TRAGEDI

49 21 1
                                    

Rabu, 2017

Setelah 2 tahun lamanya aku bekerja, baru aku sadari ada sesuatu yang tidak biasa.

***

Dirumah,
07.30 WIB

Duduk di dekat jendela kamar sambil memegang ayam. Entah dilema apa yang tengah menghantuiku.

PRRAKKK

Ya, celengannya ku pecahkan

Setelah ku hitung, uangnya lebih dari cukup untuk membangun usaha butik sendiri. Aku meyakinkan diri untuk keluar kerja dari butik Rara,  setelah itu aku pun bergegas pergi kesana untuk menyampaikan hal tersebut kepada Rara, sesaat sampai disana, baru selangkah aku melewati pintu utama butik

BRRUKKK

"Arghh...,sakit sekali", aku tersungkur ketanah, dan sikutku berdarah.

Tiba-tiba semuanya berubah...

"I..i..ini..ini kan rumahku", ucapku bingung.

"Hai...Kak Eca", ucap Rara yang sudah ada di depan pagar rumahku.

"Rr..r..Rara"

SSSINKKK

Dengan cepat rara menyodorkan pisau ke arah jantungku, untung saja meleset ke tembok

"Kenapa Kakak gemetar?, Kakak takut?, jangan takut Kak, sebentar lagi ajalmu akan segera datang"

"Tidakkk...Ecaaaa....", teriak Kika dari dalam kaca mobilnya.

Kirana Veika(Kika), sahabatku sejak kecil. Hari ini adalah hari ulang tahun persahabatan kami, Kika selalu mengunjungi rumahku untuk merayakannya. Melihat keadaanku Kika pun langsung bergegas keluar dari mobilnya untuk menolongku.

SSINKKK
(Pisau tersodor ke arah Kika)

"Jangan mendekat!!!",ucap Rara.

"Kalau kamu mendekat akan ku habisi dia"

"Pergi Kika....pergi...cepattt!!!", teriakku khawatir.

Karena takut terjadi apa-apa denganku, Kika pun langsung bergegas pergi dengan mobilnya, di perjalanan Kika langsung menelpon polisi, tapi sayang tidak diangkat, akhirnya ia berusaha mencari kantor polisi terdekat.

...

"Apa ada kata-kata terakhir yang ingin Kakak sampaikan?"

"Ssshhhh, aku benci dengan perbuatanmu ini, Ra!", teriakku.

"Apa Kakak bilang?? benci???,
Ssshhhh..., aku lebih benci denganmu!!!, apa Kakak tidak ingat???

[FLASHBACK ON]

Rabu, 2014
Saat itu aku sedang belajar sekuat tenaga untuk menghadapi ujian nasional, ketika ibuku baru pulang dari butik, kami mendapat telepon, aku langsung buru-buru mengangkat telepon itu, pikirku ayah yang menelpon, karena sudah lama sekali ayah tidak mengabari kami, baru saja aku ingin mengatakan

"Halo ayah aku dan ibu sangaatttt merindukanmu..."

Tiba-tiba ibu langsung  mengambilnya.

"Halo.."

PRRAKKK

Handphone itu terlepas dari tangan ibu

Itu memang kabar dari ayah, bukannya kabar baik tetapi kabar buruk, yaitu kabar kematiannya. Aku dan ibu menjadi sangat lemas tak berdaya, telepon ayah yang kami harapkan tak sesuai kenyataan.

"Ayaaahhh..."

Tangis kami berdua semakin pecah setelah jenazah ayah sampai di rumah. Ketika ibu membuka kain yang menutupi badan ayah, sontak ibu langsung terkejut, aku melihat luka bekas tusukan tepat dijantung ayah, warna darahnya pekat sekali, lalu teman kerja ayah yang membawanya ke rumah mengajak ibuku bicara untuk menjelaskan kronologis kejadianya, ibu langsung menyuruhku masuk ke dalam kamar, tetapi aku menolak dan terus menangis, sampai akhirnya keras kepalaku membuat ibu menyuruh pembantu untuk menyeretku ke dalam kamar, saat diseret aku terus menangis dan menangis, karena penasaran dari balik pintu kamar aku berusaha mendengar percakapan mereka.

"Saya atas nama seluruh karyawan perusahaan turut berduka cita atas meninggalnya Pak Reza"

Kulihat ibu tak bisa berkata apa-apa, tangisannya makin mendalam.

"Suami ibu ditemukan tewas, di basement. Dari jenazah korban, dapat kami simpulkan bahwa ini kasus pembunuhan. Kami sudah berhasil menemukan pelakunya, tetapi untuk motifnya, masih dalam penyelidikan"

Perasaan kesal dalam hatiku karena pembunuhnya ternyata adalah ayahmu.

Semenjak tragedi itu aku menjadi depresi, dan sulit belajar, ketika ujian nasional tiba yang bisa aku lakukan hanyalah pasrah , karena aku tidak belajar sama sekali, dan ketika pengumuman kelulusan nilaiku sangat kecil sehingga aku tidak dapat diterima bekerja diperusahaan manapun, untung saja aku masih punya butik untuk menghidupi keluargaku.

[FLASHBACK OFF]

"Ayahmu membunuh ayahku tanpa alasan!!!", teriak Rara sambil menangis.

Air mata membasahi wajahku.

"Sebelum aku membunuhmu, aku akan mengucapkan terimakasih karena telah memajukan butikku, kini aku sudah kaya raya, aku tidak perlu bekerja susah payah, dan sekarang saatnya aku balas dendam, aku sudah tidak butuh kamu lagi"

SSSINKKK

Lagi-lagi pisau itu hampir mendarat ke jantungku, dan untungnya kembali meleset

"Rara, aku mohon jangan lakukan hal ini!!!",

"Selamat tinggal, Kak Eca"

Kini pisau itu kembali mengarah ke jantungku.

"TIDAAAKKK..."

"Angkat tangan!!!", teriak sang polisi.

***

IF I DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang