Aku tidak ingin mengatakan selamat tinggal.
.
.
.
Thousand Cranes
Chapter 3: [Moil]
.
Rate: T
.
Chara: Halilintar. B, Taufan. B
.
Warning: OOC, Typo, Error dimana-mana, Bahasa Tidak Baku
.
Segala hak cipta BoBoiBoy dipegang oleh Monsta, saya hanya meminjam karakter saja.______________
Sosok anak berumur dua belas tahun itu menatap Bundanya sendu.
Hari ini hasil diagnosis yang menentukan kehidupannya keluar. Halilintar Kinan Petir, umur dua belas tahun, positif menderita Leukimia.
Hidupnya tidak lama lagi, mungkin cuma dapat bertahan sampai umurnya menginjak usia delapan belas tahun.
Mau tidak mau Halilintar harus berhenti dari klub karate yang sudah diikutinya sejak berumur lima tahun karena kondisi badannya yang mulai melemah. Padahal dulu Bundanya bekerja mati-matian agar dirinya dapat mengikuti klub kegiatan karate yang Ia idam-idamkan sedari dulu.
Sebuah helaan nafas kasar lolos dari kedua belah bibirnya, ini tidak menyenangkan, tidak sama sekali.
"Bunda, tolong rahasiakan ini dari Gempa..." Ucapnya lirih pada Bundanya. Ia tidak boleh menunjukkan kelemahannya pada sang adik.
Hidup mungkin tidak berpihak pada dirinya, tapi setidaknya adik kembarnya dapat memiliki kehidupan yang jauh lebih baik.
Halilintar memejamkan kedua matanya perlahan. Beberapa tetes air mata lolos dari sudut matanya, mulai membasahi pipi Halilintar.
Untuk apa dia menangis di saat seperti ini? Menangis tidak akan menyelesaikan masalahnya, Halilintar harus tetap kuat demi Gempa, demi keluarganya, demi Bundanya.
Secercah harapan muncul di hati Halilintar. Kalau tidak dapat melakukan sesuatu lagi dengan tubuhnya, bukankah dia masih memiliki otak?
Sejak hari itu Halilintar belajar jauh lebih giat. Sosoknya yang biasa terlihat berlatih gerakan karate di halaman belakang rumah digantikan dengan dirinya yang mengurung diri bersama buku di dalam kamar.
Halilintar lulus dengan nilai terbaik.
Mencari tingkat sekolah yang selanjutnya juga tidak terlalu sulit bagi Halilintar. Tidak ada sekolah yang tidak mau menerima murid jenius yang mendapatkan'A' di setiap mata pelajaran.
Sebuah sekolah favorit menarik perhatian Halilintar. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya dan dekat dengan Rumah Sakit kota.
Ujian masuk dilalui Halilintar dengan mudah, setiap jawabannya bisa dibilang sempurna. Tanpa celah sedikitpun.
Masuk sebagai peraih nilai tertinggi di ujian masuk, Halilintar dimasukkan ke dalam kelas unggulan yang berisi dua puluh orang murid yang mendapat nilai tertinggi di tes masuk.
Dan Halilintar bertemu dia untuk yang pertama kalinya.
____________________
Sosok pemuda manis bernama Taufan selalu menarik perhatian Halilintar sejak pertama kali mereka bertemu.
Taufan selalu tersenyum, tertawa dan melemparkan lelucon tak peduli dalam situasi apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thousand Cranes[✓]
FanfictionHalilintar mengidap penyakit berbahaya sejak berumur dua belas tahun, peluangnya untuk hidup hanya tersisa enam bulan lagi. Taufan, sang sahabat baik tidak dapat menerima ini. Setiap hari Ia akan melipat bangau kertas berisi perasaan tak terbalas mi...