Ayunan 9

7.8K 387 37
                                    

Sebelumnya aku mau menjelaskan bahwa di part 8 aku mengubah mengenai orangtua nesya yang rumahnya jauh dari rumah nesya.

Lebih tepatnya bukan jauh ya, tetapi orangtua nesya yang tinggalnya diluar kota.

Silahkan membaca part lanjutannya di bawah ini ya.. 😉

********************

Nesya

Saat ini aku sedang dijalan pulang. Namun mengingat isi kulkas dirumah sudah kosong, aku memutuskan untuk singgah ke supermarket membeli bahan-bahan yang akan ku masak besok.

Untungnya supermarket ini sudah lebih dekat dari rumahku, jadi aku tidak perlu takut jika mas ardhan akan tiba dirumah lebih dulu.

Aku masih sibuk berkeliling mencari bahan-bahan yang aku perlukan. Kira-kira besok masak apa ya ? Sambil berfikir aku melihat kekanan dan kiri.

Di sampingku terlihat ibu-ibu bersama seorang wanita yang terlihat lebih muda darinya yang ku perkirakan adalah anaknya, sedang memilih sayuran yang ada didekatku.

Sepertinya wajahnya tak asing. Alisku mengerut tanda berfikir dimana aku pernah bertemu dengan ibu disebelahku ini yang bahkan masih terlihat cantik diusianya yang sepertinya tidak jauh berbeda dengan mama mertuaku

Tunggu, Mama mertua ?

Ah aku ingat sekarang.

"Tante Laura ?" sapaku sambil tersenyum dan menoleh kearahnya

Beliau mengernyitkan keningnya terlihat berfikir "siapa ya?"

Sudah ku duga. Aku pasti mudah dilupakan. Secara wajahku ini biasa-biasa saja. Yaaah setidaknya sebelas dua belaslah dengan Raisa Andriana.

Okay itu berlebihan

"Saya Nesya tante. Menantunya mama Rina. Kita pernah bertemu tahun lalu dirumah mama" aku mencoba menjelaskan

Tante Laura terlihat berfikir sebentar kemudian berkata "Oooh ingat-ingat. Istrinya ardhan ya?"

"iya tante" jawabku sembari tersenyum. Akhirnya tante laura mengingatku

"sama siapa kamu disini nak? Sama rina ?"

"nesya sendiri tante. Tadi baru habis dari rumah mama"

"oh gitu. Gimana kabar rina ?"

"baik tante. Tante disini sama anak tante ya?" tanyaku sambil melihat ke arah wanita muda yang ada disamping tante laura

"eh iya sya. Sebenarnya bertiga sama menantu tante juga. Tapi barusan dia keluar untuk menerima telepon. Ayo kenalan sama anak tante sya."

Wanita cantik itu maju lalu mengangkat tangannya kearahku dan memperkenalkan dirinya, "Naya" ucapnya sambil tersenyum kepadaku. Ah manis sekali.

Aku yang notabene sama-sama wanita saja senang melihat wajahnya yang bukan hanya cantik tapi juga manis apalagi saat tersenyum begini. Tidak heran jika ia mendapatkan suami seorang pilot yang juga banyak di idamkan para wanita. Serasi.

"nesya" jawabku sambil menjabat uluran tangannya dan membalas senyumannya

"waah. Nama kita mirip ya" ucapnya dengan mata berbinar. Aih lucu sekali wajahnya. Ia sepertinya sosok yang ceria. Mungkin asik juga kali ya kalau kami berteman baik

"hehe iya. Eh kamu lagi hamil ya? Udah berapa bulan?" jawabku sambil memegang perutnya

"4 bulan sya." jawabnya masih dengan mata berbinar

"nak nesya gimana? Udah ada tanda-tanda hamil?" tante laura kembali bertanya

Aku menggeleng lemah "belum tante"

"Tidak masalah. Mungkin belum waktunya. Tuhan tau kapan waktu terbaik untuk kasih kita rezeki. Banyak-banyak berdoa ya sya. Semoga segera dipercepat dikasih anaknya" ucap tante laura menenangkan ku.

"iya tante. Aamiin" jawabku sambil tetap tersenyum.

"kalau gitu, kami duluan ya sya. Udah mau magrib" ucap tante laura sambil membawa keranjang belanjaannya diikuti dengan naya

"iya tante hati-hati"

Aku menarik nafasku dalam. Huft. Seringnya mendengar pertanyaan yang sama, setidaknya jadi kesempatan pula untuk orang lain berdoa untuk kehamilanku.

Aku mengusap perutku pelan sambil menengadahkan kepala ku keatas, Kapan kamu hadir disini nak ?

***

Sesampainya dirumah, aku melihat mobil mas Ardhan sudah terparkir di halaman rumah. Tumben mas ardhan jam segini sudah ada dirumah ? Mengingat belakangan ini, mas ardhan selalu pulang selesai magrib atau tidak jarang saat sesudah isya.

"assalamu'alaikum" salamku ketika masuk ke dalam rumah

"wa'alaikumsalam" jawab mas ardhan yang duduk di sofa terlihat sedang menonton televisi

"jam berapa sampai dirumah mas ? Aku tadi kerumah mama terus singgah dulu beli ini" ucapku menerangkan sambil memperlihatkan barang belanjaan ditanganku lalu menuju ke arah dapur

"baru setengah jam lalu sya. Gimana kabar mama ?" tanya nya sambil mengikutiku ke arah dapur

"alhamdulillah sehat mas" jawabku sembari mengambil tangannya untuk ku salami

Seperti biasa pula, ia menarik pinggangku untuk memeluk dan mencium keningku. Walau bukan pengantin baru, tetapi kami tetap melakukan kebiasaan seperti ini. Biar berkah kata mas ardhan.

Aku menghirup aroma bajunya. Bahkan sudah seharian bekerja pun, mas ardhan masih tetap saja wangi.

Tapi tunggu.. Aku hirup kembali aroma bajunya. Ini seperti... Aroma yang kemarin.

Mataku melebar. Aku tidak menunggu lama, langsung memberikan pertanyaan kepadanya

"Mas.. Baju kamu kok aroma nya seperti parfum wanita" aku bertanya dengan ekspresi menyelidiki

"hah" matanya melebar. "ee..." ia terlihat sedang berfikir atau kebingungan, entahlah.

"ee......mungkin karna tadi aku habis bertemu sama klien wanita. Itu loh sya, yang aku bilang aku mau coba cari tempat untuk buka toko kue kita di makassar. Jadi wanita itu tadi yang punya tempatnya." jawabnya sambil menarikku lagi kedalam pelukannya

"terus kenapa aroma parfumnya bisa lengket ditubuh kamu mas?" tanyaku masih dengan tatapan menyelidik

"sya.. Tadi dia ngajak aku cipika cipiki gitu. Terus tadi kan, aku juga cukup lama ketemu dia. Jadi mungkin nempel aroma parfumnya. Tapi bukan cuma sama dia kok, sama asistennya juga" jawabnya memberikan penjelasan

Apakah bisa seperti itu ? Hanya sekedar cipika cipiki bisa langsung nempel parfumnya ? Aku mengerutkan keningku berfikir. Aku yang tidak mengerti atau apa ini?

"kemarin juga aku cium baju kamu aroma wanita mas" bathinku masih belum puas dengan jawabannya

"sya..." mas ardhan menghela nafas. "aku kan bertemu orang bukan hanya pria, tapi juga wanita. Kamu jangan berfikiran yang aneh-aneh" jawabnya terdengar kesal

"aku hanya bertanya mas." aku mengerucutkan bibirku

"eh tadi aku juga melihatmu bersama wanita di cafe tempat kita bertemu tadi siang" aku melepaskan pelukannya sambil memasang wajah ketidaksukaan ku

"hah? Yang mana?" mas ardhan terlihat seperti, panik ?

"pas aku pergi lebih dulu dari kamu, aku balik lagi mau beli makanan untuk dimobil. Aku lihat kamu sama wanita itu keluar dari cafe terus pergi pake mobil kamu." jelasku

"sya, it..." belum selesai mas ardhan berbicara, aku memotong perkataannya

"dima juga pernah mengirimkan foto wanita itu saat dia melihat kamu keluar dari cafe kita yang di bandung."

Aku melihat mas ardhan terdiam dengan tubuhnya yang mematung mendengar penjelaskanku

Baik. Ini saat nya aku meminta penjelasan darinya. Aku tidak ingin lagi memendam rasa penasaran ini.

Aku menarik nafasku dalam. Bersiap dengan semua jawaban yang akan keluar dari bibirnya. Aku harus siap dengan apapun yang mas ardhan katakan

Huft. "duduk mas!" ucapku memerintah dengan wajah tanpa senyuman sedikitpun.

AYUNAN PUTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang