Prolog

29.8K 1.4K 77
                                    

"Ini kekasih saya."

Natasya mendelik pada lengan kekar yang melingkar sembarangan di pundaknya. Mendengkus keras, memutar bola mata malas melihat drama percintaan di hadapannya.

"Kamu pasti bohong, Qy." Wanita yang berpakaian rapi itu menunjukkan raut tak percaya.

"Aku serius," Pria itu memiringkan wajahnya merunduk demi melihat Natasya. "Iya, kan?"

Natasya tersenyum, senyum penuh kelicikan. Tangannya bergerak merambat ke atas, mencengkeram lengan Pria tidak punya pikiran itu. Tanpa aba-aba, Natasya mengeratkan cengkeramannya sukses membuat Pria itu meringis tertahan.

"Aku nggak percaya. Aku mau ngadu sama Mami," isaknya kemudian berjalan cepat meninggalkan mereka berdua.

"Adu-duh..."

Natasya menyikut perut Pria itu, mengangkat tubuh Pria itu sedikit kemudian membanting Pria itu ke depannya.

"Badan saya," ringisnya kesakitan.

Natasya bersedekap menatap tajam Pria itu. "Makanya kalau jadi laki itu jangan suka drama. Nggak cocok banget," ketus Natasya.

"Zaq, lo baik-baik aja?" dua orang lelaki menghampiri Pria itu, membantunya berdiri.

"Maaf, Mbak. Saya terpaksa."

Natasya berdecih sini, bibir tipis kecilnya tersenyum miring. "Kalau sekiranya elo nggak mau dikejar-kejar cewek, ya jangan pacaran lah." Tiba-tiba dua orang Pria itu tertawa terbahak-bahak, membuat alis rapi Natasya naik sebelah. "Kenapa? Kalian mau dihajar juga?" sembur Natasya dengan nada nyolot.

Seketika mereka berhenti tertawa, mengangkat dua jari tanda berdamai. "Kami ngetawain makhluk ini nih," tunjuknya pada Pria yang tadi Natasya banting. "Dia gokil banget."

"Lucu ya?" Natasya tertawa sumbang, mendekat pada Pria itu, tanpa aba-aba menginjak kaki Pria itu. "Yang kayak begini bukan lucu, tapi gemesin minta dipites." sepatu Natasya berputar di atas sepatu Pria itu.

Bukannya menolong, kedua Pria tadi malah tertawa puas melihat ekspresi kesakitan yang muncul dari wajah Pria itu.

"Sekali lagi awas lo!" ancam Natasya berlalu dari sana.

***

Zaqy meringis, memijat bahunya pelan.

"Gila, body-nya sih kelihatan ringan, tenaganya bedas banget." Teman sialannya memuji wanita tadi yang membantingnya.

"Iya, gue nggak nyangka banget, Zaq. Sadis. Jarang-jarang tuh cewek kayak gitu," timpal teman setannya yang lain.

Mata tajam Zaqy berkilat kesal. "Kalau kalian mau berisik, mending sana pergi. Badan gue sakit."

Betapa setannya mereka malah tertawa lagi seolah puas melihat kondisinya sekarang. Ardan dan Dimas, sahabat gila yang tidak tahu bersyukur. Saat dirinya susah mereka malah tertawa sebelum mengulurkan tangan mereka membantunya. Astaga...

"Lihat kakinya si Zaqy, bengkak," tunjuk mereka kembali tertawa.

Zaqy mendengkus, gendang telinganya terasa ingin pecah mendengar tawa mereka. "Gue beneran nggak akan segan ngusir kalian dari sini," desisnya tajam.

Mereka berhenti tertawa, mengangkat kedua tangan mereka bersamaan. "Okay, kami diam."

Zaqy menghela napas lelah, kembali memijat bahunya dan membiarkan kakinya direndam air es. Malam yang sial untuknya, Mamanya terlalu memaksakan kehendak memintanya untuk segera menikah dengan berbagai alasan. Sementara dirinya belum benar-benar siap berkomitmen dalam ikatan sakral. Memang secara materi dirinya sangat mampu, karena profesinya sebagai Arsitek ternama. Namun, secara batin, dirinya belum benar-benar siap.

Zaqy terlalu kaku dalam menjalin hubungan, karena waktunya ia habiskan untuk belajar dan bekerja. Zaqy bukan anak orang kaya seperti dalam sebuah cerita romansa. Anak tunggal yang mewarisi banyak Perusahaan dan aset-aset mewah lainnya. Zaqy berasal dari keluarga sederhana dan atas izin Tuhan, Zaqy bisa sukses dalam karirnya. Tentu saja dengan usaha keras, bukan secara cuma-cuma.

Zaqy juga bertemu dengan sahabat-sahabat gilanya dari sisa perjuangan dirinya dulu. Gila, bukan? Tapi ya mau bagaimana lagi. Saat dulu dirinya kelaparan di akhir bulan, setan berwujud sahabat ini yang membantunya mengganjal perut sampai malam hari. Saat bensin motornya nyaris kering, sahabat setannya yang mau repot-repot menyedot selang hanya untuk berbagi bensin.

Dan sekarang, mereka sudah mencapai titik yang bernama sukses. Iya, dirinya dan sahabatnya sudah mampu mencukupi kebutuhan dan keinginan keluarga mereka. Membeli rumah dan tanah bukan lagi hal yang berat untuknya yang sekarang.

Dan sekarang, diusianya yang menginjak 29 tahun. Mamanya terkena serangan panik dan tiba-tiba saja menjodoh-jodohkan dirinya dengan wanita karir yang sama sekali tidak ia inginkan.

"Nyokap lo panikan banget anaknya jadi bujang lapuk," seru Ardan berjalan ke belakangnya mengambil alih memijat bahunya.

"Iya, Qy. Padahal kan lo belum terlalu lapuk," timpal Dimas duduk santai di single sofa.

Zaqy kembali menghela napas. "Nggak tahu gue. Nyokap bilang pengen cepat-cepat punya cucu."

Dan, mereka kembali tertawa.

"Gendang telinga gue bisa pecah denger kalian tertawa kayak kesetanan gitu. Senang banget lihat gue disiksa," cibir Zaqy ketus.

"Gila nggak sih, seorang Zaqy bisa dibanting sama cewek yang kelihatan imut banget. Zaqy yang dinginnya ngalahin pendingin eskrim," ledek Ardan menepuk-nepuk bahu Zaqy keras.

Zaqy mendengkus, menepis tangan Ardan. "Mending kalian balik deh. Gue mau istirahat, besok juga ada pertemuan penting." Tanpa segan Zaqy mengusir kedua sahabatnya.

"Eleh, yang malu babak belur sama cewek."

Zaqy menatap tajam keduanya yang malah semakin gencar mengejeknya. Tidak ada cara lain, Zaqy hanya bisa pasrah berlalu masuk ke kamarnya begitu saja, mengabaikan sahabatnya yang semakin gila tertawa.

Sialan!

***

Gimanaaaa??? Lanjut jangannn??? Yuk ramaikannn...

Crazy Love Story (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang