Hari kedua MOS, hari yang kata Fanda menyebalkan. Kemarin, sebelum pulang ke rumah, peserta MOS dibuat kaget dengan pengumuman tiba-tiba yang disampaikan panitia yakni pada hari kedua seluruh peserta MOS diwajibkan untuk menginap di sekolah. Sebab setau mereka, SMA Widya tidak pernah mengadakan MOS seperti itu.
"Kelas X-1 silakan berbaris di paling kanan, kelas selanjutnya silakan mengikuti," teriak Andi mengawali acara MOS SMA Widya hari kedua.
Apel pagi pun terlewat dengan sangat baik, para peserta MOS segera masuk ke aula untuk lagi-lagi mendengarkan materi yang membosankan.
"Untuk siswi yang bernama Fanda Amora dari kelas X-2 harap segera ke sumber suara sekarang," panggil seseorang tiba-tiba. Fanda yang tersentak pun segera pergi ke arah podium untuk memenuhi panggilan yang ditujukan pada dirinya. Tiba-tiba tangan Fanda ditarik dengan keras oleh Gildan menuju ke taman belakang.
"Apaan sih, Kak? Bisa gausah pake ditarik-tarik kan tangan saya," kesal Fanda pada Gildan.
"Jadi, hukuman lo buat masalah yang kemarin adalah jadi pacar gue," paksa Gildan.
"Ish, apa-apaan sih, Kak. Kemarin tuh saya bener-bener nggak sengaja teriak. Lagipula apa hubungannya teriak sama jadi pacar kakak, coba?"
"Hukuman tetap hukuman, mulai hari ini lo pacar gue. Gue nggak terima penolakan,"
"Terserah kakak lah, mendingan saya ke aula," acuh Fanda tak percaya dengan ketua OSIS yang kata Karina tampan itu.
---
Malam keakraban MOS pun dimulai dengan penampilan pentas seni dari Karina yang suaranya bak Agnez Mo. Kebanyakan peserta MOS kaget ketika tahu setiap kelas harus menampilkan pentas seni tanpa diberi tahu sebelumnya. Karina yang pernah menyanyi di sela-sela istirahat hari pertama MOS pun menjadi sasaran siswa kelas X-2.Setelah Karina menyelesaikan nyanyiannya, ketika itu pula Gildan datang ke tengah-tengah peserta. Fokus peserta yang tadinya ke Karina pun berpindah ke Gildan, sang ketua. Gildan mulai meraih gitar yang memang ada di tengah-tengah kemudian mulai menggerakkan tangannya untuk memainkan sebuah lagu. Fanda tersentak, dia kaget dengan alunan gitar yang selalu mengingatkannya pada suatu masa di kehidupan masa lalunya. Seluruh peserta bahkan panitia kaget ketika Gildan mengucapkan sebuah kalimat di tengah-tengah lagunya. Sebuah kalimat panjang yang sama sekali tidak mencerminkan seorang Gildan.
“Mungkin gue bukan orang yang sempurna di mata lo, tapi seandainya hari ini gue emang bener-bener jatuh cinta sama lo apa gue bisa nolak kehendak Tuhan yang satu ini?”
Gildan yang anak-anak kenal tidak pernah mengucapkan satupun kalimat puitis. Gildan selalu berbicara sesuai fakta yang ada tanpa sedikitpun memperhalus kalimatnya. Gildan selalu blak-blakan dan seadanya dalam berbicara.
Mereka kaget bukan main, baru kali ini mereka mendengar Gildan bisa berbicara selembut itu bahkan kalimatnya pun sangat tertata seperti baru saja dibuat oleh pembuat quotes di dunia maya.
"Fan, lo denger nggak barusan? Kak Gildan kaya ngungkapin perasannya gitu ya, kira-kira siapa cewek beruntung yang disukain sama Kak Gildan ya?" kata Karina yang kemudian Fanda jawab dengan mengendikkan bahunya tanda tidak tahu. "Jangan-jangan Kak Gildan suka sama gue, wah gue harus cantik nih. Ya ampun Fan, Kak Gildan beneran ke arah sini nih. Gue beneran kok ini," jelas Karina. Fanda yang tersentak ketika Karina mengatakan hal tersebut pun segera mengalihkan pandangannya ke arah tengah yang memang masih ada Gildan dan seperti yang Karina bilang, Gildan sedang menuju ke arah mereka secara perlahan.
Tangan Fanda tiba-tiba digenggam Gildan, kemudian ditarik menuju arah yang sangat jauh dari lapangan sebagai tempat malam keakraban. Detak jantung Fanda mulai tidak karuan. Tangan kanannya yang berada di genggaman Gildan sangat kuat seakan takut kehilangan. Fanda gugup dan Fanda tidak tahu kenapa harus dia yang lagi-lagi ditarik oleh Gildan.
----
heuheu, gantung ga tuhh?