Pity

8 2 0
                                    

Tadi pagi, aku mengatakan kepada Agung bahwa aku tidak bisa pulang bersamanya hari ini karena ada kegiatan ekstrakulikuler. Namun, kegiatan ekstrakulikuler hari ini dibatalkan secara mendadak karena pelatih kami harus menggantikan temannya untuk hadir di sebuah turnamen olah raga. Setelah mendengar kabar itu, aku segera pergi ke kelas Agung. Semoga saja ia belum pulang sehingga kami bisa pulang bersama seperti biasa.

Sesampainya di depan kelas, aku mengintip ke dalam kelas lewat jendela di antara ruang kelas dan koridor. Terlihat dua orang sedang bercakap-cakap di dalam ruang kelas. Selain mereka berdua, tidak ada orang lain di situ. Satu di antara mereka adalah Agung, sedangkan orang yang bercakap-cakap dengannya adalah Pak Doni. Syukurlah, ternyata Agung belum pulang. Tapi, apa yang tengah ia bicarakan dengan Pak Doni? Nggak usah kepo, itu bukan urusanku, kataku pada diriku sendiri.

Namun, tiba-tiba, aku mendengar namaku disebut. Apakah mereka sedang membicarakanku? Aku menajamkan telinga dan berusaha mendengarkan percakapan mereka. "Makasih ya, Gung, udah mau jadi teman Rizal selama ini," ucap Pak Doni. Tunggu, apa maksud ucapan Pak Doni? Mengapa dia berterima kasih? Aku masih mencoba memproses ucapan Pak Doni di kepalaku.

"Sama-sama, Pak," jawab Agung.

"Rizal itu anak yang penuh semangat dan pantang menyerah, tapi dia memang agak lambat belajarnya. Sayang sekali, ada banyak anak yang tidak menghargai usahanya dan malah menjadikan dia bahan tertawaan." Rasa kasihan terlukis di wajahnya. "Bapak minta, kamu terus dampingi dia ya, setidaknya sampai lulus SMA. Anak itu butuh sokongan. Kalau tidak ada kamu, dia mau bersandar ke siapa lagi? Bapak kasihan sama dia."

"Iya Pak, saya juga," kata Agung dengan air muka yang sama dengan lawan bicaranya.

Sekarang, kurasa aku mulai memahami apa yang sedang mereka bicarakan. Tiba-tiba, hatiku terasa seperti disayat-sayat.

"Maaf ya, sejak kelas sepuluh Bapak selalu ngerepotin kamu dengan permintaan Bapak. Soalnya kamu satu-satunya anak yang bisa Bapak mintai tolong," ujar Pak Doni.

Aku tak kuat lagi mendengar sisa percakapan mereka. Aku pun berlari pergi secepat yang kubisa. Aku sudah lupa pada niatku untuk pulang bersama Agung hari ini. Selama berjalan pulang, pikiranku tak karuan. Ingin rasanya aku menangis dan berteriak sekeras mungkin.

Jadi, selama ini Agung berteman denganku hanya karena Pak Doni meminta tolong padanya agar menjadi temanku? Pak Doni juga bersikap suportif padaku hanya lantaran kasihan padaku yang lambat belajar? Sejak awal, aku heran mengapa orang seperti Agung mau berteman dengan sampah sepertiku. Aku tak punya apa pun yang bisa membuat orang lain senang menjadi temanku. Berteman denganku sama sekali tidak menyenangkan. Mustahil ada orang yang mau berteman denganku karena mereka benar-benar menyukaiku. Kalaupun ada yang mau menjadi temanku, pasti itu hanya karena belas kasihan. Ternyata, apa yang kupikirkan itu benar. Agung tak pernah tulus menganggapku temannya. Ia berteman denganku hanya karena rasa kasihan.

Aku tahu, maksud Pak Doni itu baik. Ia ingin aku memiliki teman yang setia mendukungku menghadapi kehidupan yang sulit. Agung juga sebenarnya tidak punya maksud buruk. Namun, tetap saja, aku merasa terkhianati karena orang yang paling kupercaya ternyata tidak tulus menganggapku temannya. Kenyataan itu sangat menyakitkan. Tidak ada artinya ia berteman denganku jika hanya karena kasihan. Kalau ia tidak tulus menganggapku temannya, lebih baik kami tidak usah berteman saja.

Sambil berlari kencang, aku mengusap mata dan pipiku yang basah karena air mata. Orang-orang yang berpapasan denganku di sepanjang jalan menatapku dengan iba. Namun, tatapan iba mereka justru membuatku muak. Mereka sama saja dengan Agung dan Pak Doni. Mereka pikir aku makhluk tak berdaya yang minta dikasihani. Asal mereka tahu saja, aku tak perlu dikasihani!

Bersambung

A/N:
Makasih ya udah mau baca ceritaku sampai sini! Kuharap kalian suka ceritaku. Mohon dukung aku dengan komentar dan vote ya! Dukungan kalian sangat berarti buatku. 💕 Sampai jumpa di chapter selanjutnya! 😊 Mungkin update-nya bakal lama karena magang, skripsi dan lain-lain, tapi kalau banyak yang dukung aku, mungkin aku bisa update lebih cepet. 😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keistimewaan yang TerpendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang