Pᴏʀᴛᴇ

3.5K 261 76
                                    

Halilintar mengidap penyakit berbahaya sejak kecil, peluangnya untuk hidup hanya tersisa enam bulan lagi. Taufan, sang sahabat baik tidak dapat menerima ini. Setiap hari Ia akan melipat bangau kertas berisi perasaan tak terbalas miliknya pada Halilintar, sampai ajal datang menjemput Halilintar.

.
.
.
Thousand Cranes
•Chapter 1: [Porte]
.
Rate: T
.
Chara: Taufan. B, Halilintar. B
.
Warn: Typo, OOC, Error dimana-mana
.
Segala hak cipta BoBoiBoy dipegang oleh Monsta, saya cuma meminjam karakter.

_________________________________

Taufan masih ingat saat sahabatnya itu masih baik-baik saja. Saat sahabatnya membalas lelucon jahilnya dengan kata-kata kasar ataupun pukulan ringan. Ia rindu sosok meledak-ledak yang selalu sebangku dengannya sejak Ia masih SMP.

Sudah enam bulan sosok Halilintar tidak menemaninya di sekolah, yang berarti enam bulan lagi Taufan harus rela melepaskan sahabatnya itu.

Sejak berumur sekitar dua belas tahun Halilintar didiagnosis menderita Leukimia. Rumah Sakit bukanlah tempat yang asing bagi Taufan maupun Halilintar. Bukan cuma sekali kondisi Halilintar drop dan terpaksa dirawat inap di Rumah Sakit.

Kali ini sudah ketiga kalinya Taufan melihat Halilintar terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit semenjak kejadian enam bulan lalu. Ia tahu kalau sosok pucat di hadapannya ini tidak akan kembali memukul atau menyindirnya seperti biasa.

Taufan sudah tahu semuanya dari orangtua Halilintar. Iya, semuanya... Bahkan kemungkinan waktu hidup Halilintar yang kurang dari setahun, yang berarti sekarang kurang dari enam bulan.

Ia tahu semua itu sejak menginjak bangku akhir SMP, harusnya Ia bisa ikhlas melepaskan Halilintar saat masanya tiba. Tapi hati kecilnya berkata lain; Ia ingin Halilintar sembuh dan tetap berada di sisinya.

Bilang Taufan egois karena terus berharap tentang sesuatu yang mustahil, tapi mana ada manusia yang mau melepaskan orang yang mereka sayangi. Sudah cukup Ia kehilangan keluarganya dalam kecelakaan, Ia tidak mau lagi.

Hari ini Taufan melipat kertas lagi. Washi berpola bunga Camelia disulap menjadi bangau kertas hanya dengan modal keterampilan tangannya.

Ini adalah bangau kertas ke-seratus delapan puluh.

Harapannya masih sama dengan saat itu, Ia ingin membuat seribu bangau kertas sebelum Halilintar meninggal dan berharap pepatah kuno mengenai seribu bangau kertas dapat mengabulkan satu permohonan dapat menjadi nyata.

Bodoh memang, tapi Ia masih bisa berharap dan menunggu. Menunggu permainan dari Tuhan yang akan Ia terima setelah ini.

[Thousand Cranes]

Hari ini Taufan mengunjungi Halilintar lagi. Ia tidak mau menyia-nyiakan sisa waktu enam bulannya dengan Halilintar. Sudah cukup enam bulan pertama Ia buang dengan cara mengurung diri dan menghindar dari Halilintar.

Tangan Taufan agak gemetar saat membuka pintu ruangan tempat Halilintar dirawat. Ia takut menemui sosok yang sudah Ia hindari selama enam bulan itu.

Halilintar yang menyadari kedatangan seseorang menoleh ke arah pintu. "Taufan...?"

"Iya, Hali... Ini aku. Maaf sudah meninggalkanmu enam bulan terakhir ini..." Ucap Taufan pelan sambil menundukkan kepalanya. "Aku ini benar-benar teman yang payah, ya..?"

Thousand Cranes[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang