Pria bersurai raven itu membuka mata perlahan. Irisnya menyapu ruangan gelap. Tak ada. Tak ada satupun orang atau benda disana.
"Soraru-san, ya?"
Suara yang menggema di ruangan itu membuat Soraru tersentak. Ia ingin berdiri, namun raganya tak merespon apa yang diperintahkan otaknya. Bahkan untuk menatap pria di hadapannya saja ia tak mampu.
Pria itu berjongkok, mengangkat dagu Soraru.
"Kawaii. Kau akan menjadi milikku, Soraru-san,"
.
.
.
• Hesitant •
Chapter 1
Pilihlah, Pilihanmu[SoraMafu Fanfiction]
.
.
.
"USOOOO!"
Soraru bangun dari tidurnya. Ia mengerang akibat mimpi buruknya barusan. Mimpi buruk dengan pria itu. Pria yang sama sekali tidak dikenalnya.
Iris shappire-nya menyapu bersih sekeliling memastikan bahwa tadi hanyalah mimpi. Keringat Soraru bercucuran, sementara nafasnya tak beraturan. Dia bernafas lega sembari mengelap keringatnya setelah mengetahui ini masih kamarnya. Kamar dengan design serba biru.
Soraru beranjak dari tempat tidurnya. Dia bersiap-siap di hari pertamanya masuk sekolah, walau sesekali ia masih mendengus mengingat mimpi aneh semalam.
Semua persiapannya menuju sekolah telah usai. Pintu rumahnya dibuka, dan...
Damn it! Matahari menjulang tinggi. Secara spontan Soraru tergerak. Ia berlari gesit agar tidak terlambat ke sekolah.Bagus sekali. Dari kejauhan, mata Soraru menangkap sosok yang sedang berdiri di depan gerbang. Untuk kedua kalinya, si raven itu kembali lega karena ia tidak terlambat sendirian. Namun, saat Soraru mendekat, ia menghentikan langkah kakinya dan tak bergeming.
"Bocah albino itu..., yang ada di mimpiku tadi?!?" gumamnya menganga. Bahkan pikirannya sudah melayang, tak tahu harus berbuat apa lagi.
Merasa diperhatikan, yang dimaksudkan Soraru akhirnya menoleh kepadanya. Seringian kecil tertera di wajah seputih salju tersebut. Ia pergi ke arah Soraru yang tak jauh dari tempatnya.
"Ano, apakah kau juga telat?" tanyanya biasa. Tak seperti nada bicaranya saat bertemu dengan Soraru di mimpi.
Soraru mencoba menenangkan diri. Pelan-pelan, ia menarik nafas, lalu menghembuskannya. Ketika sudah merasa cukup tenang ia mengangguk.
"HEI KALIAN YANG DISANA! SAYA AKAN MENUTUP GERBANGNYA LOH!" teriak satpam dari arah gerbang. Soraru dan si albino itu tertegun lantas bergegas masuk sekolah.
°°~°°
SMA disini, bagi Soraru, benar-benar... AMPAS!
Oke, jika sekelas dengan Amatsuki dia masih bisa terima, namun di kelasnya juga ada sekumpulan makhluk selevel sampah seperti Urata, Sakata, Luz, Nqrse, dan si albino. Kalau tidak salah, saat tadi perkenalan Soraru mendengarnya bernama Aikawa Mafuyu?
Ah lupakan tentang itu! Sekarang dia sudah pulang membawa hawa ngantuknya. Sederet penyesalan terngiang dalam benaknya.
"Kenapa aku ingin bersekolah disini?" gumamnya pelan, raut wajahnya kusam.
Grep...
Dibekap, benar sekarang Soraru sedang dibekap oleh seseorang di belakangnya. Ia meronta, tetapi mustahil. Seseorang di belakangnya itu lebih kuat darinya sehingga dia kehilangan kesadaran.
"Uhh... Kenapa ak-eh?" Soraru membelalak sambil bangkit setelah beberapa waktu ia pingsan. Kedua manik matanya itu tak menduga akan menemukan pemandangan yang samar-samar mirip dengan mimpi semalam.
"Soraru-san, ya?"
Dejavu macam apa ini? Bahkan sampai sedetail ini. Soraru tidak habis pikir. Jika semua yang di mimpi menjadi nyata maka selanjutnya pasti pria albino itu berjongkok, menangkat dagu Soraru, dan berkata, "Kawaii. Kau akan menjadi milikku, Soraru-san,"
Argh! Dia merutuki mimpinya dalam hati. Dia merutuki pertemuannya dengan Aikawa Mafuyu tadi. Dia benar-benar pasrah, mimpi aneh itu telah menjadi realita.
"Kau! Apa maumu?" sarkas Soraru tajam, meski beberapa jari jemarinya mengigil ketakutan.
"Yah, yah. Tenanglah Soraru-san, aku tidak akan melukaimu," Mafumafu, pria itu berseru dengan senyum licik di pipinya.
"Kalau begitu apa maumu?" ucap Soraru menggertak tanpa mempedulikan pisau yang ada di tangan Mafumafu.
Mafumafu melepaskan tangan mungilnya yang barusan ada di dagu Soraru. Kini tangan itu telah beralih memegang dada bidang Soraru. Ia menatap manik shappire itu dalam.
"Soraru-san boleh pergi kok," ujar Mafumafu tersenyum yang tidak dapat diartikan, "Jika kau bilang kau mencintaiku dan bersedia menjadi pacarku," lanjut Mafumafu.
Soraru mendelik, tak percaya dengan pernyatannya barusan.
"Lalu jika aku tidak mau?" Soraru meneguk salivanya. Takut, tetapi apa yang bisa dihasilkan dari rasa takut?
"Jika kau membenciku dan tidak mau menjadi pacarku maka..." Mafumafu menggantungkan kalimatnya. Ia berdiri sejenak kemudian melihatkan pisau yang ia genggam.
"Aku akan membunuhmu," kata Mafumafu dengan raut muka yang tidak main-main.
Ini gila setidaknya itulah 2 kata yang terbesit di batin Soraru. Ia menghirup udara dan mempertimbangkan jawabannya.
"Sekarang pilihlah pilihanmu, Soraru-san!"
°°~°°
Yoroshiku minna!
Saya penulis baru
Panggil saja Yozora.Salam kenal dan tolong baca, vote, dan komen cerita ini.
Yozora butuh dukungan kalian.Arigatou!
Kalian semua sangat baik😳~TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hesitant [SoraMafu]
AléatoirePairing : SoraMafu Created : yuzu_yozora °°~°° Ikatan yang terjalin dari paksaan dan keserakahan. Bahkan cinta mereka bercampur dengan nafsu. Pertemuan atas dasar mimpi yang pernah dilihatnya. Lihat, sekarang itu bukanlah mimpi lagi. Kontrak yang te...