Bismillahirrahmaanirrahiim...
Heppy reading:)
.
.
.Kaki kecil itu melangkah pelan. Betisnya yang kecil terlihat amat menggemaskan di antara kaki2 yang besar.
"ayah?" anak itu celingak celinguk mencari ayahnya diantara banyaknya para manusia dewasa kolongmerat yang sedang berbincang di ruang pesta itu. Tak sedikitpun tertarik dengan pembahasan mereka yang samasekali tak ia pahami. Yang ia cari adalah seorang pria tinggi besar yang mengenakan tuxedo biru tua dengan rambut cepak juga senyum hangat di wajahnya. Ia yakin ayahnya berdiri di antara banyaknya orang2 dewasa itu. Namun sejak 30 menit berlalunya waktu, ia mulai gusar, pria yang ia cari tak kunjung ketemu.
Gadis kecil itu memutuskan untuk keluar dari ruangan yg besar dan berpilar sangat tinggi itu. Gaun selututnya yang berwarna merah muda membuatnya terlihat seperti bunga mawar yang berjalan kecil di atas karpet merah menyusuri satu persatu ruangan demi mendapatkan sang ayah.
.
.seorang maid dengan wajah gusar menilik tiap sudut ruangan yang pencahayaannya berwarna gold itu. Tak ia temukan gadis kecil bergaun merah muda. Matanya hanya menangkap orang2 besar juga para wanita berbagai umur yg sedang bercengkrama. Jalannya bertambah cepat. Matanya memicing. Khawatir. Sembari merutuki kebodohannya yang lalai menjaga seorang gadis kecil, si anak president pemilik perusahaan daylen yang amat disegani. Tom daylen. Dan anaknya, yang sedang ia cari, lisa daylen.
"dimana kamu lisa?..""dimana terakhir kau melepaskannya?" tanya seorang waiter yang bertugas keliling ruangan dengan nampan berisikan beberapa gelas wine di atas tangan kanannya.
"di ruangan ini... Aku kehilangannya dari 30 menit yang lalu" maid itu berbisik. Bibirnya sudah pucat semenjak ia menyadari bahwa gadis kecil yang seharusnya ia jaga, tak ada di ruangan itu."aku juga sdh mencarinya di luar.. Di semua tempat" tukasnya lagi saat sebelum waiter itu berkata. Seakan kegusarannya bisa membaca kalimat yang akan diucapkan oleh waiter di depannya.
Pria berstelan itu diam. Menatap nampan di tangan kanannya. Ia seperti bertanya2 kenapa gelas yang ada di atas nampan yang ia bawa tinggal dua. Seharusnya kan ada lima. Ya, mata waiter itu fokus kesana. Tapi dahinya berkerut.
"cari dia. Sebelum mr. Daylen yang memdapatkannya" tukasnya dengan intonasi yang sedikit mengerikan. Membuat maid itu meneguk ludah. Bukan, bukan karna tajamnya ucapan waiter di depannya itu. Tapi, ia sendiri bisa menebak apa yang akan dilakukan pak president daylen jika saja pria itu mendapati anak semata wayangnya keliaran seorang diri. Di dalam rumah bak istana, dan diantara puluhan bahkan ratusan manusia besar. Maid itu bergidik. Sekali lagi merutuki dirinya yang dengan gamblangnya salah fokus pada tarian prancis yang di tampilkan 30 menit yang lalu.Oh tidak...dia benar-benar harus bersegera, sebelum...
Gelap?
Tiba tiba saja gelap. Hitam. Tak ada yang terlihat. Suara gaduh dan bersahut2an terdengar banyak. Mungkin, ratusan dari manusia kolongmerat itu kaget, mendapati ruangan luas yang tadinya gemilang, berubah gelap.
Mati lampu?
"maaf, sepertinya ada kesalahan pada aluran listrik. Petugas kami sedang memeriksanya. Harap tenang" tukas seseorang yang suaranya terdengar dari depan panggung.
Beberapa menit setelahnya, ruangan kembali tenang. Ketenangan tanpa suara2 instrumen itu membuat hujan di luar terdengar jelas. Serta guntur yang bersahut2an.
"huh,. Kediaman presiden perusahaan ternama mati lampu? Tidak elit sekali" desis seorang pria paruh baya sambil meneguk wine nya.
Maid itu membulatkan mata. Mengatupkan bibir sedemikian rapat. Otaknya seperti tak bekerja. Dan di sampinya, ia mendengar waiter itu berkata "kau benar2 akan mati, ladies.. Kalau mr. Daylen mendapati anak gadisnya dalam keadaan seperti ini"
.