⚘ 4 ⚘

692 114 1
                                    

chapter 4

Sumbu pendek

⚘⚘⚘⚘⚘

"ka! ayoo main pump it up! udah lama ga main itu kan?" mata felix berbinar sambil menunjuk mesin pump it up yang tumben-tumbennya sepi pengunjung.

raka tersenyum tipis melihat tingkah felix, ia jadi teringat kebiasannya dengan felix saat sma, mereka akan pergi ke arcade tiap minggu untuk bermain piu dan memperebutkan skor tertinggi. ekspresi felix masih sama exitednya dengan masa-masa itu.

"lo sih sibuk pacaran, ga pernah nge-pump lagi kan kita," raka berjalan ke arah felix yang sudah gesekkan kartu ke mesin.

"ya maap, namanya juga orang kasmaran. lo kapan nih buat gerakan ngedeketin reina?"

raka tak langsung tanggapi pertanyaan felix, masih sibuk memilah-milah lagu, "duh, lo kan tau gue kayak gimana kalo udah urusan cinta-cinta trulala bla bla bla gitu."

felix tergelak, "rakaa raka, tampang doang fakboi, hati tetep aja hello kitty."

"lo ga ada bedanya ya, tampang kayak tinker bell suara kayak om-om pedofil." balas raka, senyumnya mengembang begitu menemukan lagu yang dipikirnya cocok untuk acara nge-pumpnya kali ini.

"bacooood, udah ah kuy langsung aja. yang kalah harus mau ntraktir mekdi." tukas felix seenak jidat.

"okelah, siapa takut." raka mulai bersiap dan benahi posisinya, "kita pake lagu fav kita jaman sma dulu, bang bang bang."

raka dan felix memulai pergerakan, mereka berdua bersaing namun juga bersenang-sennag. terbukti dari raut muka keduanya yang dihiasi oleh senyuman dan binar kebahagiaan. perasaan senang yang murni muncul karena quality time bersama sahabat.

hasil akhir dari kegiatan nge-pump felix dan raka menunjukkan bahwa felix lah pemenangya. sebenarnya raka memang sengaja mengalah, ia tak mau buat mood felix yang susah payah ia pulihkan jadi jelek kembali. alhasil mereka segera menuju restoran cepat saji yang ada di lantai dasar.

tapi bagaimanapun, namanya juga raka dan felix, selalu saja ada hal yang mendistraksi keduanya dari tujuan semula. mulai dari toko game yang sempat mereka singgahi, toko alat elektronik hingga ke toko buku.

raka dengan sifat ceroboh dan alaynya juga sempat undang sensasi dan buat felix tertawa geli. bagaimana bisa felix tidak tertawa ketika raka dengan tidak elitnya jatuh tersungkur karena dikageti seorang bocah.

overall, jalan-jalan bersama raka hari ini cukup untuk buat felix tersenyum cerah. hatinya senang karena bisa main lagi ke arcade, perutnya kenyang karena traktiran junk food dari raka, dan yang paling felix syukuri adalah, ia bisa lupakan sejenak masalahnya dengan kalvi.

[.]

felix memasuki apartemen milliknya dengan senyum yang masih awet di wajah. ia menawari raka masuk, tetapi raka menolak. katanya mau tanding ps sama kak chris, sudah janji. entahlah siapa chris itu, felix belum kenal.

saat sampai di ruang tamu, felix dikejutkan dengan kehadiran kalvi di sofa depan tv. tangannya terlipat di depan dada dan wajahnya tertekuk, terlihat marah dan siap meledak.

"udah? seneng jalan sama cowok lain? iya?" tanya kalvi dengan nada retoris.

felix mengernyit, heran dengan kelakuan kalvi. pertama, kalvi memang tahu password apartemennya, tapi bukan berarti ia bisa masuk seenaknya saja. kedua, ada apa sebenarnya dengan kalvi?

"maksud kakak? aku kan cuma keluar sama raka." felix balik menatap kalvi dengan raut bingung, "and wait, darimana kakak tahu aku keluar sama cowok?"

"darimana aku tahu itu nggak penting. yang jadi problem adalah, kamu yang seenaknya aja keluar, jalan-jalan sama raka, berdua doang, tanpa sepengetahuan aku dulu. kamu tuh kenapa sih?" kalvi berdiri dari tempatnya duduk, melangkah mendekat kearah felix dengan tatapan mengintimidasi.

"kakak yang ada apa. aku keluar sama raka kak, sahabatku sendiri, bukan sama cowok lain yang berpotensi buat aku pindah ke lain hati." felix menghembuskan napas kasar, tangannya ia bawa untuk memijat keningnya yang mulai berdenyut, ia tak pernah suka situasi begini, ia tak pernah suka pertikaian.

"bukan cowok yang berpotensi buat kamu pindah hati? nggak ada yang tahu fel. gimana kalo dia diem-diem mendam perasaan ke kamu? atau gimana kalau kamu diem-diem baper ke dia? nggak ada yang tahu." kalvi melangkah semakin dekat, amarahnya kentara semakin jelas.

felix membuka mulutnya, hendak mengatakan sesuatu, namun segera dipotong oleh kalvi.

"kamu tahu nggak sih? habis rapat aku buru-buru ke sini, ajakan anak-anak bem buat nongkrong aku tolak dan lebih milih untuk samperin kamu karena belakangan ini kita jarang banget quality time." kalvi mengalihkan pandangan, seakan-akan felix telah melakukan dosa besar dan kalvi tak dapat mempercayainya hingga menatapnya pun kalvi enggan, "dan kamu justru seneng-seneng sama cowok lain? kamu pikir gimana perasaan aku hah?"

felix ingin mengeluarkan banyak argument yang menentang kalvi, sungguh. mulai dari keposesifan kalvi yang menurut felix tidak masuk akal, hingga sedikitnya quality time mereka yang sebenarnya juga dikarenakan oleh kalvi sendiri. namun pada akhirnya tak ada yang keluar dari mulut felix. melihat kalvi yang seperti dihadapannya kini buat ia tertegun, buat ia berpikir, memangnya ia semengecewakan itu?

setelah satu tarikan napas, felix akhirnya berkata, "maaf kak, aku ga tau kakak bakal ke sini, soalnya kakak nggak bilang dulu."

"aku udah chat kamu fel. hell, aku bahkan miscall kamu, tapi mungkin kamu terlalu sibuk sama si raka ya kan?" sarkas kalvi.

"h-hapeku baterenya habis," felix kesal dengan dirinya sendiri, kenapa juga suaranya terdengar gemetar, "maaf, maaf."

selama beberapa detik tak ada yang bicara di antara keduanya, tetapi ketegangan masih terasa kental. kalvi akhirnya menghela napas panjanng. tangannya ia ajukan untuk gapai lengan felix. felix sempat menghindar secara reflek, ia masih takut dan terintimidasi, takut kalvi yang tadi akan kembali.

memberanikan diri, kalvi kembali melangkah mendekat dan dekap begitu saja tubuh felix. kepalanya ia sandarkan ke bahu felix. ia berdiam diri dalam posisi itu selama beberapa menit. hanya diam dan biarkan raganya rasakan kehangatan felix.

"aku nggak mau kehilangan kamu fel, aku takut." kalvi mulai berucap, "aku takut aku yang sibuk ini bakal buat kamu bosen dan pindah hati. jadi, boleh aku mohon sesuatuu?"

felix hanya mengangguk pelan, tidak yakin dengan tindakannya sendiri. ada begitu banyak hal yang berkecamuk di dalam dirinya hingga ia sendiri belum bisa memilah mana tindakan yang benar dan tindakan yang salah.

"please, please listen to what i said and believe me. apa yang aku bilang, apa yang aku lakukan, semata-mata karena aku takut kehilangan kamu fel, karena aku sayang sama kamu." kalvi memeluk felix sedikit lebih erat, dikecupnya pelan sisi leher felix. "i love you."

felix terdiam agak lama. ia masih memikirkan banyak hal. ada sesuatu yang terasa janggal dan tidak beres, tidak masuk akal di logika bepikir felix. namun kata-kata kalvi buat ia lupakan semua keraguan dan pikiran-pikiran itu. yang dikatakan kalvi buat ia percaya bahwa yang dilakukan kalvi itu didasari rasa takut kehilangan, rasa cinta.

maka, felix membawa tagannya untuk memeluk balik kalvi tak kalah erat, dibisikannya kata-kata yang terus ia pegang teguh hingga saat ini, "kak kalvi, i love you too."

-tbc-

word count: 1,110

sweet pea (changlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang