#CHAPTER 2

5.3K 164 10
                                    

'Gue Uda Tau Lo'

"Omegat-omegat, apa tadi kata tu cowok? Lo inceran gue?" Celetuk melody sambil menepuk-nepuk tangannya kasar ke pundak gelombang gue.

"Apaan si Lo? Biasa aja napa. Ingat ya gue ngga kenal siapa tu cowok! Understand?" Kata gue kesal dengan wajah yang sedikit merajuk.

"A'aelah masa? Bener?"

"Iy..."

Belum aja gue nyelesain kalimat gue tu bel paling berkuasa Uda bunyi menandakan kalo gue harus segera masuk kelas paling perfect yang pernah ada. Kelas X IPS 3.

"Oke gue duluan ya?" Kata gue sambil melangkah cepat ke my class.

"Iya, strong!"

Setelah melody melambaikan tangan tanda memberi semangat kepadaku,itu menjadi akhir pertemuan kami di pagi itu.

Gue berjalan dengan langkah cepat namun santai, "ngga usa terlalu cepet ah,orang waktunya Bu Jessy kan? Biasanya tu orang nyantaiii"

"Assalammm..." Belum aja gue nglanjutin kalimat ke kalimat salam selanjutnya ternyata oh ternyata pak Herdy tersayang Uda nungguin gue buat di ajak ke neraka.

"Ariesa? Kenapa telat masuk kelas?" Tanya pak Herdy sambil memegang "Kayu" benda kesayangannya.

"E..ma..af pak saya tadi..." Astaga, gue baru ingat kan jadwal Uda diganti jam ke pertama kan pak Herdy setelah istirahat baru Bu Jessy. "Pe'a banget si lu sa."

"Anu apa?!" Bentak pak Herdy dengan mata yang membelalak seperti semangka baru merah-merahnya.

Gue yang ngga bisa berkata cuman bisa diem kayak patung lagi pasrah mau di hancurin.

"Ngga usa masuk kelas sampai jam pelajaran saya habis!" Bentakan serta perkataan pak Herdy sukses membuat gue yang matung mau ngga mau harus bergerak memelas.

"Pak? Kok gitu si? Tolong ampuni saya lah pak? Saya ngga bakal ngulangin lagi. Janji." Kataku diiringi jari kelingking yang berdiri serta wajah yang sok memelas.

"Oke,karena hari ini saya lagi baik, saya bakal ampuni kamu asal kamu mau ngikutin perkataan saya." Katanya sambil menaruh kedua tangan di dadanya angkuh.

"Apa pak?" Tanya ku dengan spontan.

"Kamu harus duduk di belakang sendiri untuk selamanya!"

Sontak pernyataan pak Herdy barusan sukses membuatku lagi-lagi membelalakkan mata bulat sebulat-bulatnya, karena apa? Gue itu anak yang belum pinter Uda gitu di suruh duduk belakang, sendirian? Kayak apa coba gue lulus nanti?.

"Ha!"

"Kenapa? Ngga mau? Ya Uda keluar sana!"

Mengingat catatan yang biasa diberikan pak Herdy bisa membutuhkan berlembar-lembar kertas, mau ngga mau ya gue harus Nerima dari pada ntar gue nglembur di rumah,ogahhh.

A PYSCOPATH? MY PAST?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang