Ke esokkan harinya
Pagi senin adalah pagi yang selalu di hindari oleh seluruh siswa karena upacar bendera yang sangat melelahkan. Begitu pun Aurel dan Sasha. Keringat sudah memenuhi dahi mereka. Bahkan ada beberapa siswa berpura-pura sakit untuk melarikan diri dari upacara.
"Ah lama banget sih! Pak Firdaus pidatonya udah kayak presiden aja. Keburu gue gosong deh" gerutu Aurel pelan sambil mengipasi wajahnya.
"Iya nih! Nggak tau apa badan kita udah kayak ikan asin yang di jemur" Sasha ikutan menggerutu.
25 menit kemudian
"Ah leganya gue, sumpah gue haus banget dari tadi. Ini pasti efek upacara, sampai buat tenggorokan gue kering." Ucap Aurel kepada Sasha. Para murid di Taruna Bakti memang di kasih waktu 15 menit untuk istirahat selepas upacara.
"Hm lebay deh! Masa sampai segitunya sih" ucap Sasha karena Aurel yang berlebihan.
"Haha gue superius Sasha, lo tau kan matahari hari ini lagi terik-teriknya" ujar Aurel tak mau kalah
"Terserah lo deh Ra" Sasha hanya memutar bola matanya
"Oke yang penting sekarang kita buruan sampai ke kelas, jangan sampai kita kena semprot sambal balado mulut Bu Herni, bisa budeg gue" cerocos Aurel. Tak menjawab cerocosan Aurel, Sasha berjalan terlebih dahulu untuk ke kelas mereka. Meninggalkan Aurel sendirian
"Ih kok lo tinggalin gue sih" rengek Aurel
" habisnya lo lama sih!"
"Eh, ada apa sih kok rame banget ?" Tanya Aurel. Ia heran melihat teman sekelasnya yang sibuk ngobrol. Sasha hanya menaik-turunkan bahunya tanda ia tak tahu. Sesaat kemudian Bu Herni masuk ke kelas sambil menggiring seorang cowok. Seketika membuat kelas Aurel yang tadinya ramai kayak pasar sekejap sepi.
Sasha sontak menoleh ke arah Aurel yang kelihatan bengong melihat kedatangan cowok itu. Itukan cowok yang datang ke Panti pagi kemarin. Kok dia ada di sini? Murid baru kah?. Kemudian dengan wajah tegasnya, guru biologi itu memperkenalkan cowok itu,
"Anak-anak, kenalkan ini teman baru kalian. Nah nak perkenalkan dirimu"
"Nama gue Aditya Gibran" ucap cowok itu dengan ekspresi datar.
"Aditya ini pindahan dari Maroko" ucap Bu Herni. Melanjutkan perkenalan Aditya yang dia rasa terlalu singkat. Kelas yang tadinya hening seketika itu riuh kembali
Ganteng ya ?
Ihhh cute banget
Gila tatapan nya itu loh
Mirip oppa-oppa korea
Orang bule ternyata
Wow , pasti pintar
Kelvin mah kalah ganteng sama nih cowok
Aurel yang mendengar rumpian teman sekelasnya hanya mencibir saja. Menurut Aurel semua itu percuma kalau ganteng tapi orangnya gak punya sopan santun.PERCUMA
"Sudah! Sudah! Aditya silahkan duduk di bangku yang masih kosong" lerai Bu Herni yang tak mau kelasnya kembali ramai.
Entah kenapa itu kesialan menurut Aurel. Karna, bangku kosong yang tersisa hanya bangku kosong yang ada di belakang Aurel dan Sasha.
Aditya berjalan ke arah bangku kosong yang ada di belakang Aurel. Tapi tatapan Aditya bukan ke arah bangku kosong yang dia tuju. Melainkan menatap ke arah Aurel tepat di bola mata hitamnya. Aditya menatap Aurel tajam. Nyaris tanpa ekspresi. Matanya seakan seperti anak panah yang langsung menusuk tepat ke dalam mata Aurel. Yang membuat Aurel langsung merinding. Entah ada apa di dalam diri cowok ini yang membuat Aurel enggan mengenalnya lebih dalam. Aurel cepat-cepat memalingkan wajah ke arah lain, sebelum dia binasa karna tatapan cowok itu.
***
Bel Istirahat berbunyi.
"Kita lanjutkan bahasan ini di pertemuan berikutnya. Selamat Pagi" ucap Bu Herni, lalu dia langsung meninggalkan kelas.
Aurel dan sasha merapihkan buku dan peralatan tulis mereka yang berserakan di meja. Setelah ulangan biologi dadakan otaknya akan hancur seketika, di tambah cacing di perutnya sudah memanggil.
"Gila sumpah itu guru kasih soal lima, tapi jawabannya anjir beranak bercucu."
Sasha hanya menatap Aurel sambil tersenyum simpul, "Udah biasa sih, biarin aja biar gurunya seneng"
"Biasa-biasa kata lo" cibir Aurel. "Otak gue mau meletus."
"Emang gunung ya?" Tanya Sasha sambil terkekeh pelan
"Rese"
Aditya yang mendengar gerutuan Aurel hanya mendengus tak suka. Lalu ia bangkit dan berjalan keluar kelas dengan tatapan datarnya. Ketika melewati meja Aurel, Aditya menundukkan sedikit tubuhnya. Lalu ia membisikkan sesuatu tepat di telinga aurel.
"Berisik! Suara lo cempreng!"
Lalu berjalan keluar kelas dengan santai seperti tak terjadi apapun. Sedangkan Aurel bulu kuduknya meremang seketika mendengar bisikan Aditya dan lagi jantungnya juga yang tiba-tiba berdisko.
"...Ra" panggil Sasha. Tapi Aurel masih aja diam
"Ara!!" Panggil Sasha lagi agak keras. Aurel tersentak kaget ketika merasakan tepukan di bahunya.
"
E
h, i...ya"jawab Aurel terbata-bata sambil menetralkan jantungnya"Lo kenapa sih. Kok gugup?" Tanya Sasha yang penasaran dengan keterdiaman Aurel.
"Eh, engga. Engga apa-apa kok. Yaudah, yuk ke kantin" ujar Aurel yang berusaha biasa aja walau jantungnya masih berdegup kencang. Sasha hanya mengendikkan bahunya. Tanda ia bingung.Jangan lupa vote comen follow and share😊
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dimple Girl
General Fiction"Uuups! Mampus gue!" Ucap cewek itu panik sambil memukul jidatnya kuat-kuat. Sampai-sampai dahinya memerah. Dalam waktu beberapa detik, ia buru-buru kabur melupakan pencopet tadi sebelum sang cowok berkamera menyadari keberadaannya dan menyeretnya k...