3. Sean yang membenci Alya

2.7K 156 1
                                    

Alya berlari tergopoh-gopoh sambil melihat jam di tangannya.

Sial!
Dia baru saja selesai menemani dokter Frans melakukan operasi tadi sore.

Ia tidak menyangka jika operasi akan berjalan lama. Alhasil, ia melewatkan jam jenguk dimana Sean pasti datang menjenguk ayahnya yang sedang koma.

"Dokter Alya?"

Alya hanya mengangguk dan menepuk suster yang menyapanya bingung.

Alya berhenti didepan ruang rawat ayahnya. Ia membenarkan pakaian dan rambutnya, lalu menarik napas dalam-dalam.

Ia membuka pintu rawat ayahnya. Dan, hening.

Ibunya menoleh kearah pintu.

"Ma.."

"Alya? Kok kamu telat banget?"

"Maaf, baru baca sms mama. Alya ada operasi tadi."

Ibunya mengangguk dan memberi sebotol air minum. Alya menerimanya dan meminumnya hingga tandas.

"Kak Sean mana?"

Ibunya menggeleng. "Mama kira kamu kesini mau jenguk papa. Eh, malah Sean yang kamu cari."

"Ih, bukan begitu, ma. Semalam belum puas ngobrol karena Kak Sean buru-buru."

"Sayang banget. 10 menit dia pulang, kamu yang dateng."

Pundak Alya melemas.
Sepertinya, ia kurang cepat berlari tadi.

"Dia gak nitip nomor handphone?"

"Nitip. Mama udah kirim ke kamu."

"Kak Sean bilang apa aja?"

"Banyak. Dia makin dewasa ya. Mama seneng liatnya."

"Apa aja? Ngomongin aku gak?"

Ibunya tertawa geli. "Ih, kamu! Ganjen banget sih. Ya enggalah. Ngapain juga ngomongin kamu?"

"Kali aja ngelamar."

"Alya?? Kamu suka sama Sean?"

"Dari dulu kali, ma."

"Tapi, Seannya suka gak sama kamu?"

Alya cemberut. "Bela anaknya kek!"

Ibunya tertawa. "Lah, mama mah nanya bener. Kalo kamu suka, rebut lah hatinya."

"Rebut? Kaya dia udah punya pacar aja."

Tiba-tiba, ibunya terdiam tak menanggapi ucapan Alya.
Namun Alya juga bodo amat.
Dia kesal karena ibunya tidak mendukung perasaannya.

"Kamu pulang jam berapa?"

"Kayanya Alya bakal lembur malam ini."

"Loh, ada pasien darurat?"

Alya mengangguk. "Jam 2 malam ada operasi. Dokter Kepala minta aku mempelajarinya kaya tadi."

"Baguslah. Kamu harus ikut andil, kalau bisa setiap ada operasi. Semakin banyak pengalaman, kamu gak akan kaget pas mimpin langsung meja operasi."

Alya mengangguk.
Memang, semua selalu berawal dari nol.

"Gimana papa?"

"Belum ada perkembangan. Mama tidur disini malam ini."

Alya mengangguk dan setelah berbicara sedikit, ia pamit kembali ke ruangannya.
Karena mamanya sibuk dengan berkas perusahaan, ia pasti akan diabaikan, seperti biasa.

Alya berjalan ke ruangan para assisten dokter sambil sibuk pada ponselnya.

Ia melihat nomor Sean yang baru saja dikirim mamanya. Menyimpannya dan mencoba menelponnya.

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang