🔪Perubahan🔪

85 10 0
                                    

Jimin pov

Seminggu berlalu setelah kematian ayahku, aku sejujurnya masih sangat sedih karna kepergian ayah. Tapi percuma aku terus bersedih karna ia tak akan kembali, iya kan?

Sekarang aku juga mulai berpikir kalau dia tidak seperti apa yang aku bayangkan selama ini. Mengapa aku berkata demikian? Kalian pasti ingin tau. Baiklah akan aku ceritakan apa yang terjadi pada kami berdua.

Flashback on

3 hari yang lalu

Tidak seperti hari² yang biasanya, aku menjalani hari² ku dengan kesedihan yang terus berlanjut. Bahkan sekarang aku tidak seceria dulu, meski didepan ibu aku selalu tersenyum. Tetap saja, itu bukan senyuman tulusku, aku hanya berpura² agar ibu tidak sedih.

Aku masih mengingat nasihat Yoonji, bahwa aku tidak boleh terlihat sedih didepan ibu. Karna itu akan membuat ibu semakin sedih. Dan dia juga bilang kalau dia pernah kehilangan seseorang yang amat berharga baginya sama sepertiku.

Yaitu ibunya, sungguh nasib kami berdua memang sama. Sama² kehilangan orang yang disayangi, entah ini takdir atau apalah. Aku tidak terlalu memperdulikannya.

Pagi ini aku sarapan dengan ibu, aku melihat matanya sembab dan itu pasti karna dia menangis tadi malam. "Ibu? Apa ibu baik² saja?" tanyaku mengehentikan sejenak kegiatan sarapanku.

"Eh...Mm ibu baik² saja nak, terima kasih perhatiannya" balasnya sambil tersenyum kecut.

"Jangan bersedih terus bu, aku tidak ingin ibu sakit nantinya" tuturku dan hanya di balas senyuman oleh ibu.

Tak berapa lama aku pun selesai sarapan. "Bu aku pergi ke kampus dulu, jaga diri ibu baik² oky?" pamit ku dan dia hanya mengangguk.

"Sampai jumpa nanti sore bu" ucapku mencium kening ibu sebelum pergi dan menaiki mobil yang dikemudikan oleh supirku.

•••

Setibaku dikampus, aku segera turun dari mobil dan tanpa sengaja aku melihat Yoonji lalu aku pun memanggilnya.

"YOONJI!!" teriakku dan dia langsung menoleh kearahku lalu aku pun berlari kecil menghampirinya.

"Pagi..." sapaku dan tak lupa untuk tersenyum.

"Pagi...sudah tidak perlu tersenyum palsu, aku tau kau masih bersedih" balasnya menatapku dan ternyata dia tau bahwa senyumanku yang tadi itu palsu.

"Heheh...wah Yoonji kau hebat, bisa mengetahui apa yang aku sembunyikan" puji ku sambil terkekeh

Yoonji tersenyum sejenak menatapku lalu memalingkan pandangannya kearah depan. Meski senyumannya sangat kecil tapi aku tetap menyukai itu.

Kami berdua memasuki kampus bersama, mengobrol, bercada dan tertawa...Eh tidak. Dia tidak tertawa hanya aku yang tertawa dan dia hanya tersenyum kecil. Sungguh aku tak habis pikir, apa Yoonji tidak pernah tertawa atau dia memang tidak suka candaanku?

"Oh iya, mau kuceritakan masa kecilku?" tawarku

"Yah tentu saja, bukannya kau sendiri yang menawarkannya padaku?" tanyanya balik dan aku hanya bisa tertawa kikuk mendengarnya.

"Baiklah, akan aku ceritakan. Dulu saat aku berumur 6 tahun aku pernah terjatuh di toilet karna kecerobohanku sendiri. Saat itu aku menuju toilet sambil bersenandung tanpa melihat jalan aku pun tanpa sengaja menginjak sabun mandi dan terjatuh kedepan. Sehingga mata kiriku cedera parah lalu aku pun dilarikan kerumah sakit dan mendapat jahitan dibawah mata kiriku. Nah...itu sebabnya ketika aku tertawa atau tersenyum mata kiriku hampir tidak bisa melihat" jelasku panjang lebar dan tersenyum untuk membuktikan perkataanku.

Psycopath Girl || MYJ🔪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang