JIMIN POV
Kalau kebetulan kita coba-coba meluncur ke bawah .... bukit dengan kecepatan delapan puluh kilometer per jam dan naik nampan kudapan, pada saat kita menyadari di tengah perjalanan bahwa itu adalah ide jelek, sudah terlambat untuk berubah pikiran.
Jimin hampir menyerempet sebatang pohon, terpental dari sebuah batu besar, dan berpuntir 360° ke arah jalan tol.
Nampan kudapan bodoh itu tidak punya setir. Jimin mendengar Gorgon-bersaudari menjerit-jerit dan sekilas melihat rambut ular belang Euryale di puncak bukit, tapi dia tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan itu. Atap gedung apartemen menjulang di bawahnya bagaikan haluan kapal perang. Tabrakan dalam waktu sepuluh, sembilan, delapan ....
Dia berhasil menikung ke samping sehingga kakinya tidak patah gara-gara tumbukan. Nampan kudapan menggelincir di atap dan melayang ke udara. Nampan terbang ke satu arah, sedangkan Jimin ke arah lain.
Sementara Jimin jatuh menuju jalan tol, sebuah skenario mengerikan terbetik di benaknya: tubuhnya menghantam kaca depan SUV, seorang komuter yang jengkel berusaha mengenyahkannya dengan wiper. Anak enam belas tahun yang bodoh jatuh dari langit! Aku sudah telat!
Ajaibnya, embusan angin meniup Jimin ke samping-sudah cukup untuk menjauhi jalan tol sehingga menabrak semak-semak. Pendaratan tersebut tidaklah mulus, tapi lebih baik dibanding mendarat di aspal.
Jimin mengerang. Dia ingin berbaring saja di sana dan pingsan, tapi dia harus terus bergerak.
Jimin bangun dengan susah payah. Tangannya lecet-lecet, tapi sepertinya tak ada tulang yang patah. Dia masih menyandang tas punggungnya. Dia kehilangan pedang dalam perjalanan meluncur, tapi Jimin tahu benda itu pada akhirnya akan muncul kembali di sakunya dalam wujud pulpen. Itulah bagian dari keajaiban pedang tersebut.
Jimin melirik ke atas bukit. Kedua Gorgon itu benar-benar mencolok, berkat rambut ular warna-warni dan rompi Supermarket Supermurah hijau cerah. Mereka sedang menuruni bukit, lebih lamban daripada Jimin, tapi lebih terkendali. Kaki ayam itu pasti cocok buat memanjat. Jimin memperkirakan dirinya punya waktu sekitar lima menit sebelum mereka mencapainya.
Di sebelah Jimin, pagar kawat tinggi memisahkan jalan tol dengan kawasan pemukiman yang terdiri dari jalanan berkelokkelok, rumah-rumah nyaman, dan pohon eukaliptus tinggi. Pagar itu barangkali dipasang di sana untuk mencegah orang masuk ke jalan tol dan bertindak bodoh-seperti meluncur di jalur cepat sambil naik nampan kudapan-tapi jejaring kawatnya berlubanglubang besar. Jimin bisa dengan mudah menyelinap masuk ke kawasan tersebut. Mungkin dia bisa menemukan mobil dan berkendara ke laut di barat. Dia tidak suka mencuri mobil, tapi selama beberapa minggu terakhir ini, dalam situasi hidup-mati,
Jimin terpaksa "meminjam" kendaraan beberapa kali, termasuk mobil polisi. Dia bermaksud mengembalikan mobil-mobil itu, tapi tak satu pun berumur panjang.
Jimin melirik ke kiri. Sesuai dugaannya, sembilan puluh meter di atas, jalan tol menembus kaki tebing. Dua pintu terowongan, masing-masing dilewati kendaraan yang lalu-lalang berlawanan arah, memelototinya seperti rongga mata tengkorak raksasa. Di tengah-tengah, seperti hidung, terdapat dinding semen yang menyembul dari sisi bukit, dilengkapi pintu logam yang menyerupai jalan masuk bungker.
Mungkin itu terowongan pemeliharaan. Sepertinya begitulah yang dikira manusia fana, kalau mereka menyadari keberadaan pintu tersebut. Namun, mereka tidak bisa melihat menembus Kabut. Jimin tahu pintu itu bukan sekadar jalan masuk biasa.
Dua anak berbaju tempur mengapit jalan masuk. Mereka mengenakan perpaduan pakaian yang aneh: helm Romawi berjambul, tameng dada, sarung pedang, celana jin, kaus ungu, dan sepatu olahraga putih. Penjaga di kanan sepertinya perempuan, meskipun susah memastikannya karena baju tempurnya yang tebal. Penjaga di kiri adalah seorang pemuda yang menyandang busur serta sarung berisi anak panah di punggungnya. Kedua anak memegangi tongkat kayu panjang bermata belati besi, seperti seruit zaman dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventures of The Demigods Season 2 #2 (Bangvelt)
Aventura"Di selatan, di Negeri Nirdewa, mahkota legiun bersemayam. Terjatuh dari es, putra Neptunus akan tenggelam..." ... Saat terbangun dari tidur panjang, selain namanya sendiri, Jimin hanya bisa mengingat sebuah nama-Seulgi. Dia bahkan tidak bisa mengi...