, yang tempat ungu ya bukan buat lu kali, Sep."
"Lha, trus buat siapa?"
"Buat sarapan calon daddy lu," ujar Bulan sambil tersapu malu.
"Ha ha ha ...." Usep tertawa keras.
"Mak, segitu gencarnya deketin Pak Anton, jadi inget cerita Zulaikha yang mengejar cinta Nabi Yusuf."
"Ya Allah cakep amat Emak lu disandingin sama Zulaikha, Sep." Wajah Bulan merona.
"Jiah ... bukan mukanya Mak yang disandingin, tapi semangat mengejar cintanya." Usep tersenyum miring.
"Patut Usep contoh nih Mak, semangat Emak mengejar cinta, Usep pasti dapatin tuh hatinya Rania Fatmala." Mata Usep berbinar.
Plaaaakk!
Bulan memukul ringan pundak Usep.
"Cewek mulu di otak lu Sep, bukannya belajar dulu yang bener, ntar kalau lu sukses, ciwi-ciwi itu pada deketin lu," omel Bulan sambil mulai mengunyah roti manisnya.
"Iya dah Mak, Usep berangkat yaa, assalamualaikum." Usep pamit sambil mencium punggung tangan emaknya.
"Eh ... tunggu, Sep!" panggil Bulan pada anaknya.
"Iya Usep tahu, pasti Emak mau nitip salamkan buat Pak Anton," potong Usep sebelum sempat emak bicara.
"He he ... iyaa, Sep, udah gitu tempat bekelnya bawa balik lagi ya, Sep, biar besok Emak bawain lagi buat emak gue, ngapa ganjen amat ya?" gerutu Usep dalam hati.
Lalu dengan penuh semangat, mengayuh sepeda dengan kecepatan penuh, udara pagi masih terlihat redup karena masih tersisa bekas hujan semalam, jalanan pun becek.
Sssuuurrr!
"Astaghfirulloh!" pekik Usep kaget, ia menepikan sepedanya, lalu melihat baju seragam olah raganya yang kotor kena cipratan becek.
"Ck, siapa sih tuh? bawa motor seeenaknya, sialan," umpat Usep dalam hati.
"Pagi, Pak," sapa Omar saat melewati pos security sekolah.
Ia lalu memarkirkan Melani di dipojok dekat tangga, sebelumnya Omar mengecek rambut dan senyumnya melalui spion wardah. Omar bergegas ke ruang guru, dilihatnya motor Pak Anton sudah ada di parkiran.
"Assalamualaikum permisi, Pak," sapa Omar ramah sambil menyembulkan kepalanya dari balik pintu, tampak Pak Anton, Pak Hendro dan Bu Yusi sudah duduk di mejanya masing-masing.
"Wa'alaykumussalam," jawab para guru serempak.
Usep masuk lalu mencium punggung tangan Pak Hendro dan Bu Yusi, begitu juga dengan Pak Anton."Ada apa, Mar?" tanya Pak Anton
"Ini Pak, sarapan buat Bapak." Omar menyerahkan tempat makan berwarna ungu.
"Cie ... Pak Anton dibawain sarapan nih sama calon istri," goda Bu Yusi.
Pak Anton melotot ke arah Bu Yusi dan Pak Hendro yang juga ikut terkekeh.
"Makasih ya, Mar, harusnya jangan repot-repot, Mar," ucap Pak Anton merasa sedikit canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada apa dengan Brondong? (Ending) Sudah Tersedia Ebook di Google Play Store
HumorKisah tentang seorang remaja yatim dengan wajah pas-pasan yang sedikit alay. bagaimana perjuangannya dalam meringankan beban hidup emaknya dan bagaimana dia bisa terlibat dalam kisah cinta yang sedikit rumit, sehingga dia terpaksa menikah muda. Usep...