Lembar Ke Tiga

7.4K 734 114
                                    

SDN Kasih Bunda adalah tempat Angkasa menimba ilmunya. Menjadi kebanggaan guru karena ke jeniusannya dan tempat dimana Semua temannya berada.

Senyum Angkasa selalu mengembang di sepanjang jalan menuju sekolah dasar. Tangannya saling bertautan dengan tangan sang Papa. Pagi ini ia bahagia. Aahh.. ralat. Paginya akan selalu bahagia jika ada Alaska di sampingnya.

"Papa." Panggil Angkasa.

Alaska yang semula menatap lurus kejalan lantas menoleh ke bawah. Menatap wajah tampan putranya dengan senyum lembut "kenapa?." Tanyanya sembari merapihkan anak rambut yang menutupi mata putranya. Angkasa yang mendapat perlakuan seperti itu dari Alaska lantas terpejam menikmati usapan lembut yang kini ia rasakan diatas kepala.

Angkasa membuka matanya kembali. Ia mengeratkan genggamannya pada tangan Alaska. "Aku sayang papa. Papa tau?."

Alaska terkekeh lalu menganggukan kepalanya "setiap pagi papa selalu mendengar ucapan itu dari Angkasa loh."

Angkasa tersenyum lebar "takut papa lupa. Jadi setiap hari Kasa pasti akan ngingetin papa." Ucap Angkasa dengan semangat yang menggebu. Alaska mengangguk saja. Langkah mereka berhenti tepat di depan gerbang sekolah dasar Angkasa.

Alaska berjongkok menyejajarkan tubuhnya dengan tubuh Angkasa. "Kasa belajar dengan baik ya. Jangan bikin guru marah, Kasa juga jangan nakal. Intinya, semangat untuk belajarnya." Usai memberi petuah, Alaska mengecup kening sang putra Cukup lama. Menyalurkan Rasa sayangnya pada Angkasa.

Angkasa tersenyum lebar. Ia bahagia saat mendapat perhatian manis dari papa nya. "Papa percaya saja sama Kasa. Kasa ga akan nakal dan bikin papa kecewa kok. Papa harus semangat juga kerjanya. Nanti Kasa nyusul papa ke pasar. Terus kita ngumpulin uang lagi biar kita cepat kaya." Ucap Angkasa dengan binar di matanya yang terlihat hidup. Diam-diam Alaska tersenyum pedih. Netra kelamnya berkaca-kaca namun coba ia sembunyikan agar sang putra tidak melihatnya.

Setelah menghela nafasnya pelan. Alaska mengelus surai hitam Angkasa "doain aja yang terbaik ya."

Angkasa mengangguk "setiap aku sholat aku selalu minta kepada Allah supaya aku sama papa bisa terus bersama selamanya. Papa sehat dan aku pun sehat. Papa bahagia dan aku pun bahagia. Dan semoga kita berdua terhindar dari yang namanya kesedihan." Tutur Angkasa.

Tak tahan mendengarnya Alaska langsung memeluk tubuh kecil putranya "kebahagiaan kita ada saat kita bersama. Hanya papa dan Kasa."

Angkasa kembali mengangguk dalam dekapan Alaska "iya. Yang lain kan cuma ngontrak hehehe.." Angkasa terkekeh di akhir kalimatnya. Dan membuat Alaska mau tak mau ikut mengembangkan senyumnya.

Alaska melepas pelukannya lalu mencium kedua mata Angkasa, turun ke hidung dan yang terakhir kedua pipi Angkasa. Angkasa menikmati setiap kecupan syarat kasih sayang yang di berikan Alaska padanya. Papa nya itu mampu membuat Angkasa mendapat perhatian dari seorang ayah sekaligus seorang ibu. Hingga Angkasa merasa tidak membutuhkan seorang ibu di hidupnya. Karena kehadiran Alaska saja sudah cukup baginya. Hanya dengan Alaska, Angkasa bahagia. Dan hanya dengan Angkasa, Alaska mempunyai tempatnya pulang dan menjadi alasannya hidup. Disaat dunia seolah membencinya maka sang putra lah yang siap mengulurkan tangan guna menemani rasa sepi ditinggalkan.

"Ya sudah papa harus berangkat sekarang. Jangan lupa bekalnya dimakan." Alaska berdiri dari posisinya. Ia sedikit membetulkan hoodie hitamnya yang terlihat kusut.

Angkasa terdiam sebentar. Tangan kecilnya pun bergerak, mencium tangan Alaska yang lebih besar dari tangannya. "Papa hati-hati." Pesan nya.

Alaska mengangguk. Ia mengelus surai Angkasa lembut. "Iya. Nanti Kasa pulangnya juga hati-hati ya."

My Son [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang