Three : Perfect people don't exist, so don't pretend to be one

2.8K 293 30
                                    

             Penilaian bulanan selalu menjadi musuh oleh setiap peserta pelatihan. Setiap hari ke dua puluh Sembilan, mereka akan diberi penilaian langsung oleh Sajangnim yang akan menentukan apakah mereka layak debut atau tidak. Semua peserta pelatihan wajib mengikuti penilaian bulanan – termasuk Lisa dan para membernya. Walaupun mereka telah dijanjikan akan debut, mereka tetap harus mengikuti test tersebut. Tanggal debut belum ditentukan dan masih dapat berubah sesuai keputusan Sajangnim. Jangan kira posisi mereka akan aman-aman saja, mereka juga bisa tersingkir dan digantikan dengan trainee yang menurut penilaian lebih baik. Kelas mereka akan turun dan kembali bekerja keras. Penilaian bulanan tidak hanya dinilai oleh Sajangnim, ada juri khusus yang akan menilai – terutama oleh mereka yang sudah berpengalaman diatas panggung. Terkadang ada Hanbin dan June yang ikut menilai namun terkadang mereka hanya menonton, karena disuruh Sajangnim.

Lisa mengeratkan pegangan pada microphonenya. Badannya berdiri tegap menatap kedepan dengan nafas yang terengah-engah dan tubuh basah karena keringat. Bibirnya mengulum gugup kepada Sajangnim yang menatap lurus dengan pandangan dasar. Seusai penampilan grup tadi jantung Lisa berdebar kencang – begitu pula dengan membernya yang lain. Mereka khawatir dengan komentar yang akan keluar dari mulut lelaki paruh baya dengan topi khas didepannya. Rose yang melihat Lisa bergetar langsung menggenggam tangan gadis itu, memberitahu seakan mereka akan melewati semua ini bersama. Mereka akan baik-baik saja.

"Hanya itu?" tanya Sajangnim dengan memangku tangannya. Menatap keempat gadis muda didepannya dengan kernyitan didahinya "Hanya itu yang bisa kalian lakukan? Apa kalian berlatih selama sebulan kebelakang? Apa iming-iming debut membuat kalian bermalas-malasan?"

Mereka menunduk dalam sedangkan Sajangnim menyilangkan kakinya sambil mendengus kesal "Akan ada banyak grup wanita baru yang muncul dan kalian hanya akan menjadi sampah jika menampilkan peforma seperti tadi. Untuk bertahan hidup di dalam sini saja kalian sudah gagal, bagaimana nanti kalau kalian debut? Kalian ingin mati tercabik-cabik? Semua orang memandang kalian sebagai future 2NE1. Ekspetasi masyarakat terhadap kalian sangat tinggi. Jangan mengecewakan mereka". ujarnya sambil melirik kertas yang ada dipegangannya "Semuanya sangat kurang. Cara bernyanyi kalian berantakan, apalagi aku tidak melihat kerjasama tim disana. Aku agak kaget melihat peforma kalian hari ini yang sangat buruk. Kemana kerjasama tim itu? Kalian sudah tinggal bersama selama tiga tahun, bukankah seharusnya kalian menjadi dekat?".

Lisa menelan ludahnya kasar. Disaat seperti ini, Lisa berhadap dia tidak mengerti dengan ucapan yang dikeluarkan lelaki tua itu, Lisa berhadap dia tidak mengerti Bahasa Korea. Namun sialnya, Lisa mengerti tiap kata yang menohok dadanya itu membuat mental Lisa jatuh. Sedari awal dia tau kalau akan mendapat komentar buruk, apalagi mengenai keadaannya sekarang. Lisa kurang sehat. Badannya mendadak drop karena terlalu banyak berlatih, kakinya juga cedera ketika sedang berlatih dan itu membuat Lisa ingin menangis sambil memaki. Memaki dirinya sendiri yang terlalu egois sampai merusak penampilan grupnya.

"Sudah siap mendengar penilaian individu?" tanya Sajangnim membuat mereka mengangguk dengan ragu. Jennie menggigit bibirnya kencang karena terlalu takut, bahkan Jisoo yang biasanya sangat tenang juga ikut bergetar.

"Jisoo. Aku terkesan dengan dance mu yang meningkat cukup pesat mengingat kau seharusnya menjadi actress bukan idol. Kemampuan vocal mu juga lumayan, kau cukup stabil dari pada yang lainnya meskipun kau lemah pada nada tinggi. Tapi, kau sepertinya lupa kalau kau itu akan menjadi idol. Penguasaan panggungmu sangat buruk, ekspresimu kaku dan tidak natural membuat orang yang menonton penampilanmu akan melengos pergi. Kau actress, seharusnya kau bisa mengatasi itu kan? Mengapa hal mudah seperti itu kau tidak mengerti juga? Bahkan Ella melakukannya lebih baik darimu" Jisoo hanya mengangguk. Rasanya aneh, sakit namun lega. Sedangkan dilain sisi, ketiga member yang lain merasakan iri karena Jisoo yang sempat dipuji walaupun akhirnya dijatuhkan.

Hollywood Whore (Jilice)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang