Cinta Pertama

303 25 0
                                    

Hidup dan cinta itu mengerikan, mereka misteri bagi diri kita. Setidaknya Soraru hanya mengingat itu ketika dia bertemu sosok penting yang terlupakannya.

Cinta pertama.

.

.

.

• Hesitant •

Chapter 3
Cinta Pertama

[SoraMafu Fanfiction]

.

.

.

Pukul tiga dini hari Soraru dilanda gundah. Sedari tadi memori masa kecilnya itu berputar seolah kaset rusak yang tidak mau berhenti. Soraru sadar akan perbuatannya. Mengkhianati janji orang yang dicintainya hanya untuk berpacaran dengan Mafumafu, secara terpaksa.

Saat itu hanya surai cokelat yang Soraru ingat. Semenjak ia pergi, kenangan itu sudah terdekap erat olehnya, bahkan meski ia tidak mengenalnya.

Iris blue shappire-nya kini menyapu bersih langit-langit kamar. Sebagai hati yang masih bimbang ini, dia tetap harus menghadapinya, apalagi jika berhubungan dengan Mafumafu.  Soraru termenung seraya menguap bosan. Satu-satunya yang dia inginkan hanyalah bertemu olehnya. Namun, dia itu siapa?

°°~°°

Pada akhir suara bel masuk, Soraru dengan tepat mendudukkan tubuhnya di meja. Sepasang matanya memandang ke depan papan tulis. Dari situlah nampak dua orang yang berjalan masuk ke kelas, yang satu ia kenal sebagai Pusu-sensei, dan yang satunya, ahh… seingatnya dia mungkin anak yang kemarin tidak berangkat di hari pertama sekolah karena sakit.

Soraru benar-benar tidak peduli. Dia mengambil beberapa bukunya sekedar untuk bantal. Lalu si raven itu sudah memejamkan mata, sebagai aba-aba memulai bunga tidur.

"Tolong perkenalkan dirimu nona," eja sang guru.

Gadis itu mengangguk, lalu berkata, "Na-nama saya Lon. Karena kemarin tidak berangkat, saya minta maaf. Mohon bantuannya," dia membungkukkan badannya sejenak. Anehnya hal itu membuat sang empu raven menoleh kasar. Ia menerawang seluruh isi kelasnya.

"Lon? Aku pernah mengingat nama itu," gumam Soraru, meskipun pelan hingga tak terdengar oleh siapapun.

"Soraru-san, daijobu desu ka?" suara Mafumafu menginterupsi. Soraru yang berada di sebelahnya melambaikan tangan kanannya. Mengisyaratkan dirinya baik-baik saja.

°°~°°

Kringggg… kring……

Bel yang terdengar nyaring sontak berhasil membuat Soraru bertenaga. Dia bangkit dari tempat duduknya bergegas ke kantin. Tanpa memperdulikan Mafumafu di sebelahnya. Muka kusut itu berdecih menatap punggung Soraru yang kian menjauh.

Sementara derap langkah Soraru bergema di penjuru kantin. Dia berkeliling memilah-milih makanan yang tersedia. Sangat banyak makanan enak memang. Tetapi dia berakhir membeli 2 bungkus sandwich. Untuk dirinya dan Mafumafu pikirnya.

Wajahnya sumringah. Bersiul sepanjang perjalanan karena mendapatkan sandwich telur yang sudah lama diinginkannya. Jika saja dia tidak mengingat wajah psikopat kekasihnya, mana mungkin dia membelikan 2 bungkus yang berharga mahal untuknya.

Bruk…

"Ittai," ringis seorang gadis. Dia terjatuh sesaat setelah Soraru menabraknya tanpa sengaja.

"Gomenasai…" Soraru mengulurkan tangannya. Gadis itu, Lon meraih tangan besar Soraru.

"Seharusnya aku yang berkata begitu," ucapnya menepuk-nepuk roknya.

"Salad-mu sudah jatuh. Emm… Mungkin ini tidak sama, tapi aku hanya punya sandwich sebagai gantinya… kamu mau?" tawar Soraru merasa bersalah.

Lon tertawa kecil. Dia menggeleng lemah, "Tidak perlu, aku kenyang."

Krucuk… krucuk…

Soraru menahan tawanya yang hampir meledak. "Ambil saja. Kebetulan aku membeli dua."

"A-Arigato… etto…"

"Soraru,"

"Arigato Soraru." Lon menyunggingkan senyum manisnya. Jujur, itu membuat Soraru terpana. Pipi gembilnya, senyum simpulnya, manik matanya, kulit lembutnya, menurut Soraru dia mempesona.

"Ah… etto… ano… Aku ke kelas dulu. Jaa ne," katanya terbata. Dia berlalu meninggalkan Lon.

"Soraru milikku, bukan milikmu. Penjahat kecil lihat saja nanti!" kata Mafumafu dalam hati. Dengan seksama dia memperhatikan adegan dimana Soraru menabrak Lon hingga dirinya memberi sandwich-nya kepada Lon. Itu membuat Mafumafu geram. Dia menggertakan gigi.

Mafumafu berlari kembali ke kelas memotong jalan. Dia sengaja duduk memasang senyum sembari menunggu Soraru datang.

"Mafumafu kamu nggak makan?" tanya Soraru tidak melihat satupun makanan atau minuman di mejanya.

"Enggak Soraru-san," ujarnya singkat. Moodnya yang dibangun sedemikian baik sekarang runtuh. Tidak bisa menahan diri untuk tidak marah.

"Hm… ya sudah."

"Apa-apaan itu? Tidak bisakah dia sedikit peka!" batin Mafumafu semakin berprasangka buruk.

°°~°°

Tolong beri dukungan dengan cara vote dan komen

Arigato😳
Kalian baik sekali

~TBC~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hesitant [SoraMafu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang