Part. 11

3.3K 325 33
                                    

"Ya Allah malunya sampe sekarang kok ga hilang-hilang," gerutu Bulan dalam hati, sambil menatap cermin dirinya, mengingat peristiwa seminggu yang lalu di mana dia pingsan di depan guru dan teman-teman anaknya.

Flashback

"Mak, ya Allah Mak," panggil Usep sambil menepuk-nepuk pipi emak. Usep khawatir karena wajah emak yang terlihat pucat. Pak Anton dan teman-temannya juga sama paniknya.

"Coba ambilkan minyak kayu putih, Mar," perintah Pak Anton setelah mengangkat emak ke kursi dibantu oleh Omar dan Xander juga Lukman, maklum tubuh emak Omar yang montok membuat mereka harus bekerja sama mengangkatnya.

Sluurrp..sluurpp..

Suara Omar mengolesi hidung ibunya dengan minyak kayu putih. Namun Bulan belum juga sadar.

"Ya Allah, gimana ini Pak?" Omar panik.
Terlihat Pak Anton juga kebingungan.

"Emang Emak lu lagi sakit ya, Mar?" tanya Arin

"Tidak, tadi baik-baik aja, lu liat sendiri tadi gorengin pisang di dapur," jawab Omar cepat.

Xander, Lukman, dan Arin saling pandang dan beralih menatap wajah Pak Anton yang bingung.

"Tungguu-tunggu, jangan bilang Emak gue pingsan karena liat Pak Anton?" Omar menebak. Mereka yang ada di sana terkekeh, srdangkan Pak Anton hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Dosa lu Mar, ketawain Mak lu yang lagi pingsan," celetuk Xander.

"Pingsan karena cinta mah beda rasanya Xan," timpal Omar.

"Kasih nafas buatan aja Pak, pasti Emak Omar langsung sadar dah," usul Lukman dengan tatapan menggoda kepada Pak Anton.

"Huuss, enak aja lu, baru liat Pak Anton datang aja Emak gue udah pingsan, apalagi dikasih nafas buatan, langsung ke ICU kali. "
Kali ini Pak Anton tak kuat menahan tawa.
Omar berjalan ke dapur mengambil sesuatu dan kembali lagi menghampiri emak yang masih pingsan.

"Apaan itu, Mar?" tanya Arin dan Xander bersamaan. Omar meletakkan ikan asin jambal yang belum digoreng di depan hidung emaknya, daann tiba-tiba...

Hhhuuaacchhiii!
Hhhhaacchii!

Bulan bersin-bersin karena mencium aroma ikan asin yang menyengat.

"Alhamdulillah," ucap semua orang yang ada di ruangan itu.

"Ehh, Mamah Omar udah sadar," goda Omar.

"Aduuhh maaf yaa, saya pingsan ya tadi," ucap Bulan polos dengan nada halus yang dibuat-buat.

"Bukan, ngulek," sahut Omar sambil terkekeh, yang lain pun ikut terkekeh.

"Eehh, maaf Pak guru jadi ga berkesan gini yaa sambutan dari saya," kata Bulan lagi di depan Pak Anton yang wajahnya sudah memerah malu.

"Aaiihh, kayaknya kita pindah aja deh belajarnya, biar Mamah sama Daddy bisa berduaan, biar berkesan," seloroh Omar.

"Ehh, apaan sih Sep? Udah lanjutin aja, biar Mak ke dalam dulu." Bulan kemudian berjalan menuju kamarnya.

Dada Bulan berdebar kencang, dia tak ingin pingsan kedua kalinya jika berlama-lama di depan Pak Anton. "Ya Allah seandainya tadi Pak guru kasih nafas buatan yaa, enam belas tahun bibir kering kerontang gini, ga ada yang nyolek pisan," gumam Bulan sambil meraba bibirnya.

"Idiihhh, mikir apaan sih lu, Bul." Bulan mengetok-ngetok keningnya sendiri.

Flash back off

"Sep, lu jadi hari ini ngajar adiknya cewek yang lu taksir?" tanya Bulan saat melihat Usep sudah rapi dengan baju kaos coklat polos dengan celana taekwondonya.

Ada apa dengan Brondong? (Ending) Sudah Tersedia Ebook di Google Play StoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang