Dua

759 134 9
                                    

"Jisoo. "

Jennie merengek sambil menghentak-hentakkan kakinya sebal memasuki area kantin. Matanya menelisik ke setiap sudut untuk mencari temannya kemudian ia memicingkan matanya heran--melihat jisoo yang nampak tengah berbicara pada seorang pemuda tampan di depan sana. Jisoo nampak menunduk padanya sambil tersipu malu dan di balas senyum manis oleh pemuda itu sebelum pergi. Membuat jennie yang tadinya ingin bercerita tentang kejadian menyebalkannya pun menjadi urung. Ia malah berniat menggoda jisoo. Sepertinya pemuda tampan tadi adalah kakak Senior.

"Siapa dia? "

"Astaga jennie kim! "

Jennie terkekeh lucu melihat jisoo yang kaget dengan kehadirannya. Benar. Sepertinya ia telah melewatkan sesuatu disini.

" Siapa pemuda tadi? Apa kau mengenalnya? " tanyanya terdengar meledek membuat jisoo menunduk malu lantas mengulum senyum diam-diam. Takut jennie tahu.

"Bukan siapa-siapa kok. Owh ya, dimana minumanku? " elaknya berusaha mencari topik lain.

Air muka jennie sontak mendadak keruh. Ucapan itu membuatnya jadi teringat pemuda sialan tadi.

"Tidak ada. Sudah habis buat nyiram setan. "

"Apa? " jisoo membulatkan matanya terkejut sekaligus bingung dengan jawaban jennie.

"Kau ini yang benar saja jen? "

"Sudahlah lupakan kesal aku kalau mengingatnya. Ponselmu sudah ketemu kan? kalau begitu ayo kembali ke aula. "

Jennie merangkul lengan temannya itu bersemangat meninggalkan kantin. Sementara jisoo yang masih kebingungan pun hanya bisa menurut saja. Setidaknya jennie lupa dan tidak menggodanya mengenai pemuda tadi. Jisoo sungguh malu.

Tak berapa lama mereka pun sampai di gedung aula dimana para siswa siswi baru di kumpulkan. Karena mereka masih masa oreantasi maka tempat lelaki dan perempuan untuk sementara di gabungkan untuk bisa saling mengenal. Sebab jika masa ajar mengajar telah mulai maka ruangan mereka akan terpisah dan sulit untuk bertemu nantinya. Beginilah sekolah asrama itu. Banyak peraturan.

Begitu masuk kedalam, jennie dan jisoo sudah disambut oleh banyaknya lautan manusia. Berisik sekali. Juga ada sebagian yang sadar akan kehadiran mereka dan sontak menatap membuat dua gadis itu salah tingkah. Mati gaya. Tangan mendadak dingin seketika dan tak berani mengangkat wajahnya.

"Jennie kita duduk dimana? "jisoo berbisik lirih sekali pasalnya banyak bangku yang telah terisi.

"Sebentar biarku cari. "

Jennie memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya karena tahu bahwa jisoo sama sekali tak bisa diandalkan sekarang. Gadis itu begitu pemalu. Maka jennie bersedia berkorban meski dia sendiripun berusaha menekan rasa malunya. Mata gadis itu beredar kesetiap penjuru untuk mencari bangku kosong.

Kemudian ia menangkap sosok ketiga pemuda di taman tadi yang tengah menatap ke arah mereka berdiri. Salah satunya yang paling jennie benci tengah melemparkan senyum lebar kearahnya membuat jennie bergidik ngeri. Pemuda itu dengan tidak tahu malunya malah melambai-lambai padanya lantas menunjuk kursi kosong di belakangnya. Sok kenal sekali sih dia?

Lagi pula jennie lebih bersedia tak duduk sama sekali dari pada harus duduk di dekat tiga pemuda kurang ajar itu.

"Permisi boleh kami duduk bersama kalian disini? " tanya jennie sedikit memelas pada dua gadis di depannya.

Gadis berponi itu tersenyum kaku.

"Owh, iya tidak apa-apa. Rose geser sedikit." ia merapatkan dirinya pada perempuan yang ia panggil rose itu lantas memberikan ruang pada jennie dan jisoo untuk duduk meski hanya secuil.

SwitCherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang