"Ada apa, sih, Kak?" tanya Fanda gugup setelah Gildan melepas genggamannya.
"Gapapa," jawab Gildan singkat sambil mendudukkan dirinya pada bangku yang ada.
"Terus ngapain tarik-tarik aku kesini? Mending juga aku liat pensi," kata Fanda sambil beranjak pergi. Lagi-lagi tangan Fanda digenggam Gildan, seolah menahan kepergian.
"Apaan, sih, Kak? Kalau emang enggak ada apa-apa mending aku balik lagi ke lapangan," erang Fanda sambil melepas genggaman Gildan.
"Jangan kesana," jawab Gildan lagi-lagi singkat. Fanda bingung, ingin kembali tapi ditahan. Ingin menetap tapi detak jantung sudah tak karuan.
Fanda pun duduk di bangku yang sama dengan Gildan meskipun berjarak. Lima belas menit terlewat hanya dengan helaan nafas Fanda dan Gildan. Fanda yang bingung dan Gildan yang sedang berusaha menenangkan pikirnya.
"Kak,"
"Iya,"
"Kenapa, sih?
"Enggak,"
"Terus ngapain disini? Ini tuh udah hampir dua puluh menit kita disini dan enggak ngapa-ngapain, aku pengen ke lapangan nonton pensi,"
"Lo nggak nyaman ya sama gue?"
Hening. Fanda tidak bisa menjawab pertanyaan Gildan.
"Sebenernya, gue juga enggak tahu kenapa gue bisa narik lo dari sana tadi. Bahkan gue nggak ngebiarin lo pergi setelah gue sampai sini,"
"Terus?"
"Nggak tahu. Dulu, tiga tahun yang lalu, gue pernah nyanyi kaya tadi didepan banyak orang. Mungkin lebih banyak dari ini tadi," Gildan menghela napasnya. "Dan, yang perlu lo tahu, setelah tiga tahun gue baru berani nyanyi lagi hari ini"
"Kenapa, Kak?" Fanda yang tadinya bosan mulai tertarik pada pembicaraan ini.
"Waktu itu, gue ikut lomba cipta puisi, dan kalau enggak salah tempatnya di SMP Pradipta. Gue waktu itu mikir cuma bakal ikut cipta puisi doang, tapi enggak tahu kenapa gue jadi ada diatas panggung dan nyanyi lagu yang sama kaya tadi. Bahkan, sepenggal kalimat yang tadi gue ucapin hampir sama kaya apa yang gue ucapin waktu itu. Gue kaya de javu di tempat yang berbeda,"
"Apa tadi, Kak? SMP Pradipta? SMPku dong," sela Fanda antusias.
"Lo nggak inget sama sekali tentang gue?"
“Emang ada apa, Kak?"
"Oke. Kenalin namaku Gildan Mavandra dari SMP Widya. Panggil Andra aja ya," ucap Gildan sambil mengulurkan tangannya.
"Ah, Kak Gildan itu Andra yang waktu itu?" jawab Fanda setelah mengingat perkenalannya dengan Andra sebelum Andra naik ke panggung kala itu.
Senyuman Gildan melebar, setelah di hari pertama MOS dia harus dipanggil Pak Arjun dan tidak bisa berkenalan dengan gadisnya itu. Bahkan siangnya ketika dia mendapat kesempatan lagi, dia malah tidak bisa mengatur detak jantungnya dan malah mengusir Fanda.
"Terus, kelanjutan cerita Kakak tadi apa? Kenapa baru nyanyi lagi setelah tiga tahun lalu, kan suaranya Kak Gildan bagus?" tanya Fanda yang membuat Gildan harus kembali mengulik masa lalunya itu.
"Gue trauma," napas Gildan terengah. "Setelah pulang dari SMP Pradipta dan gue bawa piala juara satu lomba cipta puisi, di sekolah gue, temen-temen gue sendiri, nganggep gue ini banci, karena bisa-bisanya dapet juara lomba yang seharusnya dimenangin anak cewe."
"Kak, nggak usah dilanjutin ceritanya," tahan Fanda.
“Gue sih waktu itu biasa aja. Nggak apa-apa. Kan enggak semua cyber-bullying itu bener. Dan gue rasa, gue punya hak untuk menang karena gue emang ikut lomba cipta puisi kala itu," mata Gildan mulai berkaca-kaca. "Tapi setelah sampai di rumah, gue nggak tau kenapa bisa sampai ngobrak-abrik kamar gue sendiri sampai-sampai adik sama ibu gue ketakutan dan gue dibawa ke psikolog,"
"Kak, kalau emang enggak kuat, udahan aja ya ceritanya,"
"Kata psikolognya gue kena trauma sama cyber-bullying itu tadi. Makanya semenjak itu, gue dipaksa buat ngelawan trauma gue. Dipaksa buat tetep nyanyi sama nyiptain puisi. Tapi gue enggak pernah mau dan selalu nolak, takut lagi-lagi gue di bully. Sejak itu gue jadi orang yang blak-blakan dan omong seadanya, berusaha jadi cowo yang enggak kecewe-cewean kata temen gue waktu itu," Gildan menghela napasnya, lega telah menceritakan ini ke gadis pujaannya.
---
ohooo Gildann, kamu punya gadis pujaan selain author yaa? kamu jahat sekali, Gil:(heiiiyoooooo, selamat update setelah sekian lama man-tems. eemm, btw ini udah hampir tamat lho:"
mo dilanjutin ato ditamatin niiih?