Prolog

2.4K 186 32
                                    

"YAK, JIMIN JUNGKOOK TUNGGU. "

Dua sejoli itu celingukan kesana kemari panik. Merasa mengenali suara serak yang menyusup ke dalam indera rungunya. Memikirkan siapa kiranya orang itu membuat mereka ketar-ketir sendiri. Takut dia masuk sekolah asrama ini juga. Cukup waktu TK, SD sampai SMP saja mereka terjebak pertemanan gila dengannya. Di sekolah baru ini, jimin dan jungkook ingin belajar dengan tenang tanpa harus mendengar ocehan dan melihat tingkah lakunya yang mengganggu.

Namun harapan mereka pupus sudah ketika mereka menoleh kebelakang, jimin dan jungkook mendapati taehyung yang berjalan menaiki tangga sambil menyeret kopernya kesusahan. Mendumal tak jelas memarahi kopernya sendiri. Setelah sampai pemuda itu segera tersenyum, melambaikan tangan seraya berjalan menghampiri jimin dan jungkook yang terdiam di tempatnya. Membayangkan hari-harinya kedepan dengan taehyung membuat mereka frustasi.

Taehyung masih seperti anak-anak. Dia bahkan suka bicara sendiri dengan tanaman ataupun binatang. Dan sangking ramahnya dia juga menyapa sapi yang lewat ketika liburan waktu SMP membuat jimin dan jungkook tak habis pikir lagi. Jengah. Tak mau mengakuinya sebagai teman. Menjaga jarak. Taehyung yang bertingkah aneh tapi malah mereka yang malu.

"Kalian cepat sekali,sih jalannya? Aku jadi harus berlari untuk mengejar kalian. " keluh taehyung cemberut.

Pemuda itu mensejajarkan kopernya di antara koper milik jimin dan jungkook. Membungkuk memegangi lututnya ngos-ngossan. Mereka berdiri di tengah jalan. Lebih tepatnya di taman depan sekolah. Sedikit menghalangi jalan siswa-siswi lain yang juga baru datang ke sekolah asrama. Beberapa darinya melirik mereka sinis namun tidak ada yang mau menyempatkan diri untuk menegur.

Jimin dan jungkook memperhatikan taehyung yang nampak kelelahan. Kemudian arah pandangnya jatuh ke kaki taehyung. Alis dua pemuda itu kompak mengernyit.

"Tae, dimana sepatumu?" tanya jimin.

Pemuda itu ceker ayam.

"Owhh... ini, Tadi aku melepasnya supaya bisa lari cepat mengejar kalian. "

"Lalu kau kemanakan sepatumu? "

"Ku tinggal di bawah. " jawabnya dengan tampang tak berdosa.

Jimin dan jungkook tak heran lagi. Taehyung anak orang kaya. Kehilangan satu sepatu tidak akan membuatnya terbebani. Taehyung bahkan punya banyak koleksi sepatu di rumahnya tapi pemuda itu malah lebih suka telanjang kaki. Dia juga orang yang ceroboh. Pernah kehilangan uang belasan juta waktu liburan. Lupa menaruh tasnya dimana. Namun taehyung masih bisa memasang wajah menyebalkan. Tak panik sama sekali ketika menelfon orangtuanya untuk memberi tahu. Dan reaksi orangtua taehyung tak pernah ada dalam bayangan jimin dan jungkook. Dengan mudahnya mereka mengiklaskan uang itu begitu saja. Anggap sedekah katanya.

Kalau jimin ataupun jungkook yang menghilangkan uang sebanyak itu mereka mungkin akan di keluarkan dari kartu keluarga. Diusir dan tak di anggap anak lagi. Bahkan yang terparah ibu mungkin membunuh mereka.

Seharusnya dua pemuda itu merasa beruntung mempunyai teman seperti kim taehyung. Terlepas dari tingkahnya yang menyebalkan, sebenarnya taehyung adalah teman yang baik. Dia sering mentraktir mereka. Membayarkan uang keperluan sekolahnya ketika mendesak membuat jimin dan jungkook merasa menjadi beban. Karena itu mereka berharap tak satu sekolah lagi dengan anak orang kaya itu Mereka tak mau merepotkan taehyung.

Hingga suara ribut di bawah menyedot perhatian tiga jantan itu. Siswa-siswi yang lain kembali berlari turun dengan heboh seolah idol kpop datang berkunjung. Samar-samar mereka mendengar para gadis itu menyebutkan nama Kim jongin membuat jimin dan jungkook penasaran juga. Sementara taehyung nampak tidak peduli.

"Ayo masuk. Kita harus mencari kamar. " Ujarnya seraya merangkul bahu dua temannya itu bersemangat.

"Tunggu Tae, kau tidak mau mengambil sepatumu dulu di bawah?"

Jujur saja jimin dan jungkook benar-benar ingin melihat.

"Tidak usah. Biarkan saja."

Taehyung menggiring dua pemuda itu masuk sekolah asrama dengan langkahnya yang riang gembira sementara jimin dan jungkook hanya pasrah-pasrah saja.

Di lain sisi, jennie kim tak berhenti memandang pemuda di depannya kagum. Dia datang menolong tiba-tiba seperti malaikat ketika jennie sendiri sudah putus asa nyaris menangis.

"Apa begini cara kalian memperlakukan teman? Kalau temannya jatuh kalian seharusnya membantunya bukan menertawakannya begitu. "

Para gadis itu bungkam. Namun dalam hati mereka menjawab untuk apa? Gadis ini bukan temannya. Mereka hanya bisa berkoar-koar di dalam saja namun tak berani mengatakannya secara langsung. Takut pada lelaki ini. Katanya dia senior.

"Cepat masuk. Sebentar lagi pengumuman untuk pembagian kamar. "

Mereka menurut. Satu persatu pergi meninggalkan jennie yang tengah terduduk sambil memegangi kakinya yang berdenyut di Tangga bersama pemuda tadi.

"Kau baik-baik saja? "tanyanya seraya berjongkok di depan jennie.

Gadis itu gugup luar biasa.

"Aku... Tidak apa-apa Sunbae terimakasih. "

"Bagaimana kakimu? "

"Sedikit nyeri. "

Kemudian pemuda itu bangkit berdiri lagi. Memperhatikan sekeliling lalu tiba-tiba memanggil seseorang. Mau tak mau jennie juga ikut mengarahkan atensinya pada gadis yang pemuda itu panggil.

"Tolong bantu papah dia ke UKS ya. Aku tak bisa ikut. Banyak urusan. "

"Baik Sunbae. "

Gadis itu langsung membantu jennie untuk berdiri sesuai permintaan seniornya. Lelaki itu memberi mereka senyumnya yang manis sebelum pergi. Mengatakan cepat sembuh kepada jennie dengan tulus.

Jennie menunduk sambil mengulum senyum. Mendapati jantungnya melonjak kuat.

Astaga di kenapa?

***

Lanjut nggak??

Komentarnya ya:)

SwitCherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang