Mate

717 89 34
                                    

"Kau percaya bahwa orang yang mirip akan berjodoh?"

"Tidak, itu sebuah mitos yang konyol."

~~~

Sore itu, dua puluh empat Desember. Saat tumpukan salju menjelma menjadi hamparan permadani dingin yang menutupi jalanan Kota Ansan. Kelap-kelip lampu yang meriah dan pohon cemara raksasa di pusat kota terpajang, semakin mendukung suasana meriah malam Natal. Pusat kota saat itu padat dengan pasangan muda-mudi yang menghabiskan waktu libur dengan berkencan. Liburan yang juga dimanfaatkan oleh sepasang suami yang berpegang tangan sembari berjalan di trotoar berbalut kapas beku dari langit.

Choi Soobin merasakan tangannya merinding hebat akibat hawa musim dingin. Suhu saat itu jatuh di minus dua derajat, membuat sendinya kaku dan linu saat berlama-lama di luar ruangan. Tangannya berlapis sarung tangan wol yang tebal, namun hawa itu masih mampu menembus kain tebal yang membalut tangannya. Ia hendak meraih tangan Kai di sampingnya, namun terhenti kala kekasihnya menghentikan langkah. Soobin menolehkan kepala, dan apa yang ia dapatkan adalah pemandangan terindah yang tertangkap kedua netranya.

Kepala Kai terdongak ke atas dengan mata terpejam. Profil wajah Asia-Kaukasia yang dimilikinya merupakan kombinasi yang unik-cantik dan tampan secara bersamaan, semakin indah jika ditatap dari samping. Bibirnya yang ranum sedikit terbuka, tampak pucat karena dinginnya udara, dengan asap tipis dari hangat nafasnya. Ujung hidungnya merona merah, seperti Rudolf, rusa Santa Claus. Setitik salju tipis jatuh tepat pada kelopak matanya yang panjang.

Tanpa disadari, kedua sudut bibir Soobin telah melengkung ke atas. Ia mendekatkan wajahnya pada Kai untuk menikmati keindahan ethereal dari kekasihnya. Kecantikan yang berbeda daripada apa yang pernah ia lihat sebelumnya. Namun sekelebat ingatan muncul dari kepalanya, mengenai komentar orang-orang mengenai Kai dan dirinya-bahkan sebelum mereka bersama.

"Apakah kalian sadar? Kalian ini mirip sekali!"

"Kau dan Kai itu, apa yakin tidak ada hubungan darah apapun? Sekilas kalian terlihat mirip."

"Mungkin kau berjodoh dengannya? Kau tahu, katanya, orang yang berjodoh itu wajahnya mirip."

Soobin tertawa kecil mengingat komentar-komentar itu. Mirip darimananya? Keindahan Kai tidak bisa dibandingkan dengan dirinya yang biasa. Orang-orang memang mengatakan bahwa Soobin sangat tampan, namun tetap saja-keindahan Kai tidak sama dengannya. Keindahan itu kaya, campuran yang manis namun tegas, memikat siapapun-baik laki-laki atau perempuan mudah tertarik pada kekasihnya. Jadi, kalau mereka disebut mirip, mirip dari mana?

Soobin terlalu sibuk dengan dunianya, dan terkejut saat kedua kelopak mata sayu itu terbuka. Untuk beberapa jenak, mereka saling bertatapan, namun Kai memecah kesunyian itu dengan tawa pelannya.

"Lihat apa sih, kok kayak yang serius gitu?"

Wajah Soobin merona merah, seperti habis ditangkap basah melakukan tindak kriminal di tempat umum. Namun, apakah memandangi wajah cantik malaikat di depannya dapat dihitung sebagai tindak kriminal? Soobin hanya tak kuasa untuk menolak magnet kuat dari seorang Kai Kamal Huening.

Kedua tangan Soobin terangkat, membetulkan beanie yang dikenakan kekasihnya untuk menutupi telinganya. Ia sedikit mengibaskan serpihan salju yang jatuh pada penutup kepala Kai, lalu menangkup kedua pipi kekasihnya hingga pipi itu menggembung lucu. Soobin terkekeh pelan.

"Hentikan-kamu ngapain, sih?" ujar Kai, dengan ekspresi tak terima. Soobin kembali tertawa pelan, ia malah semakin mengencangkan tangkupan tangannya pada pipi Kai.

"Mengagumi wajah cintaku yang meggemaskan," gumam Soobin.

Yang dipuji menggemaskan hanya tersipu malu. Kedua tangannya yang bebas menyentuh tangan Soobin, ikut menangkup pipinya sehingga terlihat makin berisi. Tawa kecil keluar dari bibir Kai-saraf di wajahnya seakan bercermin dengan wajah Soobin yang telah tersenyum lebar.

Soobin melepas kedua tangannya dari pipi Kai, dan beralih untuk menautkan jarinya pada jari mungilnya. Mereka kembali berjalan pelan menyusuri jalan bersalju. Soobin memperpendek langkahnya, menyesuaikan agar Kai dapat berjalan beriringan bersamanya. Untuk sesaat, mereka sibuk dengan riuhnya pikiran masing-masing. Hingga suara berat Soobin memecah keheningan di antara mereka.

"Kai."

"Hm?" Orang yang dipanggil hanya menggumam pelan menanggapi panggilan suaminya.

"Kau percaya bahwa orang yang mirip akan berjodoh?"

Kai tertawa kecil, kemudian menggeleng. "Tidak. Menurutku, itu mitos yang konyol."

Soobin tersenyum simpul. "Kenapa kau bilang itu konyol?"

Kai hanya mengedikkan bahu. "Entahlah. Kau tahu, ada tujuh orang yang memiliki wajah yang mirip denganmu. Apakah salah satu dari mereka akan jadi jodohmu? Belum tentu. Lagipula, Ayah dan Ibuku tidak mirip sama sekali-bahkan mereka berbeda ras. Mau bagaimana pun, pada akhirnya mereka jatuh cinta, menikah, dan memiliki aku yang tampan ini," jelas Kai, sambil mengedipkan sebelah matanya pada Soobin.

Soobin terkekeh melihat kelakuan kekasihnya. Ia menghela napas pendek, lalu merespon Kai, "Kau benar. Kalau mitos itu sungguhan, berarti kesempatan aku untuk berjodoh denganmu sangat tipis. Paras kita berdua sangat berbeda. itu memang mitos yang konyol."

Lelaki manis di sampingnya tersenyum. "Betul. Kalau memang jodoh itu mirip, kau pasti menikahi Minhyuk BTOB, bukan aku. Wajahnya kan mirip sekali denganmu."

Soobin tertawa gemas, tangannya terangkat dan mencubit pelan pipi Kai.

"Kak Soobin!" yang dicubit memekik saat Soobin menarik-narik pipinya.

Soobin melepas cubitan itu saat Kai semakin merengek. Ia beralih mengelus pipi yang memerah akibat ulahnya.

"Sakit, tahu. Pokoknya gak mau tahu, kau harus ganti rugi!" celoteh Kai.

"Apapun demi Kesayanganku. Kau mau apa?"

Kai melirik ke atas dengan bibir yang terangkat. Bagaimana bisa Soobin berhenti memanjakannya jika Kai sebegini menggemaskan?

"Aku ingin bungeoppang. Dua. Dua-duanya untukku."

Soobin mengangguk pelan mendengar permintaan kekasihnya. "Baik. Ayo jalan lagi, kita ke Pusat Jajanan. Berdiam disini kelamaan buat aku makin kedinginan."

Kai mengangguk cepat. Jari yang terlepas itu ia kaitkan lagi pada jari Soobin, menariknya sementara ia berjalan tergesa-gesa. Soobin di belakangnya hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan manja kekasihnya.

Ya, entah mitos itu benar atau tidak, untuk kehidupan ini dan selanjutnya, Soobin hanya ingin berjodoh dengan Kai.

~~~

*bungeoppang = kue berbentuk ikan yang berisi kacang merah.

Hello...

Udah mulai musim hujan nih, pasti rentan kedinginan. Biar ga dingin-dingin amat, aku kasih kehangatan cinta Soobin dan Kai :)

Btw, menurut kalian, fluff kayak gini terlalu bosenin ga? Kalo bosenin, buat next aku kasih spice sedikit. Spice apa tuh? Ada dech, xixixixi. Jangan terlalu berharap sama konten Rated ya, soalnya aku ga jago bikin gituan, hahaha.

Eh, satu lagi. Kalian sebagai readers boleh request atau kasih prompt 1 kata untuk judul selanjutnya. Akan aku usahakan buat bikinin. Tapi universe-nya masih sama kaya disini ya... kehidupan pasusu yang penuh cinta. Wkwkwkwk.

Ok deh. Sebelumnya aku ucapin terima kasih yang udah baca, komen, dan kasih vote. Love you :')))))))

Udah yah aku mau menangisi Beomgyu yang pake manset tangan huhu. Dadah~~

Trivia | Choi Soobin, Huening KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang