Chapter 3

19 6 1
                                    

Pagi yang menegangkan bagi Adrian, sebab pagi ini ia akan mengutarakan perasaannya pada seorang gadis yang disukainya.

"Aku mau ngomong serius sama kamu"

"Ngomong apa sih? Ngomong aja. Heleh, pake sok serius segala, biasanya aja gak pernah serius" jawab sang gadis

"Hmmm, dorrr!!!" kata Adrian sambil berlutut dan mengeluarkan bunga dari balik punggungnya.

"Hah?! ini maksudnya apa?"

"Aku lagi nembak kamu. Jadi mau gak kamu jadi pacar aku?" tanya Adrian dengan muka seriusnya.

"Adrian, ini kamu serius?"

"Quinza, coba kamu lihat mata aku! Apa menurut kamu aku lagi bercanda?"

"Hmmm... e-enggak sih, ta-tapi aku gak nyangka aja" jawab Quinza dengan raut terkejut yang tak dapat disembunyikannya.

"Yaudah, buruan jawab! Capek nih aku berlutut kayak gini"

"Bukannya nolak sih... tapi kitakan sahabatan, apalagi Brayankan deket banget sama aku" ujar Quinza, mencoba menjelaskan.

"Ya udah, kita pacaran diam-diam aja biar gak ketahuan Brayan"

"Tapi kalau sampai kita ketahuan pacaran nanti persahabatan kita akan pecah, dan Brayan pasti marah kalau tahu kita pacaran"

"Tapi aku suka sama kamu dari dulu Za, perasaan itu tuh, tidak bisa dibohongi"

"Ahhh...udalah intinya kita cuma sebatas sahabat," ujar Quinza yang artinya penolakan bagi Adrian.

Setelah itu Quinza langsung meninggalkan Adrian tanpa niat melanjutkan pembicaraannya. Beberapa menit kemudian Brayan tiba-tiba datang dan menghampiri Adrian dengan api yang membara di dalam dirinya.

"Ehh...sini lo Yan!" panggil Brayan sambil menarik kerah baju Adrian

"Apaan ni?...kok lo tiba-tiba marah sama gue?"

"Lo kira gue gak tau apa yang lo omongin sama Quinza barusan ini?!"

"Ngomong apa? Gue Cuma cerita sama Quinza tentang masalahnya sama si Zeta, udah kelar apa belum"

"Lo kira gue buta apa?! Gue dengerin lo ngomong sama Quinza mulai awal sampai akhir, lo ngungkapin perasaan elokan, kalau lo sebenarnya suka sama Quinza, jangan kira gue gak tau ini semua, gue gak sebodoh lo kira"

Dan akhirnya Adrian tidak sanggup berbohong dan mengelak, toh si Brayannya juga sudah tahu. Jadi, untuk apalagi ia berbohong?

"Ok..gue jujur! Emang gue suka sama Quinza dari dulu. Tapi, gue ngomong sama Quinza selalu dicuekin, gak pernah direspon, beda sama lo yang selalu direspon sama Quinza. Bahkan, kalian bisa ketawa bareng. Gue udah gak bisa nahan perasaan ini, gue udah gak sanggup."

"Oh...lo suka sama Quinza, emangnya lo gak tau apa kalau kita ini sahabat?!! Jangan lo kira gue gak suka sama Quinza, gue juga suka! Tapi gue tau kalau kita masih ada ikatan sahabat, gue sadar dan gue gak mentingin ego gue sendiri, gak kayak lo," tukas Brayan sambil mengarahkan jari telunjuknya ke mata Adrian.

Dan akhirnya Adrian tidak mau memperpanjang masalah ini, dia lebih memilih untuk meninggalkan Brayan sendirian.

TBC


About HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang