Rino mendudukan dirinya di samping Angkasa yang tampak menikmati bekalnya dengan lahap dibawah pohon mangga yang terletak di belakang sekolah. Rino hanya diam memperhatikan bagaimana pipi Angkasa mengembung karena makanan.
Lalu ia tersenyum tipis, saat Angkasa sudah menghabiskan bekalnya berlanjut dengan meminum air di dalam plastik hingga tandas.
"Om Aska gimana kabarnya?." Tanya Rino kemudian.
Angkasa menoleh kesamping kiri, sembari memasukan bungkus nasi dan plastik ke dalam kantong kresek.
"Baik." Jawab Angkasa.
"Omongannya si murid baru itu jangan di dengerin Kas. Tuh murid baru kelihatannya sombong banget." Ujar Rino lagi. Sampai membuat Angkasa mengernyitkan keningnya. Ia tidak bermimpi kan? Rino si galak dan si irit bicara. Ngomong panjang padanya? Wahh.. sungguh tak terduga tingkah sahabat dingin nya itu.
Angkasa berdehem sejenak "omongan kayak gitu udah jadi makanan sehari-hari aku sama papa. Jadi aku Udah kebal." Sahut Angkasa terkekeh di ujung kalimatnya. Rino menyunggingkan senyum tipisnya. Sebelum akhirnya ia membiarkan hening mengambil alih keadaan.
Di detik kedua puluh, tiba-tiba Dino dan Azril datang dengan bawaan mereka masing-masing. Azril yang membawa sekantong kresek makanan ringan, dan Dino yang membawa selembar browsur. Mereka berdua pun langsung duduk dihadapan Rino dan Angkasa.
"Tadi aku sama Dino mampir ke warung terus beli cemilan ini. Kita makan sama-sama yuk." Ucap Azril seraya mengeluarkan seluruh makanan yang ia beli. Dimulai dari Chiki Taro, Permen milkita, teh gelas empat, coklat silverqueen, better, selai olai dan Wafer Nabati. Semua makanan itu kesukaan Angkasa, dan Azril memang sengaja menghabiskan uang jajan nya hanya demi menghibur Angkasa melalui makanan.
Melihat semua aneka jajanan yang di keluarkan oleh Azril mata Angkasa langsung mengeluarkan binarnya. Mengundang senyum bahagia dari bibir Azril.
"Azril aku mau." Pinta Angkasa.
Azril mengangguk, ia menyerahkan seluruh makanan ringan itu kepada Angkasa, tak lupa ia membagikan teh gelas kepada ketiga sahabatnya. "Itu buat kamu. Jangan ngebantah, aku tau kamu masih lapar. Jadi aku beliin ini." Jelas Azril. Angkasa menatap Azril dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Aku ga mau menghutang sama kamu Zril. Kata papa meskipun kita hidup penuh dengan kekurangan, jangan sekalipun kita meminjam atau menghutang kepada orang lain. Karena sekali kita melakukan itu, kita akan terus-terusan melakukannya, dan berakhir menjadi kebiasaan yang sulit di hilangkan." Azril membulatkan mulutnya terlampau terpukau dengan cara bicara Angkasa yang kelewat dewasa. Tentu saja itu karena campur tangan Alaska. Ayahnya Angkasa itu sangat baik, jangan heran jika diam-diam Azril mengidolakan nya.
Tepukan Dino menyadarkan ia dari segala kekaguman nya. Azril mengerjapkan matanya pelan, lantas mendengus sebal. "Itu aku yang traktir. Kamu ga menghutang kok. Tenang aja."
"Bener ya?." Angkasa berusaha memastikan.
"Iya bener." Sahut Azril yang langsung disambut sorakan bahagia dari Angkasa.
Angkasa tetaplah Angkasa. Anak laki-laki yang sangat suka makan. Dan tentunya mendapat makanan gratis membuat ia senang bukan main. Omong-omong Angkasa juga pecinta gratisan dan traktiran garis keras. Tak ayal, saat Azril memberikan semua makanan ringan nya dengan percuma. Ia langsung menerima dengan hati yang berbunga.
Ketiga sahabatnya diam memperhatikan. Merasa bahagia saat melihat sahabat sejak kelas satu SD mereka itu. Tampak luar biasa bahagia.
"Sering-sering ya traktir aku Zril." Ucap Angkasa di sela kunyahan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Son [END] ✔
General Fictionbagi Alaska, putra nya adalah sumber kehidupan nya. tanpa anak itu, Alaska akan merasa kesepian. di saat semua orang berpaling menjauhi nya maka putra nya akan senantiasa selalu di sisi nya. dan disaat semua orang melayangkan ujaran kebencian dan ce...