Ayunan 5

6K 354 1
                                    

Nesya

Saat ini aku sedang sibuk mengotak-atik bumbu dapur untuk membuat makanan dengan resep baru dari buku yang ku beli beberapa hari lalu.

Aku sekarang sedang giat-giatnya belajar membuat makanan dengan resep-resep berbeda, agar tidak lama lagi aku bisa membuka cafe atas namaku sendiri.

Dulu aku suka sekali membuat kue dengan aneka bentuk dan rasa. Sehingga setelah 1 tahun menikah, aku dan mas ardhan memilih berjualan kue yang saat itu kami tempatkan di kedai-kedai kecil didekat rumah.

Mas Ardhan sebelumnya bekerja disebuah perusahaan. Namun akibat perusahaan yang mengalami kerugian dalam jumlah besar, maka puluhan karyawan terpaksa harus di PHK. Mas Ardhan adalah salah satu orang yang kehilangan pekerjaan tersebut.

Bulan ke bulan usaha kue kami semakin meningkat. Aku dan mas Ardhan memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan usaha kami. Alhasil setelah 6 bulan berjalan, usaha kue kami semakin meningkat. Hingga kini bisa meluas ke banyak daerah.

Kali ini aku berharap bisa membuka cafe atas namaku sendiri. Mas Ardhan juga menyetujuinya. Rencana siang ini aku ingin melihat-lihat tempat yang bagus untuk usaha cafe ku ini.

Tapi sebelum itu, aku harus meminta izin kepada mas ardhan. Ku ambil handphone ku, 2 kali tidak diangkat. Akhirnya aku memilih mengirimkan pesan kepadanya saja. Namun tidak ada tanda-tanda akan dibalas. Mungkin mas Ardhan sedang sibuk, yang penting aku sudah mengirimkan pesan kepadanya.

Aku mulai berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya. Mencari tempat yang pas, baik yang pas lokasinya, pas kenyamanan tempatnya juga pas dengan keuanganku.

Bruukk

"aah" aku memegang lututku yang mendarat di aspal dengan tidak elegannya

"duh maaf..maaf mbak. Saya tidak sengaja" ucap wanita yang menabrakku hingga jatuh

"loh nesya ?" aku langsung mengangkat kepala ku karna mendengarnya menyebut namaku

"eh nadin. Apa kabar?" sambil berdiri aku melihatnya dengan antusias sebab sudah lama tidak bertemu dengan temanku ini

"alhamdulillah sehat. Kamu baik-baik saja? Ada yang luka?" ucapnya sambil melihat lihat sekitar tubuhku

"tidak - tidak. Aku baik-baik saja kok nad" jawabku tersenyum

"syukur deh. Eh kamu kesini sama suami mu ya?"

"enggak nad. Aku sendiri, lagi lihat-lihat tempat"

"loh, barusan aku lihat suami mu di cafe itu" ucapnya sambil menunjuk ke arah cafe yang terletak di seberang jalan tidak jauh dari tempatku berdiri"

"hah?" alisku mulai menyatu. Oh iya, tadi pagi kan mas Ardhan bilang mau makan siang sama karyawannya

"iya tadi pagi dia bilang mau makan siang sama karyawannya" jawabku menjelaskan

Nadin mengernyit heran

"tadi aku dengar perempuan itu sewaktu mau nyamperin suamimu, dia bilang "hai sayang"" ucapnya sambil menirukan nada panggilan yang ia dengar tadi

"pe..perem..pu..an?" aku kehilangan fokus

"iya" nadin mengangguk membenarkan

Aku terdiam. Perempuan ? Bukankah karyawan yang notabene nya adalah manager di toko kue yang ada disetiap daerah itu semuanya adalah seorang pria? Lalu kenapa bisa perempuan? Atau dia baru menjabat? Lalu sayang ? Apa benar dia bilang sayang kepada suamiku? Atau nadin salah lihat?

Terlalu banyak pertanyaan yang ada di fikiranku saat ini. Aku tidak bisa begini terus. Aku gerakkan kaki ku melangkah ke tempat dimana suamiku berada seperti yang nadin bilang.

Setibanya di tempat, perlahan aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru cafe. Tepat, aku melihatnya disana. Mas Ardhan sedang duduk didekat jendela menghadap jalan. Tapi dimana perempuan yang dimaksud nadin tadi ? Aku tidak melihat seorang pun ada disekitarnya. Aku melangkahkan kaki ku menuju meja mas Ardhan

"mas.." dia menolah kearahku dengan ekspresi kaget

"eh sya.. Kamu ngapain disini?" ucapnya sambil berdiri

"aku lagi nyari tempat untuk buka cafe mas. Tadi aku telpon mas gak diangkat. Tapi aku udah kirim pesan kok. Udah mas baca ?" sembari duduk di depannya

"o udah. Udah aku baca kok" jawabnya terlihat seperti, gugup?

"mas udah makan?"

"mm..Udah"

"sama siapa mas disini?" tanyaku sambil melirik kiri dan kanan

"tadi sama karyawan. Seperti yang aku bilang tadi pagi sya. Tapi sekarang mereka udah pulang. Kamu udah makan ?"

"tadi pas mau pergi udah makan mas, jadi sekarang masih kenyang"

"ya udah kalau gitu kita keluar yuk. Tapi aku gak bisa anterin kamu. Kamu naik apa kesini?"
Ucapnya sambil merangkul dan membawaku keluar dari cafe

"aku naik mobil mas. Itu mobilku." sambil menunjuk mobil yang ternyata tepat berada 2 mobil dibelakang mobil mas Ardhan

"oke kalau gitu hati-hati dijalan ya. Jangan ngebut" ucapnya sambil membantuku untuk masuk kedalam mobil

"iya mas. Mas mau langsung keluar juga ?"

"iya ni aku mau kemobil lagi. Bye.. Hati-hati"
Aku mulai menstarter mobilku lalu pergi lebih dulu dibanding mas Ardhan

Di dalam mobil aku masih mengingat-ingat perkataan dima dan nadin. "aku tadi lihat suamimu sedang menggandeng perempuan", "aku dengar dia nyamperin suamimu terus bilang 'hai sayang'". Semuanya mulai menari-nari dikepalaku.

Apa sebenernya yang terjadi ? Mengapa semuanya membingungkan seperti ini ?

Entah kenapa rasa penasaranku lebih dominan saat ini. Sepertinya aku harus kembali ke cafe tadi. Lalu gerakan ku seolah menyetujui isi kepalaku.

Saat mendekati cafe yang ku datangi dengan mas Ardhan tadi, aku masih melihat mobil mas Ardhan disana.

Bukankah tadi ia bilang akan langsung masuk kedalam mobil ? Keningku mengernyit heran

Aku berhentikan mobilku di pinggir jalan di dekat sebuah gang yang letaknya tidak dekat juga tidak begitu jauh dari cafe tersebut. Aku melihat dan menunggu mas Ardhan keluar dari sana

5 menit

10 menit

15 menit

20 menit

30 menit

35 menit

Deg..

Jantungku seolah berhenti berdetak. Aku bahkan lupa caranya bernafas. Mataku melebar

"Ma..mas Ar..dhan"

AYUNAN PUTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang