Prolog

11 1 0
                                    

"Kak? Aku suka sama kakak." Rasya menunduk walaupun lelaki itu tidak ada di bawahnya. "Dari awal kelas tujuh. Tapi aku tau kakak nggak suka aku. Nggak apa-apa kok, aku mau berjuang buat dapetin hati kakak."

Lelaki itu menepuk kepala Rasya yang semakin menunduk. Gadis itu sejak awal berbicara tidak mau menatapnya.

"Saya nggak mau kamu sakit hati karena ditolak untuk pertama kalinya. Jadi bisa kamu menjauh dari saya? Saya nggak bisa suka sama kamu."

Mata Rasya berkaca-kaca. Namun ia tetap tersenyum di depan lelaki itu. Rasya berusaha untuk tidak terisak di sini. Rasya tidak mau lelaki itu melihatnya yang terluka mendengar pernyataan darinya. "Memangnya aku nggak ada harapan, ya? Aku mau memperjuangkan perasaanku."

"Saya nggak bakal suka sama kamu. Ngerti? Jadi tolong menjauh dari saya."

Lelaki itu meninggalkan Rasya yang terduduk di tangga yang mengantarkannya ke gedung kelas sembilan. Gadis itu terisak saat bayangan lelaki yang disukainya menghilang dari pandangan.

"Dirga..."

Waktu terus berlalu. Beberapa bulan setelah kejadian tersebut Rasya sudah memiliki kekasih. Mereka tetap menjalin kasih walau sering bertengkar. Namun kali ini, Rasya merasa takut. Mereka bertengkar lebih dari seminggu. Kekasihnya tidak mau berbicara dengannya. Bahkan saat papasan ia hanya diberi wajah judes.

Hari ini, Rasya dihubungi oleh kekasihnya yang memintanya untuk meluangkan waktu ke ruangan OSIS.

Dengan perasaan senang Rasya berjalan ke ruangan tersebut. Ia bernyanyi di sepanjang jalan yang dilewati. Rasya mengetuk pintu. Senyumnya merekah kala melihat sosok lelaki yang menjadi kekasihnya.

Senyumnya perlahan luntur saat lelaki tersebut memberinya bunga mawar yang sangat buruk rupa. Rasya melemparnya ke tong sampah.

"Aku nggak mau."

"Gue capek Rasya. Kita sudahi saja hubungan ini."

Rasya mengepalkan tangan mendengar kalimat yang terlontar dari mulut kekasihnya. Matanya berlinang namun ia tetap memasang wajah datar. Ia tidak mengerti mengapa mereka harus berakhir seperti ini.

"Kamu suka sama Raisa kan?" tanya Rasya yang menatap lekat mata lawan bicaranya.

"Lo salah paham, Rasya!"

"TERUS KENAPA TIBA-TIBA MINTA PUTUS!? KAMU ANEH!" Rasya mendorong tubuh lelaki tersebut. "KALO KAMU SUKA SAMA DIA, KENAPA DARI AWAL PACARANNYA SAMA AKU!"

Gadis tersebut menepis lengan kekasihnya yang hendak memeluknya. Emosinya tidak bisa dikendalikan. Rasya benar-benar tak mengerti maksud kekasihnya itu. Ia menyeka air mata yang sudah mengalir di wajahnya.

"Kamu egois," ucap Rasya yang mulai terisak.

"Rasya, lo mending intropeksi diri. Gue muak liat tingkah lo yang sesuka hati."

Lelaki itu meninggalkan Rasya begitu saja. Meninggalkan Rasya sendirian di ruang OSIS. Gadis tersebut mengusap air matanya.

Selama ini, cuma aku yang berjuang mempertahankan hubungan ini.

🥺🖤🥺

Hai!!!! Udah lama banget ya kita gk ketemu. Aku lg persiapan masuk kuliah jadi masih cari waktu untuk menyesuaikan kembali ke dunia oren ini.

Maaf banget, mungkin di sini ada readers 'Albino' tapi aku masih mikirin ide untuk Albino 2. Aku harap kalian ngerti ya.

Enjoy sama cerita baruku. Aku janji bakal update secepatnya.

Mari bersenang-senang di cerita ini🤗💗

I Love ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang