5

616 76 6
                                    

.

.

.

.

Pernahkah seseorang bertanya, 'bagaimana definisi 'bahagia' milikmu?'

Aku pernah,

dengan senyum simpul kujawab lugas.

"hal yang ku rindu, ku damba

.

.

.

sekaligus ku takutkan."

.

.

Karena, mungkin hari ini ku tertawa, merasa hangat dan dibutuhkan.

Seolah bumi hanyalah bundaran kecil yang dihuni manusia dan mentari hangat.

Mengitariku dengan kebaikan dan kasih sayang.

Akan tetapi,

Realita penuh lika-liku dan kebohongan.

Bumi begitu luas untuk ukuran perspektif ku yang sangat sempit.

Begitu naif dan bodoh.

Hingga, kenyataan pahit menampar jiwa ragaku.

Bak kertas putih kosong ditumpahi lautan tinta jelaga pekat.

Kotor.

.

.

Begitulah, bahagiaku.

.

.

Begitu skeptis, 'bukan?

.

.

.

.

Salam,

Kim Taehyung

.



.



.



.



"Hyungie... jahat sekali pulang tengah malam begini."

Begitu menaiki tangga, Yoongi mendapati Taehyung sudah berdiri di ujung tangga atas. Memandang Yoongi kesal dengan tangan dilipat di dada, namun berubah khawatir saat menyadari sesuatu.

Wajah berantakan dan aroma yang kuat.

"Hyung, kamu habis minum?"

Yoongi mengangguk pelan, wajahnya sayu—sedikit mabuk plus ngantuk. Membuka knop pintu kamar, Taehyung setia mengikuti di belakang.

"Sesuatu terjadi padamu?"

"..."

Yoongi membuka lemari baju, memilah pakaian tidur.

"Setauku, hyung sudah lama sekali tidak minum alkohol. Pasti, ada pemicunya 'kan?"

"..." ia selesai memilih kaos dan celana hitam pendek berbahan adem.

"Kalau ada masalah, apapun itu, ceritakan padaku hyung. Jangan simpan semua sendiri, nanti jadi beban hidup. Lebih baik berbagi, aku—sebagai adik kesayangamu selalu siap memberikan sudut pandangku terhadap sesuatu atau bahkan solusi—"

"Demi merkurius! Kamu mau ikut mandi denganku, hah?!" bentak Yoongi, tak bermaksud. Kepalanya masih nyut-nyutan, anak ini berbicara terlalu banyak sudah gitu mengikuti Yoongi masuk kamar mandi. "Nanti kuceritakan, sekarang biarkan aku membersihkan diri." Pintanya dengan nada lembut, merasa bersalah sempat membentak adiknya yang sensitif.

SaudadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang