PERTEMUAN MISTERIUS

76 27 4
                                    

Rabu, 2015

Kelulusan sudah terlewati, kini saatnya aku terjun ke dunia untuk mencari jati diri yang sebenarnya.

***

Di rumah,
07.30 WIB

"Meiressa Faresy, bangunnn", teriak ibu sambil mengoseng kangkung.

Ya, itu memang satu-satunya alarm yang dapat membangunkanku.

Meiressa Faresy
Nama terindah pemberian almarhum kakek, aku biasa dipanggil dengan nama Eca.

"Ecaaa bangun, nak", teriak ibu untuk yang kesekian kalinya.

Suara ibu bergema keras dari bawah, sampai-sampai tembok kamarku hampir retak.

"Iya, Bu", jawabku dari atas.

Brug Brug Brug
(Derap langkahku yang tergesa-gesa saat menuruni tangga)

Sesampainya di dapur, aroma sedap tumisan kangkung membuatku segera mengambil piring.

Baru saja tanganku menyentuh ujung piring, tiba-tiba ibu mengatakan

"Ecaa, lebih baik kamu mandi dulu sana, sambil nunggu ibu goreng tempenya, udah setengah tujuh tuh, nanti kamu bisa terlambat pergi ke Butiknya"

"Ibuuu, Eca udah laper", ucapan manja Eca berusaha meluluhkan ibu.

"Ecaa sayang..anak ibu yang paling cantik...", tolak ibu dengan halus.

Cantik? memang benar karena aku putri satu-satunya.

Akhirnya aku bergegas mandi, setelah itu sarapan pagi. Selesai sarapan aku pamit kepada ibu. Saat melewati teras rumah

"Biasanya ayah membaca koran dan meminum secangkir kopi disana", ucapku dalam hati.

Lagi-lagi perasaanku menjadi kacau jika ingat hal itu. Ayah memang tidak ada di rumah, ayah harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

***

Di Butik Permata,
10.00 WIB

Dua jam telah berlalu, tetapi namaku sama sekali belum dipanggil. Padahal sekitar 20 pelamar yang lain sudah melakukan interview.

"Berapa lama lagi aku harus menunggu?"

Aku memutuskan untuk keluar sebentar membeli minuman dingin, tapi sebelum itu

"Ica..."

Intani Afrisa, sahabatku sejak SMK, ia juga ikut melamar di Butik ini.

"Mau nitip beli minuman gak?"

"Mau dong, Ca, aku haus banget nih"

"Oke deh, nanti kalau namaku dipanggil chat ya"

"Siap"

Aku bergegas lari, untung saja toko minumannya tidak jauh dari Butik hanya berjarak sekitar 10 meter.

BRRUKKK

Ketika sampai didepan pintu toko tersebut, aku menabrak seseorang dengan sangat kencang

"M..mm...maaf", ucapku.

Orang yang kutabrak tadi hanya terdiam dan pergi begitu saja.
Setelah membeli minuman, aku langsung kembali ke Butik, dan kebetulan namaku dipanggil.

Ckekkk...
(suara pintu yang terbuka)

"Permisi"

"Iya, silahkan masuk"

Tak disangka yang akan meng-interview adalah orang yang tadi tak sengaja ku tabrak.

Dengan penampilan yang serba hitam, mengenakan hoodie, jam tangan antik di tangan kirinya yang mengepal di atas meja, dan kepalanya yang tertunduk, serta hawa dingin ruangan melengkapi sudah rasa kekhawatiranku, seketika ia pun memulai pembicaraan...

"Selamat siang, dengan Kak Eca, ya?"

(Eca??, tanyaku dalam hati, padahal aku belum begitu mengenalinya).

"Ss..ss..siang, iya pe..perkenalkan namaku Meiressa Faresy"

"Boleh aku melihat berkas-berkasnya?"

"I..iya boleh", ucapku sambil menyodorkan berkas.

Aku mencoba mengenali orang itu, saat ia sedang sibuk melihat berkasku, disamping kiri hoodienya
terpasang nama

DARRA ZENNIA

Aku sangat terkejut ternyata dia adalah Rara, adik kelasku saat di SMK.

(Menghela napas)
"Ternyata kamu, Ra"

"Hehehe iya Kak, maaf ya tadi aku pergi begitu saja saat kita bertabrakan, karena tadi aku buru-buru pergi untuk bergantian disini"

"Iya tidak apa-apa kok, oh iya kamu pemilik butik ini?"

"Bukan Kak, butik ini milik ibuku, hanya saja hari ini aku diberi amanat untuk meng-interview karyawan baru"

"Wahh, hebat sekali kamu Ra, padahal kamu baru saja naik ke kelas 12, tapi sudah bisa mengemban tugas untuk memilih kayawan baru seperti ini"

"Aah, tidak kok Ka, biasa saja, aku bisa melakukan hal ini karena aku sering melihat ibuku, lihat disana!"
(menunjuk ke arah lemari besar yang ada dipojok ruangan)

"Ada apa disana?"

"Ayo ikut aku, Kak!"

Ceeettt...
(Pintu lemari terbuka)

Tak disangka, di dalamnya terdapat ruangan rahasia.

"Disini aku bisa melihat-lihat buku-buku design yang dirancang ibuku, termasuk untuk mengintipnya saat menerima karayawan baru, hehehe", jelas Rara.

Lagi-lagi aku terpukau, setelah itu kami kembali ke meja dan interview pun berlangsung.

...Setelah selesai interview...

"Emm...maaf jadi bagaimana, Ra?, apa aku diterima untuk bekerja disini?", tanyaku penasaran.

"Emmm...terima tidak ya???", jawab Rara membuatku semakin penasaran.

(Jengjengjengjeng)

Sudah 5 menit aku menunggu jawaban darinya, sampai-sampai daguku pegal karena mulutku terus terbuka dan pada akhirnya...

...aku diterima bekerja di butik ini.

Aku bersyukur sekali, karena aku bisa langsung mendapat pekerjaan.
Saat hendak keluar ruangan, Rara mengatakan sesuatu...

"Ka Eca..."

Ucapannya sangat lirih, saat aku menengok kebelakang,
mukanya begitu pucat, diisi dengan senyum miring yang mencekam

"Sekali lagi, selamat ya, Kak, hari Senin Kakak sudah bisa bekerja disini"

"Iya terimakasih ya, Ra", jawabku sambil tersenyum.

Setelah keluar dari ruangan itu

"Hhuft, untung saja, aku kira ada apa", ucapku dalam hati.

***

IF I DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang