A Fᴀʟʟ ᴛᴏ Tᴀʟᴋ

1.6K 199 87
                                    

"Kumohon, tetaplah hidup walaupun aku akan pergi dari dunia ini. Jangan menyerah pada mimpimu hanya karena aku"
.
.
.
Thousand Cranes
Chapter 4: [A Fall to Talk]
.
Rate: T
.
Chara: Halilintar. B, Taufan. B
.
Warning: OOC, Typo, Error dimana-mana, Bahasa Tidak Baku
.
Segala hak cipta BoBoiBoy dipegang oleh Monsta, saya hanya meminjam karakter saja.

_____________


"Akh..." Halilintar merintih menahan sakit. Belakangan ini rasa nyeri di tubuhnya semakin parah, tidak ada tanda-tanda dirinya akan kembali sehat seperti dulu lagi.

Taufan menatap sendu sahabatnya itu. Hatinya teriris melihat sosok Halilintar yang tampak sangat rapuh saat ini, jauh di dalam hatinya Taufan berdoa kepada Tuhan agar Halilintar dapat sembuh dari kanker yang menggerogotinya.

Taufan mengerti kalau harapan untuk Halilintar sudah hampir tidak ada lagi, penyakit Halilintar sudah mencapai stadium tiga, bahkan Halilintar sendiri sudah kehilangan harapan pada dirinya sendiri.

"Hei... Kenapa wajahmu masam?" Tanya Halilintar pada Taufan yang sedang mengunyah sandwich yang Ia bawa sedari tadi. "'kan aku yang sakit, Fan- untuk apa kamu bersedih?"

Taufan berhenti melahap sandwich nya. Sepertinya, Halilintar dapat membaca raut wajahnya dengan mudah, Taufan tidak suka ini.

"Tidak, aku tidak apa-apa," kata Taufan sambil memaksakan sebuah senyuman pada wajahnya.

Halilintar menghela nafas kasar saat melihat sahabat baiknya yang harus berpura-pura seperti ini demi dirinya. Kalau saja Halilintar tidak pernah terkena penyakit sialan ini, mungkin, mungkin Gempa masih disini.

"Apa yang menggangu pikiranmu belakangan ini?" Tanya Halilintar mendadak.

Taufan memegang ujung dagunya saat mendengar pertanyaan Halilintar. Apa yang mengganggunya belakangan ini?

"Ah- aku gagal di tes Bahasa Jepang tadi pagi-" kata Taufan dengan tampang malas. "Aku salah tulis, seharusnya yang kutulis itu hiragana 'ra', tapi tertukar dengan hiragana 'chi'. Jadi aku gagal-" lanjutnya lagi dengan nada seolah tidak tertarik.

Halilintar menepuk jidatnya setelah mendengar penjelasan Taufan. Memang betul, Taufan tidak ada harapan dalam pelajaran yang satu itu kalau Halilintar tidak ada disisinya.

"Lalu... Aku salah menulis kanji besar, bentuknya jadi mirip kanji api-" lanjut Taufan lagi.

"Yah, apalagi masalahmu di pelajaran ini?" Tanya Halilintar geram.

Taufan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kurang lebih... Semuanya-" ucap Taufan setengah bergumam disambut dengan tatapan tajam dari Halilintar.

Halilintar mendecih pelan. "Sudahlah, Fan... Lupakan saja impianmu mau kuliah di Jepang. Nilaimu bagus, tapi kalau kemampuan Bahasa mu seperti ini- lebih baik mundur. Lagipula, berapa tingakatanmu?"

Taufan memalingkan pandangannya dari Halilintar. "t- tidak sampai N5..." bisik Taufan.

"HAH-?!"

"TIDAK SAMPAI N5!! AKU GAGAL WAKTU TES!!!"

"Sudahlah, Fan... Cari universitas di negara lain, kau tidak ada harapan di Bahasa Jepang." Kata Halilintar malas.

Thousand Cranes[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang