Awal dan Akhir

68 30 9
                                    

Februari, 2020

Pertempuran besar telah terjadi. Antara Kerajaan Pustaka dengan Kerajaan Antaraksa. Memang, kedua belah pihak sudah diselimuti perselesihan sejak 2 dekade terakhir. Kondisi Negeri Pustaka yang menjadi lokasi pertempuran sudah kacau balau. Semua bangunan serta fasilitas sudah hancur. Rata dengan tanah akibat gempuran senjata penghancur milik Kerajaan Antaraksa.

"Ayo serang! Kalian semua jangan takut!" ucap salah seorang panglima perang diatara mereka.

"Tapi mereka kuat sekali, mereka punya lebih dari 5 senjata penghancur. Satu pasukan seperti kita ini bisa langsung tewas jika terkena serangannya".

"Siapa yang mengajarkanmu gentar seperti itu? Sadar, pasukan! Seandainya kita gugur di pertempuran ini, kita akan tetap dihormati dan dikenang karena sudah berkorban untuk negeri ini. Apa kalian tidak ingin dikenang oleh anak cucu kalian sebagai seorang pahlawan?". Pasukan mengangguk. Keberanian mereka telah kembali. Tanpa diskusi lagi, mereka maju. Menyerang pasukan dan senjata penghancur milik musuh.

"Aaaahh!!!"

Percuma, keberanian mereka tidak cukup untuk memukul mundur musuh.

Dari 300 pasukan, gugur 20. Bertambah lagi menjadi 50, 70, 120, dan 280. 20 orang pasukan tersisa. Mereka kebingungan, apa yang harus dilakukan. Panglima perang mulai tidak karuan. Ia sudah kehabisan strategi apa yang harus dikerahkan. Motivasi seperti apa yang harus diucapkan guna menjaga emosi pasukan.

Di tengah kebingungannya, seekor burung merpati mendarat di tangannya yang terluka dengan membawa sebuah surat yang diikatkan di kaki merpati. Panglima terkejut dan kebingungan. Diamatinya burung merpati itu.

Ya, ia tahu merpati milik siapa itu. Itu adalah merpati milik Alcatra ; seorang penyihir terhebat di masa itu. Dibukalah surat yang diantarkan oleh si merpati.

"Aku tau kau lelah. Mundurlah. Perintahkan sebagian pasukanmu untuk mengevakuasi seluruh penduduk yang sedang berlindung di rumah menuju hutan di arah barat. Sedangkan kau dan sebagian pasukanmu lagi, selamatkanlah buku-buku dan arsip dari Perpustakaan Kota. Waktumu 20 menit dari sekarang. Aku sedang mempersiapkan sesuatu"

Panglima segera menginstruksikan pasukannya. "Pasukan, ada intruksi dari Penyihir Alcatra. 10 orang pasukan cari para penduduk lalu evakuasi mereka ke hutan di sebelah barat. 10 orang lagi ikuti saya, kita selamatkan buku-buku dan segala hal di perpustakaan. Waktu kita 20 menit dari sekarang, berpencar!".

10 orang pasukan mulai mengevakuasi para penduduk yang sedang berlindung di rumah masing-masing. Diarahkannya mereka menuju hutan barat Negeri Pustaka. Semua penduduk sudah dipindahkan. Pasukan menetap disana untuk menjaga keamanan para penduduk.

"Memangnya apa yang disiapkan oleh Penyihir Alcatra? Sampai sampai penduduk harus dipindahkan kesini". Tanya seorang pasukan kepada kawannya. "Entahlah, tapi aku harap apa yang disiapkan oleh Penyihir Alcatra dapat menyelesaikan perang ini." Jawab seorang pasukan yang sedang mengobati kepala penduduk yang terluka.

Kristal Penghancur SemestaWhere stories live. Discover now