Bismillahirrahmanirrahiim ....
Jangan lupa teken ⭐
—MENJEMPUT CAHAYA ISLAM—
Darren tengah sibuk sedari pagi dengan berkas tumpukan kertas di atas meja kerjanya. Ia berkutat pula pada laptop di depannya. Kerutan dalam dahinya tergurat jelas dalam bingkai wajah seriusnya. Ia berkali-kali membolak-balikkan kertas dan mengedit berkas yang masuk dalam laporan hari ini.
Sekeras ini hidup, hanya demi mencari pundi-pundi rupiah seseorang harus giat dalam bekerja. Berkas file maupun kertas sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Darren. Bila dia sudah kekenyangan maka dialihkannya pada Wanda, sekretaris-nya. Itulah hukum alam baginya.
Darren menghela napas berat menghadapi tumpukan berkas ini. Mungkin secangkir kopi pahit dapat mengembalikan mood-nya. Tak perlu pikir panjang lagi. Darren memencet beberapa digit angka dalam telepon kantornya.
"Wanda, siapkan secangkir kopi pahit! Saya tunggu di ruangan."
"Baik pak." Begitu ujar Wanda sekaligus mengakhiri perbincangan singkat dalam telepon tersebut.
Lima menit usai menelepon Wanda, Darren mendapati suara ketukan berasal dari luar ruangannya. Itu pasti Wanda tengah membawakan kopi untuknya. Tak perlu menunggu lagi, akhirnya Darren menginterupsi masuk.
Derap langkah sepatu pantofel membuat Darren agak terusik dengan suaranya apalagi langkah kaki itu sangatlah lamban. Darren melirik langkah tersebut.
Dan tunggu kenapa Wanda memakai pantofel ke kantor ? Bukankah wanita itu tak suka memakainya. Ah, satu lagi, kaki Wanda mengapa tertutupi oleh pakaian sampai terjulur ke bawah ? Bukankah dia hanya suka memakai pakaian sebatas lutut. Sungguh aneh dan berbeda, batin Darren.
"Ppa—pak Ddar—ren." Gugup wanita di depannya.
Sontak saja membuat Darren terpaku mendengar sekaligus melihat siapa sosok di depannya yang membawa secangkir kopi bagi dirinya. Tak perlu mendeskripsikan panjang. Darren tak mengenal wanita tersebut dan satu hal lagi yang ada pada wanita tersebut sangatlah berbeda dengan kepribadian sekretarisnya.
Wanita itu meletakkan kopi yang di pesan Darren di atas mejanya. Membuat Darren tak mampu berujar sedikit pun karena asik dengan pemikirannya yang berkecamuk entah kemana kala si gadis itu datang. Ketika wanita tersebut hendak melangkah pergi, Darren baru tersadar dirinya hampir terlupa bicara suatu hal mewakili pikirannya.
"Siapa kau ?" Tubuh wanita itu menegang dan mematung kala mendengar pertanyaan dari seorang Ceo Chan Company's. Wanita itu sudah menduga jika Ceo tersebut tak mengenalinya. Apapun itu apakah si wanita itu dalam keadaan tak baik-baik saja saat seperti ini ? Pikiran negatif-nya itu segera ditepis jauh-jauh.
"Astaghfirullahal 'adziim," Darren mendengar rapalan dari bibir wanita tersebut.
"Apa kau tuli dan bodoh menanggapi kalimat pertanyaan saya tadi dengan ucapanmu barusan ?" Ketus Darren dengan geramnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENJEMPUT CAHAYA ISLAM (Hijrah Series)
Spiritual_______// MENJEMPUT CAHAYA ISLAM \\_______ Darren Robertchan seorang CEO Chan Company. Ia merangkap menjadi seorang ayah dan ibu bagi si kecil Manda. Menjalani kehidupan sehari-hari hanya dengan modal kepandaian dan disiplin ia menganggap dirinya t...