CHAPTER 1
•••Aku terbangun di tepi sungai, rambutku terurai dan aku memakai pakaian khas india yang sebelumnya aku tidak pernah memakai bahkan tidak memilikinya. Aku menepi, merangkak menuju pohon yang tidak jauh dari sana. Aku bersadar, kepalaku pusing dan perutku mual tapi aku tidak bisa mengeluarkan isinya.
Kain ini basah dan baju yang aku kenakan juga sangat terbuka. Aku mencoba bangkit, aku berjalan tak tahu arah hanya terus berjalan lurus dan melihat kiri-kanan. Aku mendengar suara langkah kaki kuda yang tidak jauh dari tempatku saat ini. Aku coba menajamkan penglihatanku dan ternyata seseorang menunggangi kuda itu dengan membawa anak panahnya. Dia melesatkan anak panah itu kearahku dan untungnya aku masih dapat menghindarinya. Aku berlari kearah sebaliknya menghindari orang itu dan mencari keselamatan. Namun tentu aku kalah, dia menunggangi kuda untuk berlari sedangkan aku hanya berlari. Dia kembali melesatkan anak panahnya ketika aku berbalik ke belakang dan tidak sempat menghindarinya. Anak panah itu menusuk tepat di perut sampingku, dari sana aku mulai berfikir jika aku akan ditemukan tanpa nyawa di atas ranjangku sebelum akhirnga orang itu mendekat padaku yang sudah terbaring lemas di tanah, dia turun dari kudanya dan memandangku. Dia terlihat mengumpat namun aku tidak dapat mendengarnya. Dia menarik anak panah yang menusuk perutku, rasanya sangat sakit tapi aku tidak bisa menjerit, air mataku turun dan orang itu membawaku menaiki kudanya hingga aku kembali tidak sadarkan diri.
🍁🍁🍁
Aku terbangun dengan rasa sakit yang menyelimuti diri, pandanganku masih tidak jelas, aku melihat kesekeliling dan semuanya asing bagiku. Aku berada disebuah ruangan yang amat besar. Aku baru tersadar ternyata ada seseorang di sampingku, dia nampak tertidur dengan posisi duduk, hanya kepalanyalah yang berada di kasur. Aku hendak bangun dari posisiku namun rasa sakit di perutku ini masih terasa. Mungkin gerakanku terlalu kasar hingga membuat orang itu terbangun dari tidurnya.
" Tidak! Tabib bilang kau jangan terlalu banyak bergerak, nanti makin sakit " Ujarnya.
" Kenapa kau memanahku? "
" Itu kesalahan. Ku kira kau itu seseorang yang menyerangku tadi "
" Apa kau tidak melihat wajahnya? Kenapa asal melesatkan anak panah? " Marah ku.
" Kenapa kau jadi marah, sudah kubilang itu kesalahan, sudah syukur aku bawa kemari! " Dia balik marah.
Aku langsung bangun dari tidurku menghiraukan rasa sakitnya. " Baik, Aku pergi! Terimakasih telah memanahku! " Ujarku lalu pergi begitu saja dengan memegangi perutku.
" Aku yakin kau tidak akan kuat berjalan terlalu lama, sebentar lagi kau akan ambruk. Lagi pula kau tidak tahu jalan keluar dari sini kan! " Teriaknya.
Aku menyatukan alisku tanda marah dan menahan sakit.
" 1....2....3....." Dia menghitung
Bruk.
Aku terjatuh. Tepat di luar kamar itu (depan pintu). Aku menundukkan kepalaku sambil memejamkan mataku, ingin sekali mengeluarkan air mata ini namun aku malu dan coba untuk menahannya. Orang itu mendekat padaku dia menunduk untuk melihat wajahku namun nampaknya tidak berhasil, hingga ia berjongkok dan tertawa singkat." Sudah ku bilangkan, kau tidak akan kuat! " Dengan tiba-tiba dia menyelipkan tangannya dan menggendongku tepatnya membopong dan membawaku kembali memasuki kamar tadi. " Aku Aagastya, pangeran mahkota dikerajaan ini! " Dia menurunkanku dan menyandarkanku di kasur.
" Pelayan! " panggilnya lalu tidak lama seorang pelayan datang " tolong panggilkan tabib! " pelayan itu mengangguk lalu pergi." Pangeran mahkota? Sungguh? Tahun berapa ini? Apa nama kerajaan ini? " Tanyaku tidak percaya.
" Kau ini bodoh ya, sekarang ini tahun 1406 dan nama kerajaan ini adalah kerajaan Kainaya. Kerajaan yang sangat terkenal dan tidak mungkin ada orang yang tidak kenal dengan kerajaan ini! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi Waktu
RandomSeorang gadis yang dengan kebodohannya tidak percaya akan suatu hal, yang membuatnya terjerumus dalam semua rintangan yang harus ia lewati. Harus menjalani banyak kisah dengan banyak aturan. Membuatnya serasa mati tapi hidup.