chapter 6

19 6 2
                                    

Dan jika kebahagiaan itu datang padamu, jangan lupakan orang yang sudah berjuang untuk satu senyum darimu...
-NEKOFA05

....

*Flashback

Seperti biasa Langit dan tiga temannya makan bersama di kantin, namun ada yang mengganjal mengapa ia tidak bisa menemukan keberadaan Mothra dan teman-temannya?

Tadinya Langit ingin menepis semua pikiran negatif itu namun saat mendengar sebuah kabar ia Langsung saja menghampiri Rasya yang juga terlihat panik.

"Langit?" Sadar dengan keberadaan Langit, Rasya menatap Langit bingung disusul Anti yang juga sahabat dari Mothra menatap langit dengan tatapan bingung.

"Mothra mana?!" Tanya Langit dengan tidak sabarannya, raut wajahnya terlihat sangat khawatir.

"Kita gak tau, tadi Mothra izin ke toilet tapi gak balik-balik." Ucap Rasya dengan raut wajah khawatir.

Mendengar hal tersebut sontak saja Langit bergegas mencari Mothra, meski baru kenal dengan Mothra rasanya ia benar-benar tidak ingin melihat Mothra terluka. Untuk mempersingkat waktu menemukan Mothra, mereka bertiga berpencar dan tibalah disaat Langit mendengar suara yang ia kenali.

"Langit bukan barang yang bisa dimiliki siapapun, termasuk Lo Lalisa Kalista!" Mendengar hal tersebut langit terdiam membeku, tangannya mengepal. Untuk beberapa saat langit masih saja diam ditempat ia benar-benar kaget juga bahagia dengan pernyataan Mothra barusan.

"Langit!" Panggil Rasya dan Anti bersamaan membubarkan lamunan Langit, tanpa ragu langit mendobrak pintu gudang membuat beberapa orang yang ada didalam gudang tersebut kaget. Tapi, pemandangan apa ini?! Apa Mothra baru saja mau menampar Lisa? Yang benar saja! Tapi jika Lisa benar-benar Korban kenapa penampilan Mothra berantakan seperti itu?

*Backnow

Mothra masih belum sadarkan diri, Langit menatap Mothra rasanya ia benar-benar merasa bersalah. Andai saja ia tidak mendekati Mothra duluan hal ini takkan pernah terjadi pada Mothra. Langit menggenggam tangan Mothra yang entah kenapa menurutnya sangatlah hangat. Ia menyenderkan kepalanya dengan tangan Mothra yang berada di pipinya. Entah karena rasa yang sangat nyaman atau karna kelelahan perlahan Langit menutup matanya dan ikut tertidur di samping Mothra.

2 jam sudah waktu berlalu, perlahan Mothra membuka matanya tapi kenapa rasanya tangan kanan Mothra sangat berat? Setelah berhasil mengumpulkan jiwanya Mothra terbangun dan ia menyadari seseorang yang ia kagumi berada di sebelahnya.

Rambut hitam yang selalu ia lihat dari belakang, mata tajam yang selalu menatapnya, wajah bak dewa Yunani yang tercetak begitu indah tak lupa tangan hangat juga jemarinya yang setia menggenggam tangan Mothra.

Mothra tersenyum, dengan ragu ia memberanikan diri untuk menyibak poni langit, entah keberanian dari mana Mothra mengecup pelan puncak kepala langit. Membuat laki-laki berusia 17 tahun itu terbangun dari tidurnya, perilaku Langit yang seperti anak kecil membuat Mothra terkekeh pelan.

"Mothra," pertama kali langit memanggil namanya, apakah ini mimpi yang jadi kenyataan? Ataukah hanya permainan takdir yang sengaja menerbangkan lalu menjatuhkan?

"Hmmm..." Sahut Mothra yang sedang fokus menggambar di buku sketsanya tak lupa di mulutnya terdapat permen strawberry yang baru saja ia buka.

"Kapan Lo bangun?" Tanya Langit yang sudah bangun sepenuhnya, ia bangkit lalu menyiapkan obat dan makanan untuk Mothra.

Mothra tak menjawab, dirinya masih saja sibuk berkutat dengan gambar dan permen kesukaannya. Karna kesal Langit mencabut permen Mothra yang membuat sang empu merasa terganggu.

"Kalo orang nanya tuh jawab!" Omel Langit, Mothra mengembungkan pipinya melihat langit yang masih saja memegang permen favorit Mothra itu.

"Balikin!" Kata Mothra masih dengan pipi yang mengembung, Langit gemas dengan peringai Mothra sontak saja terlintas ide untuk menjahili Mothra di otak Langit.

"Ini?" Tanya langit sambil menunjuk permen yang sudah Mothra emut itu. Bukannya mengembalikan permen itu pada Mothra Langit malah memasukkan permen itu kedalam mulutnya kemudian ia tersenyum miring kearah Mothra, langit puas dengan wajah Mothra yang memerah itu.

"Mana ada orang baru bangun dari pingsan makan permen!" Omel langit seraya mencubit pipi Mothra gemas.

Setelah Mothra selesai makan dan minum obat, keduanya bersiap untuk pulang namun Mothra masih tetap berkutat dengan buku sketsanya, penasaran dengan apa yang Mothra gambar langit duduk di sebelah Mothra.

"Gambar apa sih? Serius banget!" Ucap langit membuat Mothra kaget, Mothra mengalihkan pandangannya tak terduga wajah Langit ternyata sangat dekat dengannya, membuat Mothra refleks mengalihkan pandangannya sebelum hatinya meledak saat ini juga.

"K-kepo Lo!" Mendengar nada bicara Mothra yang terdengar gugup Langit terkekeh, ia menduga wajah Mothra pasti sudah sangat merah kali ini.

.....

Keesokan harinya, Mothra sudah masuk sekolah meski luka-luka masih belum sembuh ia memaksakan dirinya untuk tetap masuk sekolah.

Di jam pelajaran kosong saat kelas Langit sedang olahraga, Mothra memanfaaatkan kesempatan ini untuk memberi sesuatu pada langit.

Sebelumnya saat pelajaran berlangsung Mothra sengaja menggambar untuk Langit, entah kenapa hari ini tidak ada kata-kata muncul di otaknya seperti biasa, jadi ia hanya bisa menggambar dan berharap semoga langit mengerti maksudnya.

Mothra ingin berterima, juga meminta maaf dengan apa yang terjadi kemarin, hal itu tidak terduga padahal baru saja langit kembali seperti biasa apakah kali ini langit akan semakin membencinya?

...

Di pelajaran olahraga tadi langit tampak tidak bersemangat seperti biasanya, beberapa kali ia kehilangan poin karna melamun.

Beberapa luka masih terlihat segar di bagian wajah Langit, kulit putih yang semulus sutra itu benar-benar sudah terluka kali ini.

Masih dengan baju olahraga yang belum digantinya, Langit melangkahkan kaki menuju kelasnya, menghiraukan ajakan Alan untuk sekedar membeli minuman dingin di kantin.

Sesampai di kelas Langit mendudukan dirinya di atas kursi, ia menatap langit-langit kelas membayangkan wajah khawatir Mothra yang kemarin ia lihat, luka ini tidak ada apa-apanya di banding raut wajah Mothra yang baik-baik saja padahal ia sedang terluka parah.

....

Pelajaran selanjutnya pun dimulai. Langit membuka tas nya, ia mengambil beberapa buku pelajaran namun saat hendak mengambil buku terakhir ia menemukan sebuah permen rasa strawberry, permen tersebut di bungkus sebuah kertas yang sepertinya adalah surat untuk langit.

Langit mengambil permen dan surat itu, lalu ia membuka surat tersebut namun bukanlah sebuah tulisan yang ia temukan, melainkan sebuah gambar dua Chibi imut yang ada di sana, dapat terlihat sang penggambar menggambar satu Chibi perempuan dan satu Chibi laki-laki.

Namun entah kenapa sepertinya ia kenal style gambar ini, oh ya! Waktu jam istirahat Mothra sering sekali menggambar Chibi seperti itu, apa mungkin Mothra?

Hal ini tidak biasa terjadi, namun dapat dilihat langit sedang tersenyum walaupun samar-samar, ia membuka plastik pembungkus permen strawberry dan langsung memakannya.

...

Holaaaaa gimana nih? Baper kah kalian? Atau malah bingung sama jalan ceritanya? Tenang guys! Di chapter selanjutnya bakal di jawab semua scene yang menggantung ini jadi stay tuned yaa~

Btw aku ingin membuat sedikit pengakuan😂 jadi di scene strawberry candy ini aku benar-benar pernah kasih permen strawberry ke seseorang dan bener-bener aku taruh di tas nya dia-,

Buat kamu yang aku kasih strawberry candy jangan Geer yaa, cuma buat referensi-,

Oke guys jangan lupa click bintang yang ada di sebelah kiri, juga share ke teman-teman kalian sama-sama kita bangun story ini agar bisa lebih menghibur lagi kedepannya~

Salam Artis papan tulis
NEKOFA05~

How Much I Like You? TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang