Lima

10.3K 1.1K 117
                                    

"Kamu mau malu-maluin Ayah ya, Sya?"

Natasya mendongak, memberengut sebal. "Tasya cuma ngasih pelajaran doang, Yah. Dia peluk-peluk Tasya sembarangan waktu di mal."

"Mungkin nggak sengaja, Sya."

Natasya menoleh pada bundanya, mencebik menatap kesal bundanya. "Nggak ada itu yang namanya nggak sengaja, pasti disengaja. Orang pas dia rangkul Tasya bilangnya, ini kekasih saya. Kan, coba deh Bunda bayangin siapa yang nggak kaget, dan waktu ketemu lagi di kantor, ya udah Tasya bilang nama Tasya, Markonah sama ngakunya jadi OG."

Rayhan menggeleng, memijat keningnya yang mendadak terasa pening. "Bun, pas waktu ngidam Natasya gimana sih dulu? Kok bisa mirip banget kelakuannya sama Ayah? Kalau cowok sih kenanya pas, Bun. Kalau cewek ntar susah dapat jodohnya," keluh Rayhan menatap istrinya putus asa. Dari kecil Natasya memang tengil, Rayhan pikir putrinya akan berubah seiring bertambahnya usia. Tapi nahas, putrinya semakin menjadi. Apalagi saat masa SMA dan kuliah, tidak tanggung Rayhan sering mengunjungi ruang BK karena ulah Natasya.

"Ayah kok gitu sih sama Tasya!" sungut Natasya kesal tak terima.

"Kalau orangtua lagi bicara, jangan melebih nada bicaranya. Nggak baik, Sya," tegur Oma-nya membuat Natasya meringis. Natasya sedang di sidang, di ruang yang khusus digunakan untuk menyidang siapapun yang bersalah. Sepulang Zaqy, Natasya langsung ditarik ke ruangan ini dan diberikan peringatan keras. Yah, seperti yang sedang berlangsung saat ini. Ada bunda, ayah, oma, satu lagi Om Prakasa.

"Itu juga salah Ayah terlalu manjain Natasya, lihat kan sekarang buktinya? Bunda itu udah hafal wataknya nggak jauh beda sama Ayah, makanya Bunda dari dulu sering batasi gerak Natasya. Kan imbasnya sampai sekarang."

Natasya tersenyum penuh kemenangan. "Udah deh Yah, orang kita sebelas-dua belas. Jadi udah jangan sok-sok disidang gini."

"Natasya..."

"Kamu udah 24 tahun loh, Sya. Om yakin ada beberapa teman SMA atau kuliah kamu sudah ada yang menikah dan memiliki anak. Jangan seperti Tante kamu yang nikah usia 35 tahun. Nggak baik."

Natasya mendengkus pelan, nyaris tak terdengar. "Oh.. Om Prakasa jelekkin Tante Anara ya? Aku aduin ya sama Tante, Om jelekkin Tante."

Prakasa gelagapan, mengusap wajahnya frustrasi. "Om nggak menjelekkan Tante kamu, Om cuma kasih contoh."

Syeena mendesah frustrasi. "Kamu keras kepalanya ngabisin sekeluarga, kalau dikasih nasehat itu selalu aja ngejawab. Kalau aja bisa, kamu Bunda masukkin lagi dalam perut."

Natasya meringis, menunduk. Kalau bundanya sudah bilang masukkin dalam perut, itu artinya sudah sangat marah dan tidak bisa ditawar lagi. Bukan waktunya bercanda.

"Kamu udah melampaui batas, Sya. Bukan masalah identitas, atau apalah itu. Dia itu yang mau menangani proyek Perusahaan kita. Kamu injak kaki dia, sama kamu taburin bubuk cabai. Untung dia nggak ada alergi sama pedas. Kalau dia alergi sampai meregang nyawa, mau tanggung jawab kamu?" cecar Rayhan marah.

Natasya semakin menunduk. "Maaf."

"Kamu boleh melakukan itu kalau memang orangnya beneran jahat, tapi kan kamu nggak tahu apa yang terjadi sama Zaqy waktu nggak sengaja rangkul kamu." Natasya memainkan jari-jemarinya, merasakan hawa panas mengelilinginya. "Ayah nggak mau tahu, nanti kalau ada rapat lagi dengan Zaqy, kamu harus minta maaf."

Seketika Natasya mendongak. "Nggak mau, Ayah," tolak Natasya langsung.
Natasya mendesah kesal melihat tatapan tajam ayahnya. "Ayah kan sudah mewakili Tasya minta maaf."

"Siapa yang berbuat?"

"Tasya."

"Jadi, siapa yang harusnya minta maaf?"

Natasya terdiam, tetapi dengan kompaknya yang ada di ruangan tersebut menjawab, "Natasya."

Natasya melongo, menatap yang ada di ruangan bergantian. Refleks Natasya menutup wajahnya dengan telapak tangannya. "Iya-iya! Tasya minta maaf nanti." kalau nggak ada hujan maksudnya. Kebetulan cuaca lagi senang hujan, jadi tidak perlu minta maaf. Kalaupun harus, nanti saja pas musim kemarau.

***

Zaqy menghempaskan tubuhnya ke sofa, merasakan tubuhnya yang mendadak sakit semua. Sebenarnya sih, kepalanya yang sakit memikirkan wanita yang bernama Natasya itu. Salah memang dirinya bersinggungan dengan macam jelemaan manusia. Parasnya sih cantik, tapi sayang taring sama kuku-nya buat Pria berpikir ulang mendekati Natasya.

"Abang?"

Zaqy segera bangkit. "Iya, Ma."

"Tumben pulang ke rumah?"

Zaqy tersenyum kikuk. "Lagi pengen aja, Ma. Kebetulan cleaning service yang suka bersihin apartemen hari ini libur. Jadi apartemen Abang berantakan. Maleslah..."

Dewi mengangguk paham, ikut mendudukkan diri di samping Zaqy. "Gimana sama si Mika? Kamu belum jelasin apa-apa sama Mama."

Helaan napas lolos dari bibirnya. "Abang kurang sreg sama Mika, Ma. Mika terlalu baik buat Abang." Zaqy meringis karena geplakan yang diberikan oleh Mama-nya.

"Keterlaluan banget kamu."

"Apanya yang keterlaluan, Ma?"

Dewi kembali menggeplak gemas kepala Zaqy membuat Zaqy mengaduh seketika. "Kata-kata kamu barusan itu mirip laki-laki berengsek yang udah dapat enaknya. Alasannya klise banget. Belum dicoba, belum apa, udah bilang terlalu baik. Norak!" omel Dewi pada putranya.

Zaqy mengerang, mengacak rambutnya kesal. "Aduh, Ma. Memang iya, kan? Mama tahu Abang lagi proses membenahi diri dan materi, Mika itu kan suka laki-laki CEO yang kekayaannya nggak akan habis tujuh turunan. Lah kita? Kayak juga masih setengah, dipakai satu turunan juga udah habis," keluh Zaqy tak terima dengan omelan Mama-nya.

"Ah iya! Mika bilang waktu di mal, kamu sempat perkenalkan wanita buat jauhin Mika, siapa? Beneran kekasih kamu?"

Seketika Zaqy menatap Mama-nya horor. Wanita memang ember sekali ternyata. "Udah putus."

"Mana ada itu putus sebelum Mama tahu. Nggak mau tahu ya, pokoknya Mama mau cepat-cepat nimang cucu. Kalau dalam satu tahun ini kamu nggak bisa menuhin permintaan Mama. Mama coret kamu jadi anak tunggal Mama."

Mata Zaqy membulat, menatap Mama-nya tak terbaca.

Mati kau Zaqy!

Crazy Love Story (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang