Part 4: Sahabat

44 7 4
                                    


”SEBAIK BAIKNYA SAHABAT IALAH YANG MENGINGAT KAN MU KETIKA SALAH,
SELALU DI SAMPING MU KETIKA SUKA DAN DUKA
DAN TIDAK PERNAH MEMUJI MU SECARA BERLEBIHAN.
BUKAN KARENA IA IRI AKAN KELEBIHAN YANG ADA DI DIRIMU. TAPI,
KARENA IA TAK INGIN SAHABATNYA TENGGELAM DALAM LAUTAN PUJIAN DUNIAWI”
   

🍁🍁🍁


Bersama kami menapaki jalan sambil menyuguhkan canda tawa khas kami, dengan indahnya jalanan di sekeliling kami, hingga membuat perjalanan yang cukup jauh itu tak terasa kami lalui, tanpa kata lelah. Sebab, ketika sudah bersama dengan sahabat. Aku merasa lelahku terbuang jauh. Dan aku hanya menikmati suguhan tawa mereka yang membuat lelahku hilang begitu saja. Seolah mereka membawa pergi lelahku dengan tawa mereka.

Tibalah dirumah una, Dirumah una ini lah kami menganggapnya seperti rumah kami sendiri, banyak kenangan yang kami ciptakan selama 3 tahun ini. Dan sebentar lagi kami akan tamat dan tidak akan bisa sesering ini kami berkumpul. Dan seperti biasa sebelum memulai diskusi pembelajaran bersama, kami menunaikan kewajiban kami dahulu, untuk melaksanakan 4 raka’at sholat dzuhur secara bergantian. Kecuali resti.

“Huhh… nikmatnya berbaring setelah sekian lama bertarung dengan buku” Ucap resti sambil menghempaskan badannya ke atas kasur empuk milik una

“Iya, Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan” sambung amel sambil tersenyum dan memejamkan matanya.

Tiba-Tiba ada yang berteriak dari luar “Heiii, kalian kok malah tidur tiduran. Niatnya kesinikan buat belajar bersama, yuk kita di teras aja, nanti takut kita pulangnya kesorean” Teriak dhanny sambil membuka knop pintu kamar una, yang mendapati kami sedang berbaring santai.

“Hehehe, Iya dhan. Yaudah yuk kita mulai belajarnya, lusa udah mulai ujian” sambung resti sambil bangkit dari tempat tidur. Dan kami pun keluar mengikuti langkah dhanny menuju teras.

Suasana masih hening, Arummy dan ketujuh sahabatnya sibuk dengan buku yang ada di tangan mereka masing masing, Hingga datanglah seorang wanita parubaya yang memiliki wajah yang berseri dan suara yang sangat lembut.

“Rajinnya anak anak bunda. Ini makan dan minum dulu, ini bunda bawain makanan dan jus. Kalian boleh belajar dengan serius tapi jangan lupa untuk mengisi perut kalian jangan sampai kosong” Ucap bunda dengan nada menasihati kami.

Yaaa, begitulah bunda walaupun dia bukan lah bunda kandung kami, tapi dia sangat sayang dengan kami, begitu juga dengan kami yang sayang dengannya.

“Eh, iya bunda. Maa Syaa Allah, terimakasih bunda, maaf kami jadi merepotkan bunda” ujar Arummy yang di sambung senyuman oleh keenam sahabatnya itu kepada bunda.

“Sama-sama nak, ih jangan gitu, bunda sama sekali gak merasa di repotkan kok” jawab bunda sambil memanyun kan bibirnya kemudian tersenyum lebar.

“yaudah bunda masuk dulu ya, kalian lanjut belajarnya lagi, kalau waktunya Sholat, langsung Sholat ya nak” sambung bunda sambil bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur.

“In Syaa Allah Bunda” serempak kami tetap seperti biasa terkecuali resti.

Suasana kembali hening, tiba tiba Arummy tak sengaja melihat jene yang setelah melihat handphone nya, raut wajah yang ceria  sebelumnya mendadak menjadi raut wajah sedih, air mata yang di tahannya pun mulai tak bisa ia ajak kompromi.

Teguhkanlah Keimananku di Atas AgamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang