"Oh, kau sudah pulang?" tanya Jeno saat mendapati Renjun duduk dengan posisi setengah berbaring di depan televisi. Ia baru saja pulang dari jadwal rutinnya sebagai MC tetap di acara musik mingguan, The Show. Sebungkus permen jelly setengah utuh yang berada di samping Renjun membuat Jeno tersenyum kecil. Itu adalah stok jelly yang sengaja ia simpan di dalam lemarinya untuk memancing Renjun.
"Mmhm," hanya mendengung kecil, Renjun segera bangkit dan mengekori Jeno masuk ke dalam kamar. Kamar Jeno, tentu saja. Jeno tidak bisa menahan senyum melihat antik Renjun yang menggemaskan seperti ini. Bukan hal baru karena Renjun sangat sering bermain ke dalam kamarnya, apa lagi semenjak mereka memutuskan untuk mengupgrade hubungan mereka, yang tadinya hanya teman sekarang mereka lebih dari teman biasa. Entahlah, cukup membingungkan bagi Jeno, yang jelas ia tidak bisa lagi menganggap Renjun sebagai teman biasa. Hal yang sama juga bersarang di dalam kepala Renjun.
Tidak ada kejelasan yang pasti mengenai hubungan keduanya. Hanya saja mereka bisa merasakan suhu hubungan yang sudah berubah drastis, terutama setelah ciuman pertama mereka waktu itu. Sentuhan-sentuhan kecil kini terasa sangat berbeda, begitu juga dengan tatapan yang saling bersambut maupun senyuman tipis. Semua tidak lagi sama seperti dulu.
Jeno tidak secara langsung mengutarakan perasaannya kepada Renjun. Tidak ada pernyataan cinta romantis, juga tidak ada kepastian sebagai pasangan. Semua mengambang di permukaan dan Jeno hanya bisa menatap gamang. Jika ia membuat langkah cepat dan terlalu agresif ia khawatir akan menakuti Renjun. Untuk saat ini ia tidak yakin Renjun sudah benar-benar menerima perubahan dalam hubungan mereka, namun ia juga sama sekali tidak mendapati tanda-tanda Renjun tidak menyukai apapun yang mereka punya saat ini. Hal ini membuat Jeno merasa bimbang untuk maju selangkah lagi, jadi ia lebih memilih aman dengan tetap di tempat dan mengamati respon Renjun menanggapi umpan-umpannya.
"Kau sedikit terlambat hari ini," lirih Renjun, matanya tak lepas sedikitpun dari Jeno yang kini tengah melepas blazernya.
"Ah, itu karena evaluasi hari ini lebih lama dari biasanya."
"Hmm," dengungan Renjun terdengar semakin pelan. Saat Jeno kembali meliriknya, laki-laki mungil itu sudah terbaring di ranjangnya. Kedua matanya terlihat sangat berat namun berusaha ia tahan sebisa mungkin untuk menatap Jeno. Renjun sangat menggemaskan.
"Aku akan mandi sebentar, apa kau ingin menungguku atau kau ingin pergi tidur lebih dulu?"
"Aku akan menunggumu di sini."
"Okay," Jeno mengambil handuk bersih dan baju ganti dari lemarinya sebelum kemudian keluar menuju kamar mandi, tidak lupa mencubit pipi Renjun saat melewatinya. Ia akan mandi lebih cepat karena tidak ingin membuat Renjun menunggu lama.
Renjun sesekali menggosok matanya untuk mengusir kantuk, tapi rasanya berat sekali. Sebenarnya tidak ada hal penting yang ingin ia bicarakan dengan Jeno, ia hanya sangat merindukannya. Belakangan ini jadwal mereka cukup padat sehingga intensitas waktu yang mereka habiskan berdua berkurang banyak.
Sigh, Jeno.
Renjun tidak yakin harus menyebut apa hubungannya dengan Jeno saat ini. Apakah mereka berkencan? Atau mereka hanya teman yang berciuman? Entahlah. Sudah beberapa bulan hubungan mereka tetap seperti ini. Apakah ia akan baik-baik saja jika selamanya hubungan mereka hanya berjalan di tempat?
Apakah Jeno akan baik-baik saja?Tidak adanya kejelasan dalam hubungan mereka membuat Renjun seringkali merasa was-was. Ia bisa merasakan rasa sukanya pada Jeno semakin hari semakin besar, namun ia merasa ragu apakah boleh ia memelihara perasaan ini? Bagaimana jika tiba-tiba suatu hari Jeno mengatakan padanya bahwa ia telah menemukan seseorang yang benar-benar disukainya?
Tentu saja hal itu sangat mungkin karena mereka hanya teman.
Renjun menghela nafas kesal kemudian membalik posisi tidurnya. Ia meraih salah satu bantal Jeno dan memeluknya erat-erat, menenggelamkan wajahnya di sana. Ah, aroma shampo Jeno sangat kuat. Aroma yang membuat Renjun bernafas lebih tenang, seolah Jeno berada sangat dekat dengannya. Ia sangat merindukan Jeno hari ini.