Thalia Saunder

25 4 5
                                    

Hidup itu seperti GoodDay
Punya banyak rasa
🌻

Sebagai mahasiswa, baik adanya jika mengikuti organisasi di dalam maupun di luar kampus. Dengan mengikuti suatu organisasi kemahasiswaan, kita akan mendapatkan banyak sekali manfaat, dan hal tersebut bisa menjadi pengalaman tersendiri dalam mejalani studi serta sebagai bekal dalam mencari sebuah pekerjaan.

Tetapi masih ada juga mahasiswa yang tidak ingin ikut serta dalam keorganisasian apapun.

Pernah dengar istila 'mahasiswa kupu-kupu'? Yah, mahasiswa kuliah pulang-kuliah pulang.

Itulah julukan Thalia Saunder. Gadis super cuek jika berada di tempat umum, seperti kampus. Tapi, nenjadi gadis yang sangat ceria dan penurut jika berada di sekitar orang terdekatnya, seperti keluarga dan sahabat.

Bagi Thalia organisasi itu tidak penting. Ia hanya ingin belajar, belajar, dan segera menyelesaikan kuliahnya.

Thalia mengambil jurusan Manajemen di Universitas terkenal di Jakarta. Sekarang telah memasuki semester 5.

Di kota besar ini Thalia tinggal dengan oma, bibi serta pamannya.

15 tahun silam, kedua orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan. Dan sejak saat itu Thalia diboyong oleh keluarganya ke Indonesia.

Setelah kepergian kedua orang tuanya, Thalia tumbuh menjadi gadis yang susah bersosialisasi. Apalagi semenjak pindah ke Indonesian, ia juga kehilangan teman-temannya. Bahkan dengan sahabat kecilnya, ia jarang bertemu.

Sendiri adalah dunianya. Ia tidak memerlukan siapapun. Termasuk pacar.

Kata orang, jangan terpuruk dengan keadaan masa lalu. Bukan, bukan Thalia tidak terima dengan keadaannya saat ini. Tapi dengan dekat dengan orang lain, pasti akan ada pertanyaan 'orang tuamu di mana?' dan saat sudah tahu kebenarannya, mereka akan mengatakan 'eh sorry, aku nggak tahu', dan Thalia benci berbohong dengan mengatakan ia tidak apa-apa. Faktanya, setiap ia teringat kedua orang tuanya ia bisa menghabiskan satu malam hanya untuk menangis.

Percaya atau tidak, Thalia tak pernah pacaran. Bukan karena ia tidak cantik, Thalia sangat cantik. Rambut sepinggang, wajah dan tubuh bagaikan model di tv-tv, usia 20 tahun bukanlah hal yang sulit bagi Thalia untuk mendapatkan pacar.

Namun, bagi Thalia itu juga tidak peting. Hidupnya fine saja tanpa sosok kekasih. Keluarga serta satu sahabat sudah cukup bagi Thalia.

Thalia berjalan keluar dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis ketika mata kuliah terakhir hari ini selesai. Menuju parkiran dan segera mengendarai mobil Daihatsu Ayla miliknya menuju rumah.

Sesamainya di rumah. Ia melihat Oma Dina sedang bersantai di ruang keluarga.

Dengan riang, Thalia menghampiri Dina dan mencium pipinya. "Selamat sore, Omaku sayang,"

"Selamat sore cucuk Oma yang cantik," balas oma mencium kening Thalia. "Bagaimana kuliah kamu?"

"Baik, Oma. Oma sudah makan?"

"Sudah. Kamu makan sana. Pasti kamu belum makan, iyakan?" suruh Dina. Oma Dina tahu betul cucuknya itu, jika tidak disuruh maka Thalia tidak akan melakukan pekerjaan di rumah ini, termasuk makan.

"Nanti saja Oma, sekalian makan malam sama Oma. Lia mau mandi dulu." Tanpa menunggu balasan Dina, Thalia segera menaiki anak tangga dan segera masuk ke kamarnya.

Di kamar, bukannya Thalia segera mandi dan bersiap untuk makan malam, ia malah merebahkan badannya dan bermain ponsel. Sampai Thalia tak sadar bahwa ia ketiduran.

****
Wanita paruh baya dengan tatapan keibuannya memasuki kamar Thalia dan mendapati gadis itu sedang tertidur.

Bibi Anna memandang sayang kepada Thalia. Ia mengusap lembut surai Thalia tanpa mengusik tidurnya.

Diusia perkawinannya yang ke 17 tahun, Anna belum juga di karunia seorang anak. Dengan hadirnya Thalia dalam kehidupannya selama 15 tahun ini, Anna merasakan memiliki sosok putri kecil. Walau Thalia adalah anak dari mendiang kakaknya, tetapi tidak membuat Anna menelantarkan gadis kecil itu. Kasih sayang yang diberikan Anna kepada Thalia adalah kasih sayang seorang ibu kepada anaknya sendiri.

Sayup-sayup Thalia merasakan usapan tangan pada rambutnya. Perlahan ia membuka matanya dan menemukan senyum lembut dari bibir bibinya itu. "I miss you so much."  Thalia memeluk erat wanita paruh baya dihadapannya ini.

Sudah seminggu mereka tidak bertemu karena Anna menemani suaminya ke luar negeri untuk urusan pekerjaan.

"Bunda juga kangen sama Lia. Gimana kabarnya sayang? Kamu baik-baik sajakan?" tanya Anna.

"Baik, Bunda."

Sapaan bunda adalah inisiatif Thalia sendiri. Kala itu Anna tak percaya, bahwa Thalia akan memanggilnya dengan sebutan bunda, tetapi ia membiarkan saja. Bibi Anna justru senang, karena dengan sebutan itu berarti Thalia kecil menerimannya sebagai pengganti orang tuanya. Bahkan Roy, suaminya dipanggil papa oleh Thalia.

"Kata Oma kamu belum makan. Ayo kita turun, kita makan sama-sama."

"Iya, Bunda. Tapi Lia mandi dulu yah. Hehehe," Thalia cengengesan sembari menggaruk tengkuknya.

"Yah sudah. Bunda, Oma sama Papa tunggu di bawah, oke?"

"Oke, Bunda."

🌻

****
Hello readers, apa kabar?
Sorry yah, saya baru update. Soalnya lupa kalau ternyata Auto punya story di wattpad ini😂😂

See you ^o^

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang