“Pras, tolong kemari!” titah Pak Surya bos di tempatku bekerja. Aku segera berdiri lalu menghampiri beliau.“Ya, saya, Pak? Bapak butuh bantuan saya?” tanyaku sedikit ragu.
“Bapak tidak tahu harus meminta tolong pada siapa. Kamu tahu Pras semua tentang Bapak. Penyakit Bapak, kehidupan Bapak, bahkan seluk-beluk perusahaan Bapak. Kamu orang kepercayaan Bapak. Tolong Bapak. Menikahlah dengan Rania setelah ia sadar dari komanya.” Seketika diriku membeku. Dengan apa yang baru saja kudengar. Pernikahan? Dengan putri bos besar? Apakah aku harus bahagia atau harus bersedih? Jika hatiku saja masih mencintai seseorang. Walau aku tahu jika seseorang itu telah pergi menghianatiku.
“Sa-saya, Pak? Bapak yakin? Mengapa Bapak meminta hal tersebut pada saya? Sedangkan kita tidak tahu hati Rania. Apakah ia akan setuju dengan perintah Bapak, menikah dengan saya. Mungkin saja Rania akan menolak. Mungkin saja Rania memiliki kekasih? Apa tidak sebaiknya kita tunggu Rania sadar, Pak?” Berusaha aku mencari alasan, agar Pak Surya membatalkan niatnya. Tapi gagal.
“Bapak yakin! Kamu tahu Pras, penyakit Bapak ini bukan penyakit biasa. Dokter sudah memperingati Bapak jika bisa kapan saja penyakit Bapak akan merenggut nyawa Bapak. Rania hanya memiliki Bapak seorang di dunia ini. Jika Bapak mati, siapa yang akan menjaga Rania—putri kesayangan Bapak satu-satunya. Kali ini Bapak mohon padamu. Bapak yakin kalian akan saling mencintai setelah menikah nanti.” Pak Surya menatap putrinya. Aku tahu pasti lelaki itu sedang dalam kesedihan. Lelaki yang begitu amat berjasa dihidupku. Apakah aku bisa menolak? Tentu saja tidak.
“Baik, Pak! Insyaallah saya akan menjaga Rania seperti perintah Bapak.”
“Terima kasih, Pras. Bapak percaya padamu.”
Pak Surya terlihat semringah melihat bahwa putrinya kelak akan ada yang menjaganya. Netra tuanya tampak berkaca. Aku melihatnya. Namun, tiba-tiba jerit kesakitan keluar dari mulut Pak Surya. Pak Surya jatuh pingsan.
Melihat itu aku bergegas berdiri kemudian berjalan cepat memanggil suster. Tampak suster berlalu lalang bergantian masuk melihat kondisi Pak Surya. Batinku mengatakan ini salah. Semoga saja ini hanya perasaanku saja. Beberapa menit kemudian dokter datang. Dokter langsung memeriksa kondisi Pak Surya. Beberapa kali dokter tampak menggeleng kepalanya. Kemudian dokter dan tim medis lainnya membawa Pak Surya ke suatu ruangan. Ruangan yang bertulis ICU. Tampak beberapa alat medis terpasang ditubuh Pak Surya. Melihat semuanya aku bingung harus berbuat apa? Sedangkan di sini aku bukan siapa-siapa.Kuputuskan untuk menginap beberapa hari di rumah sakit. Sebab Pak Surya telah meminta bantuanku sebelum kejadian buruk ini.
Suara azan isya berkumandang. Membuat diriku terbangun dari tidur. Seketika aku bangkit lalu bergegas mencari musala. Setelah berkeliling rumah sakit. Terlihat satu ruangan yang mirip tempat salat. Tempat itu berada di paling ujung kamar perawatan. Sebelah ruang laboratorium.
Tak membuang waktu aku bergegas mengambil wudu. Setelah selesai berwudu aku segera melaksanakan perintah-Nya. Melaksanakan salat wajib. Selesai salat tak lupa aku berdoa memohon pada-Nya, demi kesembuhan Pak Surya dan Rania.
Selesai salat segera aku kembali ke ruang perawatan Rania. Kembali menungguinya. Tanpa sengaja aku menatap wajah ayu yang sedang tertidur pulas itu. Rania gadis sombong yang tak pernah menghargai orang lain. Berbeda dengan Pak Surya. Pikiranku seketika terlempar pada memori silam. Memori buruk tentang Rania. Ia dulu pernah menghinaku. Menghina di depan semua karyawan kantor. Malu? Tentu saja. Marah pasti. Tapi sudahlah. Aku hanya seorang bawahan Bapaknya.
Rania andai saja kau diam seperti itu lalu tersenyum tanpa harus memaki orang pasti kecantikanmu semakin terlihat.
“Rania kau cantik tapi, sayang ....”
“Maaf permisi. Apa Anda keluarga Pak Surya? Tolong segera ke ruang ICU sekarang. Pak Surya memanggil-manggil seseorang bernama Pras. Apa Anda tahu siapa dia?” Tiba-tiba suster hadir dan bertanya padaku.
“Saya, Pras. Kenapa dengan Pak Surya?”
“Tolong Anda ikuti saya sekarang.” Aku berjalan mengikuti suster. Kami menuju ruang ICU.
Setelah memakai baju steril khusus ruang ICU, aku masuk. Bergegas menghampiri Pak Surya. Melihat pemandangan kesakitan Pak Surya aku berpikir betapa lemahnya seseorang jika sudah dihadapkan pada sakit. Tak peduli orang itu kaya atau miskin. Tua atau muda. Jika Allah sudah berkehendak memberi sakit seseorang maka akan terjadi. Hanya bagaimana kita menyikapi segala sesuatunya. Sesungguhnya sakit adalah cara Allah mengurangi dosa kita didunia. Hal ini juga menjadi pengingat untukku.
“P-pras, ke-ke-mari-lah. Ba-pak, i-ngin bi-ca-ra pa-da-mu.” Pak Surya terlihat kesusahan berbicara. Apa benar penyakit Pak Surya begitu parah. Ah, sudahlah. Aku tak mau berpikir buruk melebihi dokter apalagi Allah.
“Iya, saya di sini, Pak. Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu, Bapak?”
“Me-ni-kah-la-h de-ngan Ra-ni-a se-ka-rang. Wak-tu Ba-pak su-dah ti-dak la-ma la-gi di-du-ni-a i-ni.”
“Baiklah, Pak. Saya akan menikahi Rania. Bapak jangan banyak bicara. Tenangkan pikiran Bapak,” jawabku spontan.
***
Di sinilah aku sekarang, di dalam ruang ICU. Selain aku tampak dua orang saksi, yaitu dokter keluarga Pak Surya juga pengacara Pak Surya lalu seorang penghulu. Mereka bersiap menikahkan aku dengan Rania.
....
“Saya terima nikah dan kawinnya Rania Prasojo binti Surya Prasojo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Tanganku menjabat tangan Pak Surya. Tampak Pak Surya tersenyum lega. Beberapa menit kemudian suara panjang monitor terdengar yang berarti Pak Surya telah tiada.Sedih pasti Pak Surya—bosku dalam perusahaan—ayah mertua, meninggal di hari pertama pernikahanku dengan Rania. Tiba-tiba kepalaku berdenyut nyeri mungkin efek kurang tidur juga terlalu memikirkan bagaimana hubunganku dengan Rania esok. Jika Rania sadar apa yang harus kulakukan? Tiba-tiba mengaku menjadi suaminya? Padahal sebelumnya kami tak pernah berhubungan. Apakah Rania akan mempercayaiku? Aku sanksi mengingat betapa bencinya gadis itu padaku.
“Allah, tolong hambamu ini,” Tiba-tiba pandanganku mengabur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Love
RomansaPernikahan tiba-tiba Rania dan Pras, tanpa didasari rasa cinta. Lika-liku berumah tangga. Apakah cinta mereka akan bersatu selamanya?