⚘ 5 ⚘

689 114 8
                                    

chapter 5

Angan-angan

⚘⚘⚘⚘⚘

setelah pertengakarannya dengan kalvi di apartemen tempo hari, felix jadi lebih mengurangi intensitas pertemuannya dengan raka, juga dengan teman-teman lain yang berkemungkinan buat kalvi cemburu lagi. sebisa mungkin ia berusaha buat kalvi senang.

dari pertengakarannya kemarin felix jadi tahu, bahwa sesungguhnya kalvi paham betul mengenai quality time mereka yang kian berkurang. namun hingga kini kalvi tak kunjung perbaiki hal itu. pacar felix itu jarang sekali punya waktu untuk felix, bahkan seminggu setelah pertengkaran kemarin ia hanya sempat mampir dua kali.

felix bukannya mau jadi pacar yang terus-menerus menuntut perhatian, ia juga tidak ingin jadi pacar yang menuntut kalvi untuk terus memanjakannya. ia sadar dan berusaha mengerti keadaan kalvi yang katanya banyak urusan itu.

tapi tetap saja waktu berdua bersama pasangan itu diperlukan supaya hubungan tetap bertahan. dengan waktu bersama, sepasang kekasih akan lebih memahami satu sama lain, apalagi di titik dimana hubungan kalvi dan felix berada saat ini, waktu bersama adalah salah satu obat untuk sembuhkan ikatan yang kian merenggang.

felix benci akui hal ini, tapi kenyataannya memang demikian. kalvi persulit semuanya. bahkan untuk tatap muka lebih dari lima belas menit di kampus saja tak mampu kalvi sanggupi, let alone those cute moments when they first dated.

kali ini dengan seluruh tekad yang dikumpulkannya felix menghampiri kalvi ke ruang bem, menagih janji kalvi yang kemarin bilang mau ajak felix ke kafe baru dekat kampus.

"uhm, permisi," kata felix setelah mengetuk pintu ruang bem, senyumnya canggung, "kak kalvinya ada?"

di dalam ruangan ada beberapa orang terlihat tengah bersantai. beberapa tengah berunding dipojokkan, sisanya sibuk melakukan aktivitas lain seperti bermain ponsel atau mendengarkan radio. salah satu diantaranya tersenyum ke arah felix dan berkata, "ada kok, bentar ya,"

orang itu kemudian berdiri dan menuju ke pojok ruangan dimana sejumlah orang tengah berunding sambil sesekali tertawa pelan. ia lalu menarik kalvi dari gerombolan orang tersebut.

mulut felix membentuk huruf o karena baru menyadari bahwa kalvi ada di pojokan sana, mungkin karena figur kalvi yang agak mini, sehingga tertutup oleh tubuh-tubuh lainnya.

"dicariin mas pacar noh," orang tadi menunjuk felix dengan dagunya, lalu menepuk kalvi dipundak, "pacaran aja sana bang, rapatnya udah kelar dari tadi juga."

kalvi menghampiri felix dengan alis berkerut, sama sekali tak menduga felix akan menghampirinya ke ruang bem. biasanya felix lebih sering mengajak bertemu di kantin, katanya canggung kalau di ruang bem.

"ada apa, fel?" tanya kalvi.

"itu, katanya kemarin mau ngajak aku ke kafe baru deket sini," felix menarik lengan kalvi pelan, "sekarang aja yuk."

kalvi terlihat menimang-nimang sejenak sebelum kemudian mengiyakan dan keluar dari ruang bem. ia menyampirkan lengan kanannya ke bahu felix, dikecupnya pula pipi kiri felix. mereka berdua mulai berjalan berdampingan menuju parkiran.

"kangen banget sama kakak ya," kata kalvi sambil tersenyum, "sampai tumben-tumbennya nyamperin ke ruang bem."

felix hanya bisa tertawa pelan, "kalo aku bilang iya nanti kak kalvi kegeeran lagi."

ah, felix benar-benar berharap ia dan kalvi bisa semanis ini setiap hari. mungkin lebih baik kalau berdua saja, bukan di ruang publik seperti ini.

"kakak juga kangen banget sama kamu," kalvi berhenti sejenak di samping mobil mobilio putihnya, yang otomatis membuat felix ikut berhenti, "hari ini ayo habisin waktu bareng aku."

sweet pea (changlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang