[00] Kisah dari Nenek

28 3 0
                                    

Namaku Kennith, saat itu tujuh tahun. Aku tinggal bersama keluargaku, tempat paling hangat dan nyaman yang ada di dunia ini.

Rumahku berada di kaki gunung. Tapi, ahukah kau bahwa bila kau berjalan ke arah barat dari rumahku itu, kau akan menemukan sebuah hutan. Orang-orang biasanya menyebutnya “Black Foest” atau “Hutan hitam.”

Tidak! Jangan tanyakan padaku mengenai kenapa hutan itu disebut demikian, karena aku tak tahu pasti mengenai hal itu. Yang aku tahu dari hasil mendengarkan gosip orang-orang di pasar saat aku pergi bersawa ibu ku minggu lalu, jika kau sudah masuk ke dalamnya kau tak akan pernah bisa keluar. Ok, ini cukup seram menurutku ditambah kenampakan luar dari hutan itu yang penuh kabut setiap saat cukup membuat berdiri bulu kuduk orang yang melihatnya.

Sering pula saat malam hari terutama ketika bulan purnama muncul, terdengar lolongan serigala dari dalam sana.

Tapi, ada beberapa orang terutama tetangga kami yang mengatakan kalau nenek ku lah yang ceritanya benar-benar nyata.

Ayolah… bahkan ketika nenek ku menceritakan hal itu, kisah itu malah nampak seperti dongeng anak-anak pada umumnya. Terlalu fantasi untuk menjadi hal yang nyata. Itulah pemikiranku sebelum hal itu terjadi.

Di malam hari sekitar pukul tujuh, aku yang sudah tertidur sejak siang tadi terbangun. Dengan langkah kaki kecilku, entah kenapa aku berlari ke arah kamar nenek.

Perlahan ku buka kamar pintunya sambil melhat-lihat apakah nenek ada di sana. Ku lihat nenek tengah duduk di kursi goyangnya sambil melihat ke arah jendela.

“Nenek,” panggil ku. Nenek yang menyadari keberadaanku kemudian mengulurkan kedua tangannya yang lemah dan sudah berkeriput. Ku lihat nenek ku itu, gerak-gerik tubuhnya itu seolah berkata, kemarilah duduk bersama nenek. Dengan otomatis aku naik ke pangkuannya.

Aku melihat ke arah jendela sama dengan yang dilakukan nenek tadi. Kini kami melihat pemandangan yang sama (mungkin).

Aku melihat sebuah bulan purnama yang bulat dan bersinar terang, sungguh indah aku bahkan terpana dibuatnya. Aku kemudian mencoba mengalihkan rasa terpanaku dan melihat hal lain di sekitarnya.

Tunggu, apa ini? Aku tercengang seketika. Di bawah sinar rembulan itu, hutan itu terterangi walaupun tetap saja dalamnya tertutupi kabut tebal seperti biasanya.  Jadi, ini kah yang nenek lihat? Ini… benar-benar indah, batinku.

Aku kemudian memutar badanku agar bisa menatap wanita tua yang merupakan ibu dari ibu ku dan nenek ku itu. Wajahnya tampak bahagia, walau tertutupi keriput di wajahnya, aku tahu kalau nenek saat ini sedang terseyum tipis.

Tiba-tiba aku mendengar lolongan serigala. Dengan refleks aku menutup kedua telinga juga mata ku dan meringkuk ke dalam dekapan nenek.

Aku ketakutan saat itu. Tapi nenek tidak, nenek malah tersenyum sedikit lebar sambil memejamkan matanya dan mengusap kepalaku lembut, seolah lolongan itu adalah alunan musik merdu yang ada di dunia.

“Ken,” panggil nenek. Aku dengan perlahan mendongak menatap wajahnya. “Ken mau mendengar kisah dari nenek?”

“Kisah? Yang tentang itu?—“ Aku menggelengkan kepala sambil berkata, “—aku sudah bosan mendengarnya dari mu nenek.”

“Sungguh? Apa sebanyak itu aku menceritakannya hingga Ken menjadi bosan?”

Aku mengangguk.

“Baiklah. Nenek akan menceritakan hal lain. Judulnya ‘Tuan Seigala Baik Hati’’, bagaimana?”

“Nenek… Itu sama saja bukan?”

“Oh, sungguhkan?”

Aku tidak menjawab. Nenek menganggap diam ku sebagai ‘iya’.

“Tidak, kali ini berbeda.”

“Dimana bedanya? Bukankah ceritanya sama yaitu tentang si tuan serigala yang hidup di sebuah hutan dan bertemu orang-orang jahat, kan?”

“Memang. Tapi, ceritanya akan nenek ubah.”

Aku kemudian merasa penasaran dengan hal itu. Apa perbedaannya? Bagian mana yang akan nenek ubah? Apa kisah itu tidak semembosankan seperti yang pernah nenek ceritakan padaku? Untuk menjawab pertanyaan itu, yang perlu ku lakukan hanya mencari posisi nyaman dipangkuan nenek dan mendengarkannya dengan seksama.

Untuk waktu yang singkat, tiba-tiba aku mengantuk. Kepalaku berat, kelopak mataku sangat sulit untuk terbuka. Nenek baru saja akan membuka suaranya, namun saat itu juga aku tertidur.

LET'S DREAMING, BABY BOY

Black ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang