Truth or Dare

2.1K 215 44
                                    

"Whoaa, kita harus merayakan kesuksesan misi ini, Sensei," ujar Naruto bersemangat.

Sakura menguap bosan. "Mungkin kita selalu melakukannya saat masih berusia 13 atau 14 tahun, Naruto."

Naruto sumringah dan mendekati Sakura. "Ayolah, Sakura-chan, kita jarang sekali mendapatkan misi tim. Ini misi pertama tim 7 sejak kau menjadi murid Tsunade-Baasan. Kesibukanmu di rumah sakit membuat kau tidak pernah memiliki kesempatan mengerjakan misi tim. Ayolah!"

"Seharusnya aku mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian jounin, Naruto!"

"Ujian jounin masih sebulan lagi, ayolah!"

"Sebulan bukan waktu yang lama, Naruto. Seharusnya aku berada di perpustakaan sekarang," omel Sakura.

"Kau 'kan cerdas, Sakura-chan. Kau tak perlu belajar untuk mengerjakan semua soal ujian jounin. Aku yakin kalau namamu akan muncul di baris pertama dengan nilai 100 persen."

"Kau bercanda. Nama Neji dan Shikamaru kau lupakan begitu saja. Cih, Naruto, seharusnya kau mengikuti ujian yang sama kalau tidak kehilangan angka pada tes teori ujian chunnin."

Naruto menggaruk kepala belakang dengan keras. "Hehe, aku berjanji akan belajar lebih giat lagi kalau Sakura-chan mau ikut merayakan pesta malam ini. Ayolah, Sakura-chan!"

Bosan mendengar rengekan Naruto, Sakura melangkah lebih cepat. "Baiklah, kita punya waktu tiga puluh menit sebelum aku tidur. Besok aku harus masuk kerja, Naruto!"

"Yes, Sakura-chan, kau benar-benar baik."

Di belakang dua orang tersebut, dua sosok pria dewasa hanya mengikuti. Kakashi cuek seperti biasa, sedangkan Sai tidak tahu harus berbuat apa selain mengikuti Naruto. Bagi Sai, tim 7 sudah seperti keluarga sejak ia lepas dari jerat Danzo. Ia akan senang hati mengikuti langkah dua teman yang telah berjalan lebih dulu, menyisakan jarak sekitar sepuluh meter.

"Hei, Naruto, kedai ramen Ichiraku sudah terlewat," ujar Sakura menoleh ke belakang. Siapa tahu Naruto tengah kelilipan debu.

Naruto tidak peduli, langkah pria itu membawanya ke depan bar berukuran kecil dan bernuansa hitam dan coklat gelap. "Aku ingin minum sampai teler. Ayo, Sakura-chan!"

"Ih, aku tidak mau."

"Kau sudah berjanji, Sakura-chan!"

Sakura masih menolak sebelum ia merasakan rangkulan di pundak kiri. Sai memasang senyum paling aneh yang pernah dilihat Sakura.

"Sesekali kau harus membiarkan dirimu rileks, gadis jelek!"

Sebelum terdengar bunyi hantaman keras mengenai wajah Sai, Naruto sudah menyeret tubuh Sakura masuk ke dalam bar yang cukup suram. Hanya beberapa lampu kurang terang menyinari setiap sekat ruangan. Temaram.

"Mari minum sampai puas!" Sorak Naruto membuat bulu kuduk Sakura sedikit meremang.

***

Sakura sudah minum cangkir kelima, pikirannya masih lumayan jernih. Ia jarang minum tetapi bukan berarti tak sanggup menghabiskan satu botol sake atau wine. Sebagai murid favorit Tsunade, Sakura jelas memiliki salah satu kelebihan yang dimiliki sang guru. Ia berbeda dengan Naruto yang telah meletakkan kepala di atas meja sembari mengetukkan botol sake berulang kali, sedangkan Sai memejamkan mata di dinding sekat kayu ruangan tersebut.

"Truth or dare, Sakura?"

Sakura menggumam tak karuan. Sejak awal permainan, ia selalu memilih truth sebab tak ingin melakukan hal konyol seperti bayangan Naruto. Ia takut kalau para pria mengambil keuntungan dari situasi. Meskipun ia tahu kalau mereka adalah tim—teman. Teman yang baik tidak akan mengkhianati, bukan?

Random StoryWhere stories live. Discover now