1. Hari Pertama Sekolah

7 1 0
                                        

"Duh anak mami udah cantik, pintar lagi. Mami antar kamu ya, sayang. Nanti kamu nyasar pas mau ke sana."

Rasya mendelik sebal melihat tingkah wanita yang dulu melahirkannya itu. Rasya sudah belajar mandiri sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ditambah saat berada di sekolah menengah pertama ia selalu pergi sendiri ke sekolah dan tempat les. Memang Maminya saja yang selalu bersikap lebay.

"Mami tolong deh. Dunia udah semakin canggih. Aku bisa pesen ojek online buat ke sekolah. Lagian mami pasti banyak urusan sama sosialita di luar sana." Rasya mengelak saat maminya akan memukul kepalanya dengan tas mewah yang akan dibawanya. "Udah deh, aku udah turutin mami buat nggak ikut ospek selama dua hari. Sekarang aku mau pergi sendiri ke sekolah."

Shania, nama ibu Rasya, semakin gencar ingin memukul kepala gadis itu. Otaknya terlalu encer sehingga bisa lancar menolak keinginan wanita itu untuk mengantarnya. "Sekali aja. Setelah itu mami nggak akan antar kamu lagi. Gimana?"

Rasya tampak berpikir sebentar sebelum mengangguk kepalanya. Lagipula Rasya tak ingin menjadi anak durhaka yang selalu menolak keinginan seorang ibu.

"Setelah itu jangan antar aku lagi. Kesepakatan nggak boleh diubah."

"Ya, mami nggak bakal langgar janji."

🥺🖤🥺

Semua orang melirik Rasya yang berjalan dengan santai tanpa susah payah menampilkan senyum manis yang biasa ia keluarkan saat SMP dulu. Langkahnya terhenti ketika melihat postur tubuh Dirga yang tak jauh dari tempatnya.

Rasya menyapa orang tersebut sambil melambaikan tangan sebatas dada. Setelah memperlihatkan senyumnya, Rasya pergi mencari ruang kepala sekolah. Matanya menangkap tubuh seorang lelaki yang mungkin seangkatan dengannya. Rasya berlari menghampiri orang tersebut dan menepuk pelan punggung lelaki itu.

"Bisa anterin saya ke ruang kepala sekolah, nggak?" tanya Rasya

Lelaki itu berdecak pelan. "Nyusahin aja lo," ucap lelaki tersebut setengah kesal. Namun tetap mengantarkan Rasya ke tempat yang gadis itu mau.

Rasya yang baru mengenal lelaki itu merasa tidak perlu bersusah payah membuka pembicaraan. Rasya bersikap biasa saja kala tangan lelaki itu menggandengnya karena katanya ia lambat dalam berjalan. Mata Rasya terus menatap postur lelaki itu. Membayangkan kalau dia adalah Dirga. Tiba-tiba matanya terasa panas dan ingin mengeluarkan air mata. Pergerakan aneh Rasya dirasakan oleh lelaki yang masih memegangnya sehingga ia melihat belakang yang menampilkan Rasya sedang menghapus air yang baru saja mengalir.

"Eh, maaf. Gue nggak tau tarikan gue buat lo kesakitan," ujar lelaki itu sembari melepaskan tangan dari gadis itu. "Mana yang sakit?"

"Bukan begitu. Aku juga nggak tau kenapa malah nangis gini." Rasya melihat nametag lelaki itu. "Kaivan Lucas Dhrya? Namanya aneh, eh."

"Lo juga aneh." Kaivan tersenyum lalu melanjutkan mengantar Rasya ke ruang kepala sekolah. Rasya yang jarang bisa akrab dengan orang baru mendadak ikut tersenyum simpul. Gadis itu kembali berjalan di belakang Lucas yang mau mengantarkannya ke tempat yang mungkin baru saja dia hampiri.

"Lo belum pasang badge."

Rasya tersentak dari lamunannya. Bicaranya menjadi tergagap karena Kaivan menatapnya. Lelaki tersebut menunjuk seragamnya."Oh iya, belum gue bordir. Kenalin aku Arabell Syahira, panggilannya Rasya."

"Oke, Ara." Kaivan melanjutkan langkahnya lagi. "Gue tau lo nggak nyaman pake aku-kamu."

"Tapi nggak sopan. Masa sama orang baru kenal pake lo-gue." Rasya teringat dengan kejadian di masa putih-biru. Mengingat orang yang pertama kali bilang seperti itu padanya. "Kita emang satu angkatan tapi beda umur."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang