20. Kami Memenangi Hadiah Hebat

132 34 2
                                    

Ketiga Moirae sendiri yang membawa jenazah Taemin.

Sudah bertahun-tahun aku tidak melihat wanita-wanita itu, sejak aku menyaksikan mereka menggunting benang kehidupan di kios buah pinggir jalan waktu aku dua belas tahun. Mereka membuatku takut saat itu, dan mereka membuatku takut sekarang-tiga nenek mirip hantu dengan jarum rajut dan benang. Salah satu dari mereka memandangku, dan meskipun dia tidak mengatakan apa-apa, hidupku secara harfiah melesat di depan mataku. Tiba-tiba aku berumur dua puluh tahun. Kemudian aku jadi seorang pria setengah baya. Kemudian aku menjadi tua dan keriput. Semua kekuatan meninggalkan tubuhku, dan kulihat batu nisanku sendiri dan kubur terbuka, peti mati diturunkan ke dalam tanah. Semua ini terjadi dalam kurang dari sedetik.

Sudah selesai, kata wanita itu. Sang Moirae mengangkat sepotong benang biru-dan aku tahu itu adalah benang yang sama seperti yang kulihat empat tahun lalu, garis kehidupan yang kusaksikan mereka potong. Kupikir itu hidupku. Sekarang kusadari itu hidup Taemin. Mereka menunjukiku kehidupan yang harus dikorbankan demi memperbaiki keadaan. Mereka menggendong jenazah Taemin, kini dibungkus kafan putih-hijau, dan mulai membawanya keluar dari ruang singgasana.

"Tunggu," kata Hermes. Sang dewa pengantar pesan mengenakan pakaian klasik berupa jubah Yunani putih, sandal, dan helm. Sayap di helmnya mengepak-ngepak saat dia berjalan. Para ular, George dan Martha, meliliti caduceusnya, menggumamkan, Taemin, Taemin yang malang. Aku memikirkan May Lee, sendirian di dapurnya, memanggang kue dan membuat roti isi untuk seorang putra yang takkan pernah pulang ke rumah. Hermes menyibakkan kafan dari wajah Taemin dan mengecup keningnya. Dia menggumamkan kata-kata dalam bahasa Yunani kuno-pemberkatan terakhir.

"Selamat tinggal," bisiknya. Lalu dia mengangguk dan mengizinkan para Moirae membawa pergi jenazah putranya. Saat mereka pergi, aku memikirkan Ramalan Besar. Larik-larik tersebut kini masuk akal bagiku. Jiwa sang pahlawan, bilah terkutuk yang akan menghabisi. Sang pahlawan adalah Taemin. Bilah terkutuk adalah pisau yang diberikannya pada Seulgi dulu sekali-terkutuk karena Taemin melanggar janjinya dan mengkhianati teman-temannya. Satu pilihan akan akhiri usianya. Pilihanku, untuk memberinya pisau, dan untuk percaya, seperti Seulgi, bahwa dia masih mampu memperbaiki keadaan. Olympus tetap lestari atau binasa. Dengan cara mengorbankan dirinya sendiri, dia telah menyelamatkan Olympus. Rose benar. Pada akhirnya, sesungguhnya bukan aku pahlawannya. Taeminlah sang pahlawan.

Dan aku mengerti hal yang lain lagi. Waktu Taemin turun ke dalam Sungai Styx, dia harus memusatkan perhatian pada sesuatu yang penting yang akan menghubungkannya ke kehidupan fananya. Jika tidak, dia akan terlarut. Aku melihat Seulgi dan aku punya firasat dia pun melihat Seulgi. Dia membayangkan peristiwa yang ditunjukkan Hestia kepadaku-tentang dirinya di masa lalu yang menyenangkan bersama Jeongyeon dan Seulgi, saat dia berjanji kepada mereka bahwa mereka akan jadi keluarga. Melukai Seulgi dalam pertempuran telah mengguncangkannya sehingga mengingat janji itu. Hal tersebut memungkinkan kesadaran fananya untuk mengambil alih lagi, dan mengalahkan Kronos. Titik lemahnya-tumit Achillesnya-telah menyelamatkan kami semua.

Di sebelahku, lutut Seulgi jadi lemas. Aku menangkapnya, tapi dia menjerit kesakitan, dan kusadari aku telah menggenggam lengannya yang patah.

"Oh, demi para dewa," kataku. "Seulgi, maafkan aku."

"Tidak apa-apa," katanya saat dia pingsan dalam pelukanku.

"Dia butuh bantuan!" teriakku.

"Biar kutangani." Apollo melangkah maju. Baju zirahnya yang menyala nyala begitu terang sehingga susah dipandang, dan kacamata hitamnya yang serasi serta senyum sempurnanya membuatnya mirip seperti model pria untuk pakaian tempur.

"Dewa pengobatan, siap melayanimu." Dia menelusurkan tangannya ke atas wajah Seulgi dan mengucapkan mantra. Seketika memar-memar memudar. Luka sayat dan bekas luka Seulgi menghilang. Lengannya jadi lurus, dan dia mendesah dalam tidurnya. Apollo nyengir.

Adventures of Demigod #5 (k-idol) (Last)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang