Karena ujian akhir semakin dekat, semua anak kelas otomatis berlomba-lomba ikut bimbel sana-sini. Padahal di sekolah udah ada les tambahan.
Tapi Arin males kalo disuruh ikut bimbel, jadi Arin memanfaatkan teman-temannya yang pinter. Arin ngajak mereka buat belajar bareng. Kayak Yeri yang pinter kimia, Jihoon yang pinter fisika, Dayoung yang pinter bahasa, dan juga Mark yang pinter inggris.
Karena emang niatnya belajar, kali ini Papa Aron mengizinkan temen-temen cowok Arin buat dateng ke rumah. Meskipun dengan pengawasan penuh dari Papa Aron.
" Selamat pagi om," Sapa Mark sewaktu Papa Aron bukain pintu hari itu.
" Pagi juga Mark, ayo masuk,"
Di ruang keluarga udah ada Arin dengan buku-buku yang tersebar di meja. Iya Arin ambis sekarang. Mau masuk teknologi pangan katanya. Jadi harus belajar sungguh-sungguh.
" Hai Mark," Sapa Arin cerah.
" Hai cantik," Balas Mark yang langsung disahut dengan dehaman dari Papa Aron.
Arin langsung mendelik Papa Aron.
Mark yang gak menyadari itu langsung mengeluarkan buku dari ranselnya. Dan mereka berdua mulai mengerjakan soal-soal ujian nasional dan beberapa soal tes masuk perguruan tinggi.
Gak kerasa matahari udah naik dan udah berjam-jam mereka belajar. Dan selama itu pula Papa Aron mengawasi mereka berdua.
" Pa, Mark mau pulang nih."
" Papa mau nga--"
" Gak.. gak.. Mark harus pulang. Gak ada main futsal." Tegas Arin.
" Ajakin Mark makan dulu lah rin," Ucap Mama Hani yang keluar dari dapur.
Arin cuma ngelirik Mark, nunggu cowok itu ngasih jawaban.
" Gak usah tante, Mark langsung pulang aja,"
" Yaudah. Jaga kesehatan ya Mark, sering-sering main ke sini habis ujian entar," Ucap Mama hani pada Mark.
Mark cuma ngangguk-ngangguk doang.
" Good luck ya buat senin nanti, ini terakhir kalinya kita belajar bareng," Ucap Mark pada Arin sewaktu gadis itu nganter Mark sampe gerbang.
" hati-hati,"
Begitu Mark pergi, Arin kembali masuk ke rumah dan langsung mendudukan diri di kursi di ruang makan. Karena belajar sangat menguras tenaga dan energinya Arin.
" Rin,"
" Gimana Ma?"
" Arin suka ya sama Mark?" Sontak Arin menghentikan kegiatannya.Papa Aron ikut menatap anak semata wayangnya.
" Arin udah gede, bisa cerita ke Mama sama Papa," Tambah Mama Hani.
Arin mengangguk sebagai jawaban.
Ini pertama kalinya mereka membahas hal seperti ini. Dan Arin tau tidak ada nada bercanda di setiap kalimat Mamanya itu.
Mamanya benar, Arin sudah besar. Dan Arin tidak ingin menyembunyikan sesuatu dari orang tuanya.
Papa Aron mengelus puncak kepala Arin, " Papa cemburu," ucapnya dengan senyuman.
Arin menunduk," Tapi Mark bakal pergi setelah lulus,"
" Mark pasti punya alasan, anak papa gak boleh egois,"
Niatnya Arin udah gak mau sedih-sedih lagi, tapi perkataan papa Aron bikin Arin gak bisa lagi nyembunyiin rasa sedihnya. Arin gak nangis kok. Dia udah janji sama dirinya sendiri. Mark juga udah sering bilang ke Arin buat gak sedih.
Semangat buat kalian yang UAS!
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship ✓
RomansDestiny is something we've invented because we can't stand the fact that everything that happens is accidental