BAB 32

111 33 0
                                    

YOONGI POV

Yoongi merasa lega ketika roda kereta perang copot. Dia sudah muntah dua kali dari belakang kereta perang. Mengingat mereka sedang melaju dengan kecepatan suara, pengalaman itu sama sekali tidak menyenangkan. Si kuda seakan membengkokkan waktu dan ruang selagi dia berlari, mengaburkan pemandangan di sekitar dan membuat Yoongi merasa seperti baru meminum segalon susu murni tanpa disertai obat pencerna laktosa. Ella juga tidak membantu. Dia terus saja berceloteh: "1.200 kilometer per jam. 1.280 kilometer per jam. 1.290 kilometer per jam. Cepat. Cepat sekali."

Kuda tersebut meluncur ke selatan, menyeberangi Selat Puget, mendesing melewati pulau-pulau dan kapal-kapal nelayan serta kawanan paus yang sangat terkejut. Pemandangan di depan mulai tampak tidak asing-Pantai Crescent, Teluk Boundary. Yoongi pernah berlayar ke sana saat karyawisata sekolah. Mereka telah menyeberang ke Kanada. Si kuda meluncur ke tanah kering. Dia menyusuri Highway 99 ke utara, berlari cepat sekali sehingga mobil-mobil seakan diam saja. Akhirnya, tepat saat mereka hendak masuk ke Vancouver, roda kereta perang mulai berasap.

"Wendy!" teriak Yoongi. "Keretanya mau hancur!" Wendy menangkap pesan tersebut dan menarik tali kekang. Si kuda sepertinya tidak senang, tapi dia memelan ke kecepatan subsonik sementara mereka melesat di jalanan kota. Mereka melintasi jembatan Ironworkers untuk mencapai Vancouver Utara, kemudian kereta perang mulai berkelotakan dengan genting. Akhirnya Anion berhenti di puncak bukit berhutan. Dia mendengus puas, seolah-olah hendak mengatakan, Itu baru namanya lari, Bego. Kereta perang yang berasap pun peretel, menumpahkan Jimin, Yoongi, dan Ella ke tanah basah berlumut.

Yoongi buru-buru berdiri. Dia berkedip untuk menyingkirkan bintik-bintik kuning dari matanya. Jimin mengerang dan mulai melepaskan Anion dari kereta perang yang hancur lebur. Ella mengepakkan sayap dalam keadaan pusing, menabrak pohon dan bergumam, "Pohon. Pohon. Pohon." Hanya Wendy yang tampaknya tak terpengaruh oleh perjalanan barusan. Sambil menyeringai girang, dia meluncur turun dari punggung kuda. "Asyik sekali!"

"Iya." Yoongi menelan rasa mualnya. "Asyik banget."

Anion meringkik. "Dia bilang dia butuh makan." Jimin menerjemahkan. "Tidak heran. Dia barangkali habis membakar enam juta kalori."

Wendy mengamat-amati tanah di kakinya dan mengerutkan dahi. "Aku tidak merasakan emas di sekitar sini Jangan khawatir, Arion. Akan kucarikan emas buatmu. Sementara itu, bagaimana kalau kau merumput saja? Nanti kami temui kau-" Si kuda melesat pergi, meninggalkan kepulan uap di belakangnya.

Wendy mengernyitkan alis. "Apa menurut kalian dia akan kembali?"

"Entahlah," kata Jimin, "dia sepertinya kelewat bersemangat." Yoongi hampir-hampir berharap semoga kuda itu bakal terus menjauh. Dia tidak mengucapkan itu, tentu saja. Dia bisa tahu bahwa Wendy gundah saat memikirkan bakal kehilangan teman barunya. Namun, Anion membuat dia takut, dan Yoongi lumayan yakin bahwa kuda itu tahu.

Wendy dan Jimin mulai mengumpulkan perbekalan dari antara puing-puing kereta perang. Ada beberapa kotak dagangan Amazon di depan, dan Ella memekik kegirangan ketika dia menemukan paket berisi buku. Disambarnya satu eksemplar Burung-burung Amerika Utara, lalu terbang ke dahan terdekat, dan mulai menggaruki halaman dengan teramat cepat sampai-sampai Yoongi tidak yakin apakah harpy itu sedang membaca atau merobekrobek.

Yoongi bersandar ke sebatang pohon, berusaha untuk menenangkan kepalanya yang pusing tujuh keliling. Dia masih belum pulih dari perlakuan di tangan kaum Amazon-ditendang ke seberang lobi, dilucuti, dikurung, dan dihina sebagai pria bertampang bayi oleh kuda egomaniak. Pengalaman yang sungguh tidak membantu mendongkrak kepercayaan dirinya.

Bahkan sebelum itu, visi yang disaksikan Yoongi bersama Wendy telah membuatnya jeri. Yoongi sekarang merasa lebih dekat dengan Wendy. Yoongi tahu tindakannya yang menyerahkan kayu bakar itu kepada Wendy memang benar. Sebuah beban berat telah terangkat dari pundaknya. Di sisi lain, dia telah melihat Dunia Bawah dengan mata kepala sendiri. Dia sudah mengalami bagaimana rasanya duduk-duduk selamanya tanpa berbuat apa-apa, hanya menyesali kesalahan kita. Dia melihat topeng emas seram yang dipakai hakim orang mati dan menyadari bahwa dirinya akan berdiri di hadapan mereka kelak, mungkin tidak lama lagi.

Adventures of The Demigods Season 2 #2 (Bangvelt)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang