RMB 2 : Rose

5 2 0
                                    

Perasaan Ayesha sejak pulang sekolah begitu buruk. Apalagi abangnya, Johan, tidak bisa menjemput dirinya. Alhasil, Ujang alias Yeonjun mengantarkannya pulang mengendarai sepeda unta kesayangannya.

"Abang aku pasti berkencan dengan gadis itu!"

"Awas saja kau, Bang! Pulang-pulang tidak aku bukakan pintu! Tau rasa kau tidur di emper rumah!"

"Menginap saja kau dirumah dia sekalian!"

Ujang tidak berani bicara bila Ayesha sudah mengomel sendiri entah dengan siapa. Tapi karena di lampu lalu lintas Ayesha masih mengomel, Ujang menggoyangkan sepedanya.

"Ujang! Macam mana bila kita jatuh nanti? Kau mau.."

Orang di sekitar melihat ke arah mereka.

"Sudahlah, Ayesha. Abang kau baik-baik saja. Mungkin tugasnya banyak mengingat dia sudah mahasiswa," Ujang menoleh ke belakang, mendapati Ayesha yang tengah menunduk.

Ujang tau Ayesha khawatir. Terlihat dari raut wajahnya. Cemberut. Tiada binar di matanya.

"Mau es krim?"

Senyum ceria itu kembali terlihat.



















Tanpa mereka sadari, ada Bu Siti dan suaminya yang tak sengaja memerhatikan mereka.

"Sayang, dulu kita seperti mereka, ya? Masa muda memang masa yang paling indah."

***

Johan menatap gawai-nya dengan tatapan sendu. Ayesha belum membalas pesan darinya.

"Bagaimana? Kau sudah bilang pada Ayesha?" Johan terkejut karena Mawar, perempuan yang mendekatinya, datang sambil membawa es teh 2000-an.

Johan menerima salah satu bungkusan es teh, "Sudah. Tapi cuma dibaca." jawabnya singkat lalu mulai meminum es teh tersebut.

"Kau bilang apa padanya?"

"Aku bilang jika aku tidak bisa menjemput dia tanpa alasan yang jelas."

Mawar mengerutkan keningnya bingung. Johan terlalu lugu, atau Johan tetlalu bodoh?

"Tak apa. Ujang pasti akan mengantarnya pulang."

"Siapa Ujang?" Mawar mencari segala informasi agar dirinya bisa lebih mengenal keluarga Johan.

"Entahlah. Ayesha bilang, nama dia Yeon.. Yonjun atau apalah itu. Tapi Ayesha tetap memanggilnya Ujang."

Mata Mawar membulat mendengar apa yang baru saja ia dengarkan. Sedangkan Johan, pria itu tertawa.

"Nama spesial katanya, haha. Ada-ada saja anak muda jaman sekarang, bukan?" mau tak mau, Mawar ikut tertawa walau terdengar aneh.

Johan menoleh ke arah toko bunga lalu menyeringai. "Kau tunggu di sini dulu, Mawar. Jangan kemana-mana." tentu saja Mawar terkejut dan reflek mengangguk.

Ia mengikuti arah larinya Johan.

Toko bunga.

Mawar tersenyum kecil.

Ia terus memerhatikan Johan yang membeli setangkai Bunga Mawar. Gadis itu terus tersenyum. Apakah Johan akan menyatakan perasaannya? Ataukah hadiah pembukaan? Semudah itu mebdapatkan cinta Johan?

Mawar pura-pura tidak mengetahui apa-apa. Ia menoleh ke arah lain dan terkejut mendapati seorang Choi Yeonjun yang sibuk menghadang langkah seorang gadis bermata kucing yang menatap tajam ke arahnya.

"Itukah Choi Yeonjun?"

Mawar tersadar begitu gadis bermata kucing itu tepat di hadapannya. Bukan menatap Mawar, melainkan menatap abangnya, Johan.

Johan. Pria itu terdiam sambil menggenggam setangkai Mawar. Sedetik kemudian, pria itu tersenyum sambil menjulurkan bunga tersebut.

"Untukmu, Dik. Sebagai tanda permintaan maaf abang karena tidak bisa menjemputmu."

Mawar lebih terkejut lagi.

Bukannya menerima, Ayesha malah mendengus lalu melempar senyum kepada Mawar tanpa mengurangi rasa sopan santun terhadap yang lebih tua.

Mawar merasa tersanjung.

"Kau lihat, Yeonjun? Kau bilang abangku banyak tugas. Ternyata aku yang benar." Ayesha melirik bunga yang masih terjulur padanya.

Ayesha menerimanya. Johan merasa lega. "Dia bahkan membeli bunga, Yeonjun. Mungkin, bila kita tak ada disini, bunga ini harusnya diberikan padamu, Nona." Johan membeku ketika adiknya memberikan bunga tersebut kepada Mawar.

Mawar menerimanya dengan tangan bergetar. "Te.. terimakasih." Ayesha kembali tersenyum menampilkan gigi-giginya. Yeonjun mengeraskan rahangnya.

"Kau, Abang. Teruskan saja. Aku tunggu di rumah sebelum pukul tujuh. Kalau lebih, tidur saja kau di rumah orang." Ayesha berbalik pergi meninggalkan kawannya.

"Maaf, Bang, Kak. Dari tadi pagi dia sudah pundung seperti itu." jelas Yeonjun datar.

Johan mengangguk. "Tolong jaga dia, Ujang." sisi lain hati Yeonjun marah. Mengapa tidak Johan saja yang mengantar adiknya? Biar Yeonjun yang mengantar Mawar?

"Eh? Bang?"

Johan lagi-lagi mengangguk mantap. "Antar dia tanpa lecet, Jang. Kalau sampai dia tergores barang satu senti, aku cincang kau." Johan menepuk pundak Yeonjun sekali.

Yeonjun mengangguk mantap. Baiklah. Tahan rasa dendam kepada Johan dan mari kita antar Ayesha dengan selamat.

Seperginya Yeonjun, Johan kembali duduk di sebelah Mawar dengan tatapan kosong.

"Iya, itu tadi adik aku. Ayesha namanya." seolah tau, Johan memberitahu apa yang perlu diketahui oleh Mawar.

Mawar mendengarkan.

Tapi pikirannya masih tertuju pada seseorang dan kalian tau siapa yang tengah dipikirkan Mawar.

Rescuing My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang